19 Juni 2012

menghemat nasi dan makan BBM bersubsidi

ada dua iklan layanan masyarakat "unyu" yang sedang gencar-gencarnya ditayangkan di hampir seluruh TV nasional. pertama iklan yang menyarankan masyarakat untuk menghemat pemakaian BBM bersubsidi, lebih baik lagi beralih ke BBM non-subsidi. berikutnya adalah menganjurkan masyarakat untuk "menghemat" konsumsi beras (= nasi) dan mencoba bahan makanan pokok alternatif. dua-duanya soal menghemat konsumsi sumber daya.

menurutku dua iklan ini justru tidak hemat biaya, memboroskan anggaran belanja negara. buat apa negara bikin iklan gak jelas kayak gini? tujuan iklan ini apa sih? penghematan subsidi? mengurangi beban impor beras? maaf ya... berikut ini adalah prasangka-prasangka burukku terhadap para birokrat dan politisi negara kita yang tercinta ini (yang tercinta negaranya ya, jangan ampe ada yang keliru baca). pertama, aku gak percaya kenaikan harga BBM dan pembatasan "paksa" konsumsinya adalah solusi utama yang cerdas. kedua, kebijakan "menggeser" konsumsi nasi nasional ke bahan makanan pokok lain cuma lip-service aja.

supaya gak dicap cuma mampu mengkritik, mo sumbang saran dikit nih... menurutku, pemerintah tuh pertama dan terutama adalah membereskan sistem pengolahan keuangan negara, oke lah mungkin sulit untuk menumpas tuntas korupsi tapi paling tidak berusaha keraslah untuk mengurangi kebocoran anggaran. aku percaya masih ada celah untuk menghemat anggaran belanja negara. penyelenggaraan pemerintah yang bersih juga bisa mengoptimalisasi penggunaan anggaran.

misalnya nih, kalo membangun atau memperbaiki jalan jangan setengah-setengah dong! setengah tahun bagus (biasanya musim kemarau), setengah tahun berikutnya udah rusak lagi (biasanya pas musim hujan). tau gak sih kalo jalan rusak (berlubang dan tergenang, misalnya) tuh adalah salah satu sumber masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas? kalo jalan-jalan raya mulus dan lancar, logikanya konsumsi BBM juga akan lebih hemat.

setelah perbaikan infrastruktur, perbaiki juga sistem transportasi massal. kalo ada moda transportasi umum yang nyaman dan aman, pasti akan ada banyak orang yang berpindah ke lain hati, meninggalkan kendaraan pribadi dan naik angkutan umum. berapa banyak tuh BBM yang bisa dihemat.

masih banyak lagi solusi alternatif yang bisa diambil untuk menghemat subsidi BBM tanpa menaikkan harga dan rayuan gombal. misalnya membangun bandara dan pelabuhan yang memadai, antrean pesawat yang mendarat dan kapal yang berlabuh juga salah satu sumber pemborosan utama. dan solusi alternatif lainnya.

yang paling gombal tuh soal mengganti makanan pokok. pengalaman pribadi nih. sebagian besar rakyat Indonesia (termasuk aku) adalah "pecandu" berat nasi. terima kasih banyak kepada almarhum Bapak Pembangunan Soeharto. tapi yang lalu biarlah berlalu...

kenapa aku bilang gombal? soalnya pemerintah gak bisa menyediakan akses yang mudah terhadap makanan pokok alternatif, selain nasi. sulit banget untuk mengubah pola makan orang Indonesia yang sebagian besar baru kenyang kalo udah makan nasi... lebih sulit lagi karena akses terhadap bahan makanan alternatif juga tidak gampang. yang aku amati sumber karbohidrat (selain beras) yang gampang diakses adalah mi dan roti. tapi ini juga percuma... soalnya bahan utama makanan ini juga banyak komponen impornya. belum lagi soal isu pemakaian bahan aditif berbahaya seperti pemakaian bahan pengawet yang berlebihan atau malah bukan untuk makanan.

trus kalo gak makan nasi, gak makan mi, gak makan roti... kita mo makan apa? apa sih upaya pemerintah untuk menghadirkan bahan manakan pokok alternatif ke pasaran? banyak gak sih yang jual singkong atau jagung di sekitar kamu? kalo banyak, mudah gak mengolahnya? harganya lebih murah daripada beras gak? apa ada juga upaya pemerintah untuk mengsubsidi petani yang menanam bahan makanan pokok alternatif?

aku pribadi sudah berusaha mengkombinasikan bahan makanan pokok harianku. meskipun masih sulit untuk ninggalin nasi sepenuhnya... aku sudah berusaha membiasakan diri untuk sesekali "puasa" nasi. biasanya aku makan roti dan mi (tapi bukan mi instan ya!). sesekali diselingi oat meal. gak keberatan makan jagung, tapi repot masaknya... harganya juga lebih mahal. keripik singkong sering :D tapi singkong sebagai makanan pokok belum kayaknya. nasi campur jagung/singkong sih mau aja, tapi males bikinnya :D kalo sagu kayaknya sulit ya buatku. apalagi ya?

singkatnya... kesimpulanku adalah iklan layanan masyarakat ini sia-sia aja dibuatnya. seolah-olah masyarakat umum hanya diajak berpartisipasi dalam menghadapi masalah, tapi kalo soal bagi-bagi rejeki itu cuma buat para birokrat dan politisi aja. pemerintah mau enaknya aja, gak ada usaha lain selain "mengajak" berhemat. penghematan atau pengalihan konsumsi hanya akan jadi solusi jitu kalo pemerintah juga mampu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif. misalnya, perbaikan infrastruktur jalan dan insentif bagi petani.

konsumsi BBM akan hemat dengan sendirinya kalo pemerintah mau berusaha memperbaiki infrastruktur jalan dan sistem transportasi. soal subsidi BBM, masih banyak pos pengeluaran yang bisa dihemat, misalnya belajan pejabat. trus kalo masyarakat harus mengganti nasi atau mengkombinasikan bahan makanan pokok, permudah dong akses terhadap bahan makanan alternatif tersebut. bantu juga para petani yang menanam bahan makanan pokok alternatif ini. jadi yang repot gak cuma kita aja nih, masyarakat kecil. anggaran buat iklan layanan masyarakat bisa dialihkan ke program-program yang lebih tepat sasaran :)

 tidak bermaksud mengeluh :D aku masih cinta Indonesia kok :) cuma mau berbagi...

Tidak ada komentar: