08 Oktober 2013

(lagi-lagi) Jogja

subuh di Tugu
Pulang ke kotamu... begitu ungkapan dalam lirik lagu Kla Project yang sangat populer Yogyakarta (atau Jogjakarta? :D). Saya setuju sekali dengan pilihan kata "pulang" dalam lirik tersebut, karena "pulang" bermakna "kembali." Saya tidak berasal dari kota ini, pun tidak memiliki garis keturunan Jawa (kalo Sunda bukan Jawa :D). Beberapa teman saya beruntung sempat mengenyam pendidikan di kota Gudeg ini, saya tidak. Jadi... sebenarnya saya tidak memiliki alasan "asal-mula" untuk "pulang" atau "kembali" ke Jogja. Tetapi, kenapa saya selalu ingin pulang ke kotamu (Jogja)? Sepertinya lebih karena alasan sentimentil dangkal aja :D

Jogja dapat dikatakan sebagai destinasi petualangan pertama saya di luar kota Bandung. Stasiun Tugu menjadi tempat yang bersejarah buat saya. Pertama kali ke Jogja, naik kereta (kalo gak salah Lodaya Malam kelas Bisnis) dengan seorang teman... perjalanan malam yang sangat menyiksa saat itu :D maklum masih manja. Pertama kali pula saat itu saya tidur di kursi stasiun menunggu pagi. Perjalanan kedua (bersama teman yang lain) diawali dengan insiden "kursi" yang hilang (kali ini naik Lodaya Pagi kelas Eksekutif). Kali ketiga, saya memasuki Jogja dari arah Magelang, setelah mengunjungi Borobudur (pertama kali ke Borobudur :)). Seterusnya saya lupa :D sampai terakhir awal Oktober 2013 ini saya kembali :)

Saya rasa sudah cukup alasan saya untuk pulang ke kotamu :D
Alasan lainnya adalah suasana kota yang menurut saya sangat ramah pelancong. Untuk pelancong pemula seperti saya, kota ini menawarkan banyak kemudahan. Kota ini mampu mengakomodasi kebutuhan dasar saya dengan baik, transportasi, tempat-tidur, dan makan. TransJogja sangat membantu saya dalam berpindah tempat, pelbagai macam penginapan dan pilihan makanan sesuai bujet. Beberapa bagian kota juga cukup nyaman untuk dijelajah dengan jalan kaki.



mimpi jadi nyata
Ada apa dengan Tugu Jogja? Saya tidak akan berpanjang-lebar dengan cerita dan sejarahnya (sila cari di google atau yahoo). Hanya saja saya memiliki hasrat yang kuat untuk ber-narsis-ria di dekat monumen ini. Dan waktu yang paling tepat menurut saya adalah pada saat dini hari, lebih sepi, lebih pribadi. Minggu lalu mimpi saya tersebut menjadi kenyataan. Senangnya! Bus malam yang aku tumpangi bersedia menurunkan penumpang di dekat monumen ini dalam perjalanannya menuju Solo. Saat itu sekitar pukul 3 atau 4 dinihari, hati saya membuncah. Rasa kantuk berbaur dengan pusing karena bangun tidur yang mendadak akibat teriakan kondektur yang mengingatkan penumpang yang akan turun di Jogja untuk bersiap-siap. Alhamdulillah, saya berhasil berlabuh subuh di Tugu. Meskipun ternyata suasana Tugu tidak sesepi yang saya prediksi sebelumnya. Paling tidak sisi barat yang aku lewati cukup ramai dengan kehadiran semacam pasar pagi (dini hari). Pun sudah cukup banyak tukang becak dan ojek yang nongkrong di sini. Tetapi aku tidak menemukan banyak saingan untuk mengabadikan foto pribadi, berdua dengan Tugu seorang :D

nongkrong di Sarkem
Target foto berikutnya tentu saja adalah Pasar Kembang, atau yang lebih populer dengan istilah Sarkem! Tidak ada alasan khusus, seru aja kayaknya. Setelah beberapa saat menikmati suasana Tugu yang sepi, aku melanjutkan langkah kaki menuju arah Stasiun Tugu. Lapar yang mulai menyerang menemukan lawannya di sebuah warung di depan pintu masuk stasiun. Sarapan yang sangat memuaskan hati ditemani segelas kopi. Pagi yang sempurna. Sedikit beranjak melintasi rel... Jalan Pasar Kembang! Suasana pagi dengan lampu yang temaram menambah gairah untuk mengabadikan suasana :D
Ambil pose! Klik! Dan abadilah nongkrongku di Sarkem! :D

Demikianlah sekilas pengalaman menyambut mentari pagi di Jogja yang tidak terlupakan. Mudah-mudahan suatu saat bisa kembali ke tempat ini, pada waktu yang sama... tapi dengan pengalaman berbeda yang lebih seru pastinya!

Tiga hari kemudian....

angkringan KR
Sore hari sebelum menumpang Lodaya Malam (kali ini kelas Eksekutif) saya dan seorang teman menyempatkan duduk sejenak menikmati jam-jam terakhirku di Jogja. Tidak ada pilihan yang lebih tepat selain angkringan di depan Kedaulatan Rakyat. Tempat ini sangat populer di kalangan pelancong. Selain itu sangat dekat dengan Stasiun Tugu, memudahkan para pengguna jasa kereta api. Hidangan yang ditawarkan sebenarnya tidak terlalu istimewa, tetapi cukup beragam. Jangan tertipu dengan harga yang murah, karena porsi yang disajikan tidak begitu besar. Tetapi menurut saya angkringan di sekitar KR ini masih cukup manusiawi, bahkan sangat bernilai untuk melewatkan waktu sejenak di sini. Sebaiknya anda tidak datang seorang diri, meskipun tidak ada yang melarang.

Saya tidak akan berpamit diri... Sepertinya kisah di Jogja ini masih akan terus berlanjut. Entah kapan, saya percaya saya akan kembali ke sini.
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati


ah... sudah cukup lelah dan waktunya makan siang nih :D sampai jumpa pada kisah berikutnya...

Tidak ada komentar: