ada satu buku menarik yang sedang aku baca dalam beberapa minggu terakhir, bacanya agak lama :D
judul bukunya adalah Tangan Kuasa dalam Kelamin: telaah homoseks, pekerja seks, dan seks bebas di Indonesia, karya Hatib Abdul Kadir, Insist Press, 2007. buku ini menarik buatku karena menawarkan perspektif alternatif dari apa yang biasa disebut masyarakat (khususnya institusi negara) sebagai penyakit sosial. karena belum tuntas kubaca, aku mo berbagi salah satu bagian yang paling menarik yang aku baca sampai saat ini.
tapi sebelumya... secara pribadi aku gak terlalu peduli dengan orientasi dan pilihan seks seseorang, selama hal tersebut tidak mengganggu orang lain. orientasi seks sesama jenis kelamin atau berbeda jenis kelamin atau dua-duanya (:D) buatku sama aja, yang penting tidak ada pemaksaan. pun pilihan untuk menjadi pekerja seks atau menganut prinsip hidup seks bebas, buatku juga sah-sah aja. apapun orientasi dan pilihan seks seseorang seharusnya tidak menghalangi mereka untuk berbuat baik terhadap sesama. pun bila mereka terlibat dalam tindak kriminal melawan kemanusiaan, mereka tidak lebih bersalah daripada yang lain.
ok sesuai judul posting ini...menurut penulis, Hatib Abdul Kadir, homoseksualitas adalah bagian dari diversitas dan pluralisme seksual yang sah, selama ia mengandung nilai altruistik dan berprinsip non-violent. (aku setuju!) kita juga harus melakukan reinterpretasi terhadap perintah "penuhilah bumi" dari Tuhan. (setuju banget!). siapapun pasti akan setuju kalo dibilang bahwa manusia sudah terlalu banyak dan manusia tidak bisa mengatur/memelihara bumi dengan baik.
(masih inget lagu Bang Rhoma, 150 juta penduduk Indonesia? tahun 80-an tuh, sekarang nih penduduk kita sekitar 250 juta! badan urusan penduduk PBB memperkirakan penduduk dunia saat ini berjumlah tidak kurang dari 7 milyar. laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat melebihi laju pertumbuhan ekonomi, sementara daya dukung alam tidak bertambah, kecuali setengah penduduk dunia bersedia pindah ke mars atau planet lain)
salah satu penyebab utama laju pertumbuhan penduduk yang pesat adalah tingginya angka kelahiran (yang tentu saja dihasilkan oleh perkawinan heteroseksual, seks yang prokreatif dan bertujuan reproduksi). padatnya jumlah penduduk menimbulkan banyak masalah bagi negara, misalnya jumlah anak terlantar, tingkat pengangguran, sampai praktik aborsi yang tinggi.
penulis menawarkan ide untuk untuk memahami homoseksualitas sebagai salah satu solusi masalah kependudukan. misalnya, masalah anak-anak terlantar. fenomena gay atau lesbian di perkotaan biasanya terjadi pada kalangan menengah (ke atas) yang tidak terlalu mengalami permasalahan dengan finansial dan kebutuhan dasar. (dan jangan lupa juga kalo saat ini populasi kalangan menengah di Indonesia sedang berkembang pesat) kaum homoseks yang membina rumah tangga (bila dilegalkan, misalnya. atau paling tidak, tidak dikejar-kejar, dihakimi, dan dimusuhi) yang ingin membesarkan anak, tentu saja akan banyak membantu melalui adopsi anak terlantar.
oke begitu secuplik opini bung Hatib yang menarik buatku :) menarik bukan? aku pribadi tidak sedang berusaha mempromosikan golongan dengan orientasi seks tertentu. tetapi kenapa tidak kita lebih membuka diri dan menerima lebih banyak pemikiran yang berbeda, menyikapi perbedaan dengan dewasa dan rasional. apalagi bila perbedaan tersebut tidak melukai siapapun. kita juga harus menghindari penggunaan kekerasan sebagai solusi utama dalam menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh perbedaan (yang sedihnya, sering dan banyak terjadi saat ini di negara kita). dan jangan lupa, tetaplah setia dengan pasangan anda! :)
2 komentar:
saya juga tidak akan mengatakan setuju atau tidak. saya hanya membayangkan..jika homosex dan bisex menjadi solusi lonjakan penduduk..maka 20 tahun yang akan datang..tidak akan lagi ada anak kecil di dunia..dan peradaban manusia di bumi apalagi di planet lain akan penuh dengan ikhlasnyaaa...jika solusi ini di jalankan.jika solusi ini yg menjadi pilihan manusia.
arigatou.. anonim-san! :)
(maaf aku tidak mengerti maksud dari "peradaban manusia di bumi apalagi di planet lain akan penuh dengan ikhlasnyaaa" apa hubungannya dengan "tidak akan lagi ada anak kecil di dunia"? mungkin "penuh" itu maksudnya "punah" ya? slip of finger? :D)
menurutku kepunahan umat manusia adalah sebuah keniscayaan :D dengan atau tanpa "bantuan" ulah manusia itu sendiri...apa salahnya? umat manusia kan cuma "tamu" yang hadir belakangan, entah kita percaya kepada Adam atau Darwin, tidak mengubah fakta tersebut. (paling tidak menurut wikipedia, umur bumi sekitar 4,5 milyar sementara manusia diperkirakan berkeliaran di bumi mulai sekitar ratusan ribu tahun yang lalu) aku percaya bumi akan jauh lebih baik jika campur tangan manusia diminimalisir (salah satunya dengan mengurangi jumlah penduduk).
meskipun demikian... sekali lagi, homoseksual bukan satu-satunya solusi masalah penduduk dunia :) cuma salah satu opsi (riang) saja :D
tentu saja masih banyak pilihan hidup yang lain... seperti genosida, perang, kelaparan masif, bencana manusia (bukan alam!), legalisasi aborsi, dan lain-lain :D
apapun pilihannya, menurutku sangat penting untuk membatasi jumlah penduduk dunia karena keterbatasan daya dukung bumi kita. kita pun harus menghormati hak hidup semua makhluk termasuk non-manusia yang sama-sama mencoba sedikit bersenang-senang menikmati hangatnya matahari di bawah kolong langit. ledakan populasi manusia sudah jelas-jelas tidak memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup.
terakhir... buat yang percaya Hari Akhir, bukankah semua akan berakhir pada akhirnya? :D jika manusia sudah tidak sanggup lagi mengurusnya, kenapa tidak kita kembalikan saja Bumi kepada Pemiliknya :)
Posting Komentar