11 Mei 2012

setia band

SETIA Band adalah nama kelompok musik baru pecahan dari ST12. pasca bubarnya ST12, charly dan pepeng membentuk kelompok musik baru yang diberi nama Setia Band. mungkin nama ini diharapkan akan membuat para personilnya lebih setia dan loyal kepada band-nya :) jadi gak gampang bubar gitu. gak tau tuh gimana kabarnya pepep (personil lain dari ST12), mungkin bakal bikin band baru juga SET14 Band :D. tapi gak bisa pep, ternyata nama SET14 Band sudah dipakai oleh band lain asal Lampung sejak 2010! wah, Lampung emang produktif ya! ga kalah ama Bandung. mudah-mudahan bisa menyusul kesuksesan para seniornya seperti KANGEN Band atau HIJAU DAUN.

ok paragraf pertama tadi tidak ada hubungannya dengan yang tulisan yang mo aku sampaikan :D

menurutku, aku bukan laki-laki yang setia, meskipun belum pernah keluar dari dan atau membubarkan sebuah kelompok musik tertentu yang pernah eksis. menilik perjalanan hidupku dari kecil, tidak banyak hal yang mengindikasikan bahwa aku pernah setia kepada satu hal dalam jangka waktu yang cukup lama.

membaca boleh jadi hobi yang paling setia aku jalani sejak kecil ampe sekarang (dan seterusnya, mudah-mudahan). membaca ini bukan cuma membaca judul film atau nama toko dan jalan lho :D. dengan cukup percaya diri, aku boleh jadi termasuk pembaca yang serius. aku juga pembaca yang kritis, khususnya soal harga bahan bacaan :D. aku setuju dengan slogan salah satu toko buku besar "sebuah kamar tanpa buku, laksana sebuah tubuh tanpa jiwa," meskipun untuk kamarku yang sempit lebih tepatnya adalah "sebuah kamar tanpau buku laksana sebuah kamar tanpa debu." :D tapi sepertinya membaca tidak bisa masuk sebagai kategori hobi juga, mungkin lebih tepat sebagai "kebutuhan hidup." kita kan gak bisa bilang hobi makan, minum, dan tidur? jadi membaca dicoret dari daftar "setia."

aku gak punya sesuatu (banget) yang setia menemani kemana pun aku pergi. aku juga gak begitu setia kepada merek pembersih muka, sabun, shampoo, parfum atau sepatu tertentu. tapi aku punya merek alat cukur favorit yang emang sudah kubuktikan punya kualitas wahid, meskipun harganya juga hampir selangit. sejak pertama kali mandiri bercukur (kumis-jenggot dan kemudian rambut) a.k.a usia akil balig, meskipun sempat beberapa kali mencoba merek lain, sampe sekarang aku masih memakai produk dari merek yang sama (tentu saja dengan varian produk sesuai perkembangan). mungkin merek alat cukur ini bisa jadi masuk dalam daftar "setia"-ku.

entah mengapa, aku gak begitu tertarik dengan isu kemelekatan atau keterikatan pada sesuatu. mungkin ini juga salah satu alasan kenapa aku gak bisa setia dengan pasangan (alesan! :D). mungkin pembaca cukup sering mendengar ungkapan bahwa "orang yang tidak pernah memiliki tidak akan pernah kehilangan" atau ungkapan lain sejenis. kemelekatan atau keterikatan yang berlebihan pada sesuatu (barang atau jasa) dapat membuat kita sangat sedih ketika harus kehilangan barang tersebut atau tidak bisa lagi melakukan suatu kegiatan. kadang-kadang juga hal tersebut dapat mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang gak rasional bahkan cenderung konyol. misalnya, ulah para remaja labil yang tidak kebagian tiket konser atau perilaku anarkis gerombolan dewasa yang kuat otot tapi lemah otak.

pada usia remaja-dini aku pernah mengalami suatu peristiwa yang banyak mengubah cara pandangku dalam menilai seseorang. ceritanya begini, aku dan beberapa orang temanku mengalami tindak kekerasan di jalan oleh beberapa orang preman. nah, teman-temanku ini, yang aku anggap teman dekat saat itu, menceritakan pengalaman buruk kami ini dalam versi yang lebih heroik (sejatinya kami dibuat tidak berkutik oleh para preman). tidak cukup dengan menyombongkan diri mereka, sialnya aku kebagian peran "pengecut" dalam cerita versi mereka ini. meskipun aku masih berteman (sampai saat ini) dengan mereka, kejadian ini sangat membekas di dalam hati, meskipun juga ini bukan satu-satunya pengalaman "dikhianati."

mungkin, karena "konflik" ini tidak pernah diselesaikan secara baik selama bertahun-tahun, peristiwa tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar sudah menjadi kerangka acuanku dalam menilai manusia lain. entah mengapa, aku jadi merasakan pola-pengkhianatan yang menghasilkan penderitaan yang serupa pada tahap-tahap perkembanganku selanjutnya. mungkin aja ini ada hubungannya dengan perilaku tidak-setia-ku. tapi mungkin juga tidak :D ...aku cuma lebay melalukan analisa diri, seperti biasa :D

wah... entah apa hubungan antara judul dan semua paragraf dalam tulisan kali ini :D tapi cukup lega rasanya bisa sedikit berbagi di sini. terima kasih buat yang sudah membaca sampai kalimat terakhir ini! :)

Tidak ada komentar: