04 Januari 2013

katakan "Tidak!" pada Agama

menurutku ini judul paling provokatif yang pernah aku buat di sini :)

beberapa jam yang lalu aku membaca "Spiritual, but not religious" di majalah daring BBC News. artikel yang berangkat dari hasil riset yang menyatakan bahwa orang "spiritual" mungkin mengalami kesehatan mental yang lebih buruk daripada orang beragama, agnistik, atau atheis. (ada banyak sumber referensi, tapi buat yang buru-buru bisa klik di wikipedia: Agosticism, Atheism, Theism, Deism, Spirituality tapi bukan Spiritualism, atau sebagian besar dapat dibaca pada lema God, atau terusin aja baca tulisan ini :D)

beberapa jam yang lalu aku juga terusik membaca komentar seorang teman yang intinya dia kasihan dengan orang atheis yang tidak punya tempat mengadu di kala hati susah... kesimpulan yang terlalu dini dan opini yang bodoh menurutku :D (mengingat temanku ini lulusan salah satu kampus ternama di Indonesia). tetapi tidak mengejutkan karena datang dari seseorang yang percaya hanya orang gila yang melakukan konsultasi psikologi :) karena orang atheis tentu saja menolak Tuhan (dan agama) sebagai solusi, kenapa harus bergantung pada-Nya? :D

menurut salah satu sumber dari artkel tersebut di atas, mungkin salah satu penyebab masalah mental (misalnya depresi) adalah fakta bahwa pencarian makna dapat menjadi perjalanan yang melelahkan. sangat beresiko untuk pergi dan mencoba memandang suatu masalah dari perspektif yang lebih besar. perjalanan yang sangat menjanjikan tetapi bisa jadi sangat menyakitkan (dalam prosesnya).

tetapi menurutku proses yang kadang menyakitkan ini adalah "imbalan" yang sepadan :) aku sendiri percaya bahwa sesuatu yang kita dapatkan dengan pengorbanan yang besar akan terasa lebih nikmat dan bertahan lebih lama. aku sendiri juga adalah tipe orang yang menikmati perjalanan, tidak semata-mata berorientasi tujuan... karena pencarian makna buatku berarti bahwa perjalanan itu sendiri (boleh jadi) adalah tujuannya.

sedikit menengok ke belakang... kecenderungan semakin ditinggalkannya agama formal (dipisahkan dengan spiritualitas) pada saat ini sudah "diramalkan" sejak puluhan tahun yang lalu. salah satu prediksi yang terkenal misalnya terungkap pada Megatrend 2000 karya Naibitt dan istrinya. ketika agama terjebak sebagai ideologi dan institusi sosial, maka agama tidak lagi menjadi satu-satunya solusi. senada dengan Naisbitt, K Hidayat dan MW Nafis dalam Agama Masa Depan (2003) juga meramalkan beberapa kecenderungan perilaku keberagaan dalam masa mendatang, salah satunya adalah Deisme.

karena aku masih percaya Tuhan (meskipun juga menghormati teman-teman yang memilih lain)... menurutku menurunnya nilai agama di mata pemeluknya (atau mantan pemeluknya) adalah ulah para manusia itu sendiri, khususnya para pemuka agama. sejarah agama yang penuh percikan darah membuat pesan damainya terdengar sumbang. sementara perselingkuhan agama ke dalam banyak sektor kehidupan terbukti tidak melahirkan dunia yang lebih baik (sejauh ini). sepertinya kepadatan penduduk di surga akan sangat rendah, sementara neraka mengalami ledakan populasi :D

ulah segelintir manusia ini akan membuat agama kehilangan wibawa.

aku percaya bahwa semua agama mengajarkan kebaikan. nilai-nilai moral ini lebih luwes dan berlaku universal. tidak seperti agama, yang kaku dan mengkotak-kotakkan umat manusia. nilai-nilai moral inilah yang akan bertahan sepanjang masa. orang-orang yang kecewa akan berpaling dari agama... sebagian masih percaya kepada Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang luhur dan bersifat universal, sebagian lagi akan menempuh perjalanan yang berbeda untuk menemukan jawaban yang lain. sebagian akan mengeluarkan Tuhan dari agama, sebagian akan meninggalkan-Nya.

jadi... tulisan ini akan aku tutup dengan pertanyaan yang sama yang mengakhiri artikel "Spiritual, but not religious" dari BBC News.

Do you consider yourself spiritual but not religious? What do you believe in?

Tidak ada komentar: