Ogoh-ogoh di sekitaran kampungku tidak secanggih dan seheboh ogoh-ogoh di kota-kota besar di Bali. Beberapa tempat seperti di Denpasar misalnya, saking rame dan hebohnya, pawai ogoh-ogoh harus dibagi menjadi beberapa zona. Pembagian ini diperlukan untuk menghindari ekses negatif dari keramaian, misalnya kemacetan lalu-lintas.
Sebagai "orang luar" atau bisa juga disebut "berdarah-campuran," aku lebih memaknai dan menikmati ogoh-ogoh sebagai sebuah karya seni. Tapi... seandainya suatu malam ada rejeki interaksi dengan
yang kayak ginian... berharap tidak!
Selamat menikmati... mudah-mudahan tidak berbuah mimpi buruk!
|
namanya "celuluk" |
|
"rangda" di depan "celuluk" |
|
keponakanku paling takut dengan yang ini, kamu? |
|
"gajah" naik tikus |
foto-fotonya masih berlanjut... setelah yang satu ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar