aku hanya seorang lelaki yang sehari-hari lebih gemar beradu otot dan memeras keringat daripada otak :D jadi maafkan bila aku melewatkan banyak aspek krtitis yang penting dalam tulisan ini :)
|
dari wikipedia, hak cipta pada 20th Century Fox |
Life of Pi adalah sebuah novel karya Yann Martel (2001) yang kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar yang diarahkan oleh Ang Lee (2012).
aku tidak begitu mengenal Martel, novel Life of Pi (terjemahan, GPU, 2004) malah baru aku baca beberapa hari yang lalu, meskipun judul novel ini sendiri sudah cukup akrab di telinga jauh sebelum aku membacanya. tapi aku suka karya-karya Ang Lee... paling tidak aku sudah menonton beberapa karyanya pasca hijrah ke hollywood: Crouching Tiger Hidden Dragon (2000), Hulk (2003), Brokeback Mountain (2005), Taking Woodstock (2009), dan tentu saja Life of Pi (2012).
aku gak gitu ngerti soal film... tapi ada satu hal yang paling berkesan dari Ang Lee, aku sangat menikmati semarak warna dalam bingkai yang dia tampilkan (paling tidak dalam sebagian filmnya). yang paling berkesan dan tidak terlupakan tentu saja adalah Crouching Tiger Hidden Dragon, sebuah film kolaborasi multinasional Taiwan-Hongkong-Malaysia-China, yang berhasil meraih Best Foreign Language Film pada Academy Awards alias Oscars. menurutku Ang Lee jago banget menampilkan gambar-gambar yang indah dalam karya-karyanya, "bahasa" yang kuat dalam menampilkan cerita dan meninggalkan kesan mendalam.
bagaimana dengan Life of Pi? :)
jujur aja, awalnya aku sedikit kecewa... maaf ya. setelah membaca novel, resensi, komentar, nonton trailer+behind the scene+comment... sebenernya aku sangat berharap akan menyaksikan gambar-gambar dengan warna yang fantastis. tapi alhamdulillah aku sadar kalo film adaptasi novel tidak akan pernah secara sempurna memuaskan hayalan setiap pembacanya (kita gak akan pernah dapat memuaskan setiap orang kan? :)). pun tidak adil bila harus dibanding-bandingkan.
bahkan Yann Martel pun, menurut hematku, tidak dapat menjadi juri pembanding yang adil. mungkin nasib film adaptasi sama dengan novel terjemahan yang dapat menerjemahkan teks dengan baik tetapi tidak akan sanggup "menerjemahkan" pesan-kesan penulis dalam bahasa aslinya. meskipun upaya membanding-bandingkan sepertinya sangat sulit untuk dicekal :D (bayangkan aku yang membanding-bandingkan Life of Pi dalam format film dengan novelnya, padahal aku pun "hanya" membaca novel terjemahan... dekadensi-nilai dua level tuh :D)
adegan yang paling aku nantikan dalam film ini tentu saja adegan laut lepas dan segala isinya, khususnya pada malam hari ketika cahaya sangat minim. mata kita sangat tergantung pada cahaya untuk menangkap warna... bayangkan betapa sulitnya para pembuat film ini harus menerjemahkan novel ke dalam bahasa gambar pada bagian ini (atau mungkin gak sulit, tapi aku aja yang lebay :D). lebih spesifik lagi adalah adegan tengah malam (?) ketika karakter Pi menikmati pemandangan "kota bawah laut" penghuni-laut yang berseliweran dan berpendar-pendar indah. kalo ada yang pengen tau... ini adegan favoritku! :)
salah dua keajaiban gambar yang lain adalah visualisasi macan bengal Richard Parker dan pulau karnivora. Richard Parker bener-bener kayak macan beneran lho! :D kemajuan teknologi rekayasa gambar 3 dimensi sepertinya akan terus mengejutkan kita pada masa mendatang, khususnya dalam industri film. sementara untuk pulau karnivora, aku sangat terkesan dengan ribuan meerkat dan (sekali lagi) pendar-pendar cahaya di dalam kolam (danau kecil?) pada malam hari. sebenarnya masih banyak serpihan gambar-gambar indah lainnya, tapi entar tulisan ini jadi panjang banget dan pastinya lebih membosankan :D
soal cerita... (seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya) sebuah film tidak akan pernah bisa menerjemahkan sebuah novel secara utuh karena pelbagai keterbatasannya, pun memuaskan imajinasi para pembaca novelnya. menurutku bagian "pencarian Tuhan" pada awal cerita kurang dibahas lebih lama dan detail, tentu saja bagian ini tidak terlalu "seru" dan "menjual" :D tetapi memberikan gambaran/kerangka dasar yang baik untuk memahami tindakan-tindakan Pi selanjutnya.
penonton yang tidak membaca novelnya juga mungkin akan luput dalam memahami beberapa adegan yang sarat makna. misalnya, ketika Pi bersyukur kepada Wishnu atas berkah ikan yang berhasil diperolehnya. selain karena Wishnu adalah salah satu dari tiga aspek ke-Tuhan-an dalam trinitas Hindu (maafkan bila aku salah) juga karena seperti diketahui (dijelaskan pula dalam novelnya) salah satu avatar Wisnu adalah seekor ikan (Matsya). beberapa adegan juga digambarkan dengan berbeda dari novelnya, wajar aja, mungkin karena keterbatasan sumber daya dan durasi.
pemilihan Suraj Sharma, seorang aktor debut, menurutku adalah salah satu strategi yang sangat jitu. seorang aktor pemula tentu saja tidak gampang untuk diarahkan, tetapi biasanya karakter yang muncul akan terlihat lebih asli/murni. selain tentu saja akan sangat menghemat anggaran belanja produksi film :D secara umum aku menyukai peran Suraj Sharma dalam menghidupkan karakter Pi, meskipun tidak bisa juga dibilang sempurna (dapat dibayangkan kesulitannya dalam berakting misalnya ketika "berhadapan" dengan Richard Parker yang merupakan hewan-CGI). dan artis Tabu yang berperan sebagai ibu Pi... sangat cantik! :D
aku gak begitu tertarik membahas soal cerita dalam film ini... tapi menurutku klaim "mengenal Tuhan lebih baik" melalui cerita Life of Pi adalah klaim hiperbolis :D
mungkin nanti kalo ada nyali untuk berbagi pengalaman membaca novelnya, ya! :)
secara umum, menurutku film ini sangat layak ditonton, apalagi dalam format 3D di bioskop! :)
ehm... usahakan menonton di jam sepi supaya tidak bernasib sial sepertiku :D semoga berhasil!
selamat menikmati!
info trivia: konon film ini "hampir" digarap oleh M. Night Shyamalan (salah satu sutradara favoritku nih!)... kebayang gak kalo beneran digarap oleh beliau ini :D ehm, menurutku filmnya bisa jadi lebih bagus dari sisi alur cerita... mungkin akan berakhir dengan lebih misterius :)
kutipan favorit:
Pi Patel dewasa: Faith is a house with many rooms.
Penulis: But no room for doubt?
Pi Patel dewasa: Oh
plenty, on every floor. Doubt is useful, it keeps faith a living thing.
After all, you cannot know the strength of your faith until it is
tested.