25 September 2008

'agama' aikido

aku pernah menasehati salah seorang murid dengan menganalogikan antara aikido dan kehidupan sehari-hari. menurutku orang yang belajar aikido dengan sungguh-sungguh sama dengan belajar tentang hidup. buat aku aikido seperti 'agama' (dengan huruf 'a' kecil;-) agar tidak dicap musyrik:-)) dengan O-sensei sebagai 'nabi'nya, mungkin Budo bisa jadi 'kitab suci' dan para sensei berperan sebagai penjaga ajaran 'agama' aikido. aikido sebagai jalan hidup sedikit banyak memenuhi kriteria sebuah 'agama' (modern). bila kita mengaji ajaran-ajaran O-sensei, yang banyak terinspirasi dari ajaran shinto dan omoto, maka kita akan menemukan nilai-nilai universal yang juga dipercaya dan dianut oleh agama-agama formal dunia. aku tidak bermaksud menyama-nyamakan perbedaan, tetapi kita tidak boleh membeda-bedakan bila memang terdapat kesamaan. belajar aikido tidak lantas membuat kita harus berpindah Agama (dengan 'A' besar). yang tidak memiliki atau merasa tidak terikat dengan satu Agama-pun, sah-sah aja untuk ikut belajar aikido tanpa harus menjadi Shinto atau Omoto. O-sensei mengatakan bahwa aikido untuk semua umat manusia. banyak teman yang jengah dengan praktik-praktik berbau Shinto, seperti menghormati shomen (atau dinding polos di sebagian besar dojo). menurut aku, kita melakukan itu lebih sebagai tradisi, menghormati tradisi asal bela diri ini, dan bila kita menunduk, tidak berarti kita menyembah atau bersujud, apa yang kita lakukan menurutku adalah salah satu bentuk penghormatan dan rasa terima kasih. secara fisik kita juga tidak dituntut untuk bersujud. pada saat mokusho, bukan posisi berdoa yang lazim bagi sebagian agama, juga tidak usah ditafsirkan aneh-aneh. kalau ada yang merasa tidak nyaman berdoa dalam posisi seiza, kenapa tidak diisi dengan olah nafas sambil menyiapkan hati dan jiwa untuk memulai atau mengakhiri sesi latihan. dan masih banyak praktik-praktik lain yang sangat mungkin berasal dari ritual keagamaan tertentu yang tetap bisa kita lakukan dengan niat yang berbeda dan lebih 'aman'. tetapi kita memang tidak boleh memaksakan sesuatu tindakan apapun alasannya, dan dalam aikido kita juga diajarkan untuk tidak memaksa. jadi setiap orang boleh saja melakukan apa yang dia mau, dan bila suatu saat dia merasa ada benturan dengan ajaran Agamanya, tidak akan ada yang memaksa dia untuk mengikuti karena latihan aikido bersifat sukarela. tetapi menurutku orang-orang seperti itu tidak akan mendapatkan 'jalan harmoni'.

Tidak ada komentar: