22 Januari 2013

Android versus Blackberry versus iPhone

prokrastinasi = menulis blog sebagai alasan menunda suatu pekerjaan.

kalo harus beli ponsel baru... kira-kita kamu akan pilih yang mana? setiap perangkat adalah unik... sulit untuk mengatakannya secara detail karena aku tidak memiliki satu pun perangkat yang tersebut dalam judul posting ini.

entah sudah berapa kali ada orang yang nanyain pin BB, ada juga yang berbaik hati memberikan tautan untuk mengunduh whatssap, dan pemilik iPhone adalah yang paling sopan (aku belum pernah diganggu oleh mereka). sering "diasingkan" karena tidak pernah terlibat dalam kelompok-percakapan melalui media tertentu. beberapa kali juga tidak mendapat kabar karena tidak termasuk dalam lingkaran "mereka.

aku juga tidak tertawa dengan nyaman ketika membaca sebuah lelucon tentang pengguna Android, BB, dan ponsel. bukan karena aku tidak mengerti... sederhana aja, aku tidak memiliki satu pun dari ketiganya. aku tidak memiliki hubungan emosional pada satu pun.

dahulu... pada masa kanak dan remaja dunia berjalan baik-baik saja dengan telepon rumah. sosialisasi berjalan nomal dengan melibatkan banyak sentuhan dan kejutan. pemuda jaman sekarang tidak akrab dengan rasa was-was saat menelepon ke rumah sang pemudi pujaannya, karena saat itu bisa saja yang menerima telepon pertama adalah ibunya atau lebih parah lagi ayahnya. untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan rumah bersama, kami harus membuat perjanjian terlebih dahulu dan biasanya menempuh perjalanan cukup jauh karena media pertukaran informasi yang terbatas.

seperti yang pernah aku bilang, aku tidak anti-perkembangan-teknologi, tetapi harus kita akui bersama kalo perkembangan teknologi (khususnya teknologi informasi) berpotensi memiliki dampak buruk (dan baik). penggunaan ponsel misalnya, sulit sekali untuk kita abaikan. tetapi kita bisa berusaha berperilaku sadar-teknologi yang sehat.

kembali ke perang besar di antara ketiga produk tersebut dalam judul. inti dari komunikasi adalah menyampaikan pesan, apapun medianya. bagaimana seandainya kita tidak memiliki ketiga media tersebut di atas? bukan akhir dunia tentunya. karena masih banyak saluran lain yang bisa kita gunakan... saluran yang lebih tidak populer. paling tidak menurutku adalah SMS, atau langsung menelepon untuk hal yang lebih penting dan harus disampaiakan dengan segera. (harga ponsel semakin murah, hampir setiap orang memilikinya)

salah satu kemungkinan adalah tidak terhubung (atau memiliki) ketiga perangkat tersebut, seperti aku, misalnya... jadi kenapa? jangan khawatir, meskipun populasi kita semakin mengecil, kita tidak akan dikucilkan oleh dunia. seorang teman adalah seoranh teman apapun merek atau OS ponselnya. jika sesuatu yang benar-benar penting terjadi, percayalah akan ada paling tidak satu orang yang akan menghubungi kita.

tidak terlibat dalam lingkaran atau kelompok percakapan-daring juga dapat ditafsirkan sebagai sebuah berkah. kalian tentu sering melihat banyak individu yang terisolasi dalam keramaian karena sibuk dengan perangkat komunikasinya sendiri. banyak meja di kafe yang sunyi karena masing-masing orang sibuk dengan ponsel atau tabletnya masing-masing. nongkrong dengan percakapan verbal yang melibatkan pertukaran ludah diganti dengan ketikan jemari pada papan ketik atau layar sentuh dan sedikit senyum simpul sesekali. bahayanya perilaku ini mulai menurun kepada kelompok usia yang lebih muda.

mungkin benar seperti yang pernah diugkapkan oleh para ahli... bahwa teknologi-tinggi menyebabkan sentuhan-rendah. teman yang jauh lebih menyita perhatian dengan percakapan dan keakraban semu via piranti canggih, sementara teman yang lebih dekat justru perlahan menjauh karena sikap tak acuh. bukan berarti teman yang jauh harus dicuekin, tetapi perhatian seharusnya lebih proporsional.

aku sering menegur (halus maupun kasar) teman atau (mantan) pasangan yang sering sibuk sendiri dengan perangkat elektroniknya sementara kami berdua sedang terlibat suatu percakapan. tidak mengharamkan sms atau pesan-elektronik lain, karena aku pasti akan memberi waktu untuk itu jika pesan yang datang benar-benar penting dan harus dijawab segera, atau sedang menunggu suatu berita penting.

aku sendiri lebih nyaman bercakap-cakap dengan menjauhkan ponselku, atau paling tidak membuatnya "sunyi." kebetulan juga hingga saat ini aku tidak terlibat dalam suatu pekerjaan yang sangat penting yang membutuhkan kesediaanku untuk dihubungi kapan saja, seperti dokter jaga atau kepala badan intelejen negara. saat berkendarapun aku lebih sering mengabaikan dering (atau getar) ponsel, entah panggilan entah pesan singkat. apapun itu, bila hal tersebut sangat penting... orang tersebut pasti akan menelepon kembali dan pesan singkat bisa dibaca setelah sampai ditujuan (sekali lagi, kalo emang lagi gak nungguin kabar tertentu).

bukan satu kali juga aku kehilangan suatu kesempatan baik karena mengabaikan panggilan telepon... tapi ya sudahlah. belum rezeki. aku bisa menerima itu sebagai konsekuensi logis dari suatu pilihan. alhamdulillah aku tidak pernah menyebabkan seseorang terluka atau terbunuh, baik karena penggunaan ponsel sambil berkendara ataupun karena mengabaikan panggilan telepon. itu lebih penting.

bukan pula berarti aku tidak memimpikan memiliki ponsel canggih, aku tidak sehipokrit itu. bila sudah mampu membeli, kenapa tidak. sampai saat itu tiba... tetap saja aku akan berusaha untuk tetap berperilaku sadar-teknologi yang bijak dan lebih ramah-manusia.

sepertinya cukup kuat alasan untuk menunda suatu pekerjaan dengan memproduksi satu tulisan ini.

jadi, aku berharap... apapun preferensi teknologi informasi pilihanmu, berbeda atau sama denganku, aku harap kita semua tetap bisa berteman dan menjalin komunikasi "normal." mudah-mudahan kita semua dapat lebih bijak dalam memilih dan menggunakan perangkat elektronik pilihan kita masing-masing, menggunakannya secara proporsional dan lebih sehat. mudah-mudahan ada lebih banyak percakapan dan sentuhan fisik di atas meja (atau kasur) di antara kita sesama manusia... lebih dari sekedar memijat papan ketik dan atau menyentuh layar. anak-anak harus tetap melek teknologi, tetapi mereka harus selalu diingatkan bahwa sentuhan sesama manusia jauh lebih penting. bercakap-cakap langsung dengan temannya, atau bahkan bertengkar, tidak hanya saling bertukar pesan-singkat... membuat mereka dapat belajar lebih banyak tentang hidup.

hujan di luar kamar... saatnya mandi, siap-siap untuk pegang-pegangan dan berkeringat, yang banyak!

Tidak ada komentar: