baca cerita sebelumnya klik di sini
nyampe depan loket penjualan tiket masuk, ternyata udah rame banget, tapi kayaknya gak ada satupun pengunjung individu, semuanya datang dalam rombongan. yang ngantri beli tiket gak banyak, gak nyampe sepuluh orang, tapi tiap orang entah beli berapa banyak tiket masuk? :D belum lagi aku curi-curi dengar masih ada yang nawar-nawar gitu minta bonus free-ticket masuk, emang bisa ya? :D tiba giliranku, ternyata tiketnya berbentuk smart-card, jadi gak bisa disimpan untuk koleksi karena kartunya akan "ditelan mesin," harganya 30 ribu sama kayak di Prambanan.
setelah melewati gerbang pemeriksaan tiket aku jadi rada bingung... menurutku papan penunjuk arah ke komplek candi kurang ramah pengunjung. jadi kayak domba, awalnya aku ikutin aja keramaian yang bergerak :D ternyata ada papan petunjuk, cuma kurang strategis penempatannya (sama kayak papan petunjuk arah di tempat parkirnya). beberapa sarana penunjang berada di daerah ini, jadi kalo mo ke kamar mandi atau istirahat bentar bisa duduk-duduk di sini, suasanya cukup nyaman dan adem.
nah menuju ke candi, kita akan menemui kios peminjaman sarung :D gratis kok. jadi kita harus pake sarung kain batik dulu sebelum masuk ke candi, kayaknya sih gak wajib tapi ya gak ada salahnya juga ngeramein program "sarungisasi" Borobudur :) oya, meskipun "cuma" tempat wisata, menurutku kita sebaiknya berpakaian cukup sopan, gimanapun juga Borobudur adalah tempat suci agama Buddha, bahkan tiap tahun dijadikan sebagai tempat memperingati Trisuci Waisak bagi umat Buddha.
oke... setelah pake sarung, kita akan melalui boulevard menuju kaki candi. tapi tunggu dulu, jangan buru-buru naik tangga... kalo ini kunjungan pertama, sebaiknya membaca dulu "aturan main" mengunjungi Borobudur. ada dua papan informasi yang cukup besar di sebelah kiri-kanan boulevard, sebaiknya dibaca dulu supaya kita dapat menikmati ziarah suci ini dengan maksimal :) misalnya ada anjuran untuk masuk melalui sisi timur dan berjalan melingkari Borobudur searah jarum jam (candi terletak di sisi kanan tubuh kita).
akhirnya Borobudur dan aku tinggal dipisahkan oleh beberapa anak tangga saja :) aku gak bisa menggambarkan suasana hatiku saat aku akhirnya bisa melihat kemegahan Borobudur secara langsung dari kakinya sampai ke puncak (dari boulevard ada titik strategis untuk melihatnya, yaitu dari monumen Situs Warisan Dunia). pada pelataran timur candi ada lagi tuh beberapa papan informasi yang wajib dibaca pengunjung serius sebelum benar-benar menginjakkan kaki ke candi.
sebenernya kesan pertama melihat Borobudur buatku tidak terlalu besar dan luas, tapi teryata itu cuma ilusi optik :) bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama
atau "nafsu rendah." bener banget... kemegahan dan keindahan Borobudur emang harus dialami langsung dengan menyusuri tiap tingkat sesuai anjuran. banyak pengunjung yang tidak sabar dan tergoda untuk langsung menuju tingkatan puncak Borobudur, tapi hal ini sangat TIDAK aku sarankan! :) semakin cepat kita mencapai puncak, semakin banyak hikmah perjalanan yang hilang. jangan lupa, perjalanan itu sendiri adalah tujuan :)
aku bukan penganut agama Buddha, tapi aku pribadi mengakui kebenaran-kebenaran universal ajaran Buddha dan Borobudur adalah tempat yang tepat untuk merasakannya. sayangnya tidak semua pengunjung bisa menghormati kekhusyukan tempat ini. banyak pengunjung, khususnya yang berusia belia, yang berpolah kurang sopan, menurutku. paling tidak secara rasional, kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak fisik candi, misalnya memanjat dinding candi demi pose foto "keren." masih ada juga pengunjung yang membuang sampah sembarangan (meskipun sangat sedikit, tapi tetep aja tidak bisa dibenarkan). banyak juga pengunjung khususnya rombongan yang (lagi-lagi) berusia belia yang tidak menjaga ucapannya (berbicara kasar dan kotor, paling tidak menurut standarku), bahkan sampai membuat keributan. kayaknya kita emang harus mendapat edukasi pra-kunjungan sebelum bener-bener datang ke sini.
informasi seputar seputar candi Borobudur cukup mudah kita peroleh secara daring. tinggal klik di mesin pencari :) aku rada menyesal karena tidak menggali informasi yang lebih banyak sebelum ke sini, meskipun bersyukur bisa diberi kesempatan untuk melihat langsung Borobudur :) aku pasti akan ke sini lagi! :D
berjalan kaki menyusuri lorong-lorong Borobudur ternyata cukup sepi, alhamdulillah :) suasananya cukup kondusif untuk menikmati setiap langkah dengan lebih khusyuk dan santai. sambil berjalan kita bisa menikmati relief indah pada dinding candi dan arca Buddha dimana-mana (konon aslinya ada 504 arca Buddha tersebar di sini). beberapa petugas kebersihan terlihat memindai hampir tiap inci dari sandi, aku perhatikan ada yang berbekal pinset untuk memungut tiap benda asing yang mereka temukan sekecil apapun. mudah-mudahan emang kayak gini ya perawatan rutinnya tiap hari :) jadi Borobudur bisa semakin awet dan masih bisa dinikmati ribuan tahun lagi.
Borobudur yang aku kira gak begitu luas, ternyata sangat menguras fisik untuk mengitarinya :D padahal aku cuma berjalan perlahan lho, tidak terlalu lama mengamati tiap panel (karena aku gak gitu ngerti gambar-gambarnya). masih di level Rupadhatu, dunia yang sudah dapat
membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk, aku sudah hampir teler :D mungkin juga karena aku belum sarapan dan memaksakan diri untuk mengitari semua lorong di sini. bener-bener ujian fisik dan mental. aku gak mungkin nyerah dan turun dari candi, aku juga gak mungkin ambil jalan pintas naik tangga langsung menuju puncak candi, sia-sia dong aku jauh-jauh dateng ke sini kalo gak bisa menikmati Borobudur semaksimal mungkin, sia-sia juga dong upayaku dalam mengambil hikmah dari perjalanan ini. jadi setelah beristirahat sejenak, aku meneruskan menyusuri tiap lorong di ranah Rupadhatu..
akhirnya aku bisa mencapai tingkat Arupadhatu, tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. dinding pada tingkatan ini sudah tidak dihiasi relief lagi. sayangnya pada hari itu sedang ada program penyemprotan air pada tingkat ini, kayaknya bertujuan membersihkan debu-debu yang berpotensi merusak struktur candi. aku gak bisa melakukan ritual keliling searah jarum jam lagi, terpaksa mengalah. pada 3 level teratas ini struktur bangunan sudah tidak berbentuk bujursangkar lagi (seperti semua tingkat di bawahnya) tetapi berbentuk lingkaran.
pada tingkat Arupadhatu terdapat puluhan stupa berbentuk lonceng berongga (dindingnya bolong-bolong) yang didalamnya berisi arca Budha, disusun dalam tiga barisan (lingkaran tepatnya) mengelilingi satu stupa terbesar sebagai stupa induk (titik tertinggi dari Borobudur). stupa terbesar dan tertinggi ini juga berbentuk lonceng tapi tanpa lubang-lubang, tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna.
untuk menjaga kestabilan struktur bangunan pada tiga tingkat tertinggi ini, pengunjung yang naik dibatasi jumlahnya. ada seorang petugas yang mengawasi jumlah pengunjung maksimal yang dapat menginjak tingkat ini. selain juga mengawasi pengunjung-pengunjung nakal yang memanjat stupa atau berusaha meraih arca Buddha yang "terkurung."
karena sudah cukup lelah, meskipun belum sepenuhnya puas... aku memutuskan untuk tidak terlalu lama berada pada tingkat Arupadhatu ini. setelah mengelilingi ketiga lingkaran yang ada, aku segera turun melalui sisi utara (sisi yang dianjurkan). nyampe di pelataran utara, aku istirahat sebentar sambil menghabiskan sisa air minum, pas liat jam... gak kerasa aku sudah berjalan lebih dari dua jam untuk mengelilingi Borobudur dari pelataran ampe stupa induk. padahal rasa-rasanya aku udah melewatkan banyak panel relief dan detail candi lho! kira-kira butuh berapa lama ya untuk "membaca" semua relief Borobudur dan menikmati detail-detail candi yang lain seperti misalnya posisi duduk arca Buddha yang berbeda-beda (sekilas tampak sama :D). apalagi kalo sambil meditasi... lain kali! :)
karena sudah sangat lelah dan lapar :D aku membatalkan niat untuk mengunjungi beberapa fasilitas pendukung yang terletak di sekitar areal candi. suatu hari aku pasti akan kembali! harus!:) satu jam kemudian (duduk-duduk di pelataran utara + duduk-duduk lagi di bawah pohon dekat pintu keluar + jalan kaki sekitar 10 menit menuju terminal dari gerbang komplek candi) aku sudah duduk manis menunggu bus menuju Jogja di terminal Borobudur (waktu menunjukkan pukul 10:30 wib). jarak terminal ini dari gerbang candi tidak begitu jauh lho, jadi kalo mo ngirit mending jalan kaki aja. biasanya akan ada banyak andong yang nawarin jasa angkutan dari dan ke candi, seru juga sih kalo mo nyobain rame-rame :D
setelah ini aku pengen berbagi tips menikmati Borobudur dengan maksimal :)
foto-foto perjalananku ke Borobudur bisa dilihat di:
- tutur Borobudur
- tutur Borobudur II
- tututr Borobudur III
-tututr Borobudur IV
4 komentar:
Udah baca ini belum?? http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150480611533264&set=a.94731383263.88069.541748263&type=3&theater
fyi, di NGI bulan juni ini juga ada artikel soal cara menikmati Borobudur, http://nationalgeographic.co.id/feature/2012/06/menziarahi-pertunjukan-agung-borobudur
belum! :D ...iya nih aku ngerasa konyol banget dateng ke Borobudur cuma modal dengkul :D kunjungan berikutnya harus ngerjain pe-er dulu... dan kalo punya duit pengen nginep di Hotel Manohara :) thanks infonya!
btw, bisa pinjem buku dan majalahnya kan? :D
;p saya siy cuma mau belagu aja, masih trauma udah dikatain bodoh :p
orang macam apa yang terperosok 2x di lubang yg sama?! :D
:D banyak kok orang yang kayak gitu, aku sering :D
Posting Komentar