03 Juni 2012

kenapa? karena...

"because it's there!" begitu George Mallory menjawab pertanyaan "why climb Everest?" dari seorang wartawan. Mallory mendaki Everest bersama Sandy Irvine pada tahun 1924, ini adalah kali ketiga usahanya menuju puncak Everest. Mereka terakhir terlihat sekitar 800 kaki dari puncak dan kemudian mereka hilang. tujuh puluh lima tahun kemudian pencarian jasad Mallory dan Irvine dilakukan, dan nasib mempertemukan jasad Mallory yang masih utuh dengan Conrad Anker, sayangnya jasad Sandy Irvine masih tetap belum ditemukan. (ini kutipan bebas dari blog temanku yang me-review film dokumenter berjudul Wildest Dream, baca lengkapnya di Pensieve)

aku pernah membaca jawaban serupa (tapi tak sama) dalam sebuah kisah Zen. begini kisahnya: ada seorang bhiksu tua yang sedang menjemur sayuran di bawah terik matahari. salah seorang bhiksu yang lebih muda bertanya, "Berapa usia Guru?"
"Enam puluh delapan tahun," jawab bhiksu tua dengan singkat.
"Mengapa Guru mesti kerja keras di sini?"
"Karena saya di sini," tukas sang bhiksu tua.
"Tetapi Guru kan tak perlu bekerja di bawah terik mentari?"
"Karena matahari di sana," sahut sang bhiksu tua.
(cerita ini aku baca pertama kali dalam buku tentang Zen dalam format kartun berjudul "Zen: Membebaskan Pikiran"  suntingan Tsai Chih Chung dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Koh Kok Kiang. penerbit Karaniya. aku juga pernah membaca kisah ini dalam literatur Zen yang lain, meskipun detail ceritanya sedikit berbeda)

koan (dalam bahasa Jepang) atau gong-an (dalam bahasa Cina) merupakan sebuah cerita tentang Zen yang secara tersembunyi memancarkan suatu kebenaran kosmik, biasanya mencatat pencerahan seorang guru, dan selalu dihubungkan dengan situasi yang sepertinya tidak logis. meditasi dan koan merupakan dua teknik yang umum dipakai dalam pembinaan Zen untuk mencapai pencerahan. dalam aliran Cao Dong atau Soto Zen, meditasi merupakan alat utama pembinaan sementara aliran Lin Ji atau Rinzai Zen berfokus pada koan. tapi ini tidak berarti yang satu meniadakan yang lain, hanya perbedaan prioritas penggunaan teknik. (aku kutip secara bebas dari "Jalan Pencerahan Zen" karya Alan W. Watts terbitan Jalasutra dan "The Complete Book of Zen" karya Wong Kiew Kit terbitan Elex Media Komputindo, buku-buku yang memuat koan sendiri sudah banyak yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, aku paling suka dengan koan versi kartun :D)

sebagai orang awam yang tidak mendalami Zen, sebenarnya aku gak punya otoritas untuk membandingkan jawaban Mallory dengan koan. hanya saja, koan itulah yang terlintas dalam pikiranku ketika aku membaca jawaban Mallory dalam blog Pensieve temanku ini. sulit untuk dijelaskan, tetapi aku merasakan sensasi yang sama. menafsirkan koan gampang-gampang susah. gampang karena koan emang sederhana (apalagi jaman sekarang ada banyak buku yang memuat koan beserta penjelasannya). tetapi juga sulit, karena mengetahui tafsiran (apalagi nyontek dari orang lain atau buku) tidak berarti memahami. memahami juga tidak selalu berarti kita sudah mencapai pencerahan (sebagai tujuan koan). memahami koan membutuhkan upaya dan komitmen yang tinggi, tafsiran yang kita peroleh sangat tergantung dengan tingkat pemahaman kita. waduh bahasanya kok jadi kayak tautologi gini ya :D maklum...

jadi kamu tafsirkan sendiri ya koan dan jawaban Mallory tersebut di atas... kalo tafsiran kita berbeda ya gak jadi masalah. yang penting bukan jawaban akhirnya, tetapi proses yang kita tempuh dalam mempelajari dan memikirkan jawaban tersebut :)

nah kali ini aku mo cerita dikit sebelum aku klik "publish" :D
dalam perjalanan terakhirku kemarin, aku ketemu dengan beberapa teman baru. hampir semua kenalan baru ini selalu bertanya "kenapa?" yang berhubungan dengan destinasi yang aku tuju. kenapa pergi sendirian? kenapa Borobudur/Prambanan? kenapa Jogja/Malang? ...lidahku gatel pengen jawab "because it's there!" kayak jawaban Mallory atau "karena itu di sana!" :D tapi kok kayaknya gaya banget ya? :D aku juga gak yakin mereka semua bisa dan mau mengerti apa yang aku maksud. jangan-jangan aku malah dicap sombong karena memberikan jawaban yang kurang jelas. atau malah dicap gila. gawat kan, padahal bukan itu niatku. karena emang sulit buatku untuk memanifestasikan motivasi perjalananku dalam rangkaian kata-kata yang singkat dan sederhana. pertanyaan kayak gini biasanya aku jawab dengan curhat yang panjang (dan mungkin membosankan) yang kemudian menghasilkan pertanyaan berikutnya yang memiliki relevansi rendah atau malah gak relevan dengan pertanyaan sebelumnya :D (yang pasti motivasiku bukan narsis, seperti yang bisa kamu baca di artikel ini "Narsis = Motivasi Traveling" :D meskipun aku akui aku sangat suka difoto dengan bagus, dalam Bianglala Hayat bisa kamu hitung sendiri ada berapa banyak foto yang menampilkan penulis).

oke balik lagi ke koan tadi... jawaban koan yang tepat akan membawa kita semakin dekat menuju pencerahan, sementara kebingungan akan membawa kita ke arah sebaliknya :) tapi jawaban koan yang tepat tidak hanya ada satu. bahkan, mungkin buat mereka yang tidak percaya dengan agama timur akan lebih memilih untuk tidak memerdulikan koan tersebut :D

malam semakin larut (sekarang jam 2:30) padahal aku harus latihan jam 9 pagi ... menulis emang menyenangkan, sesuatu banget! :)

oyasumi...

2 komentar:

netnot mengatakan...

ohoho... terharu ^_^
jadi, pertanyaannya kemudian.. mengapa dikutip?! :)

kei mengatakan...

because it's there :D

believe it or not :D koan Zen yang aku kutip tersebut adalah salah satu koan yang paling berkesan buatku, jadi pas aku baca blog-post di pensieve yang (menurutku) senada ditambah banyaknya pertanyaan "kenapa?" yang muncul selama perjalanan terakhirku... aku gatel pengen posting hal yang serupa di sini :) jadi tulisan kamu jadi salah satu inspirasi.
...dan sesuai saran Seth Godin :D

Seth Godin meyarankan para blogger untuk tidak pelit menampilkan blog teman.