setelah Next, aku melanjutkan hiburan dengan membaca Wajah Lelaki Lain (The Face of Another atau Tanin no Kao, karya Kobo Abe). kebetulan banget kalo Crichton dan Abe sama-sama berlatar belakang pendidikan medis dan tidak berniat memiliki ijin praktik :D. beberapa novel Abe juga diadaptasi dalam bentuk film, termasuk The Face of Another ini.
harus aku akui, meskipun Wajah Lelaki Lain lebih tipis dari Next, membacanya jauh lebih melelahkan. novel minim dialog sepertinya emang bukan "tipe"-ku :D... aku juga mengalami kesulitan yang sama dalam menikmati karya Kafka (soalnya Abe sering dibanding-bandingkan dengan Franz Kafka). otakku aja yang gak nyampe :D. tapi aku masih mo coba berbagi sedikit "penderitaan" dengan calon pembaca yang berminat menikmati Wajah Lelaki Lain :)
pertama-tama aku harus berbagi fakta bahwa novel yang aku baca ini adalah terjemahan bahasa Indonesia dari terjemahan bahasa Inggris dari novel aslinya yang berbahasa Jepang. novel edisi bahasa Indonesia yang aku baca adalah terbitan Jalasutra tahun 2008 (aslinya di Jepang 1964).
wajah adalah salah satu kunci selamat dari seleksi alam yang kejam :) banyak lho manfaat wajah yang (mungkin) tidak/belum kita sadari (sepenuhnya) sebagai "senjata" untuk bertahan hidup. misalnya, sebagai "tanda pengenal." meskipun ada beberapa orang (sedikit sekali) yang memiliki kecenderungan melupakan wajah (karena disfumgsi otak) harus kita akui mengenal dan mengingat seraut wajah sangat penting dalam pergaulan, pekerjaan, hidup, karena kita tidak bisa hidup sendiri. wajah juga merupakan salah satu "media komunikasi" utama. ekspresi wajah membantu kita menyampaikan pesan-pesan non-verbal yang penting, meskipun kadang-kadang disalah-artikan atau malah diabaikan :) memiliki wajah yang "menarik" (dalam tanda petik karena definisi menarik cukup subjektif dan relatif) harus diakui dapat memudahkan manusia dalam mencari pasangan (dan kemudian beregenerasi, bila tidak ingin dikatakan bereproduksi :D). wajah (atau raut muka, khususnya) sangat penting dalam banyak pekerjaan penting, fakta penting ga penting nih! :D misalnya seorang aktor/aktris atau politisi. dan masih banyak lagi...
bayangkan apa yang terjadi bila wajah yang kita miliki sekarang (apapun "nilainya" di mata privat atau publik) harus menjadi rusak (karena kecelakaan, misalnya). wajah yang hancur, kulit yang melepuh menjadi keloid, luka yang sulit disembuhkan, kemana-mana harus memakai perban menyelimuti sekujur muka. bagaimana hal tersebut mempengaruhi hubungan anda dengan orang lain? apakah teman-teman anda masih mau diajak nongkrong bareng? apakah pasangan anda masih mau diajak bercinta? ekspresi apa yang anda harapkan dari seorang anak kecil yang melihat wajah anda? singkatnya, bagaimana dunia menerima anda dengan wajah yang "baru"? apa yang akan anda lakukan? apakah memakai topeng adalah sebuah solusi?
nah upaya menjawab semua pertanyaan sejenis di atas adalah isi dari sebagian novel ini. novel ini sederhananya adalah rangkain curhat yang panjang dari sang korban kecelakaan. curahan perasaannya atas perubahan perilaku dunia (orang-orang disekitarnya). curahan upaya yang dia lakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dia hadapi. sampai akhirnya dia berhasil membuat topeng (dengan raut wajah baru) yang paling alami dan sempurna. apakah "kehilangan muka" dalam arti yang sesungguhnya adalah hal yang sepele? apakah wajah sebagai "kemasan" lebih penting daripada kualitas-non-fisik lain, misalnya kecerdasan? apakah topeng berfungsi untuk menyembunyikan diri kita yang sebenarnya? apakah justru sebaliknya, dengan memakai topeng kita menjadi lebih percaya diri untuk menjadi diri sendiri? siapa yang munafik, Batman atau Bruce Wayne? (yang terakhir ini tidak ada dalam novel ya! :D)
pertanyaan dan masalah yang dihadapi oleh tokoh utama ini mungkin emang rada berlebihan dan terlalu didramatisir, tetapi aku akui hal-hal yang sama juga terlintas di kepalaku saat membaca novel ini. mungkin inilah "sumber penderitaan" itu! :) aku juga jadi berpikir-ulang soal makna topeng. sepertinya sulit untuk menemukan wajah yang tulus akhir-akhir ini, hampir semua orang (termasuk aku) memakai "topeng yang tak kasat mata." sekali lagi, boleh jadi karena ini adalah salah satu bagian dari mekanisme pertahanan diri spesies kita. jadi "topeng" adalah alami. di balik topeng, kadangkala kita (apalagi aku) bisa berani jadi diri sendiri. topeng dalam hal ini tidak selalu berbentuk penutup muka. misalnya dalam blog ini, meskipun sebagian pembaca mengenal diriku secara personal, ada juga pembaca yang tidak kenal sama sekali. harus aku akui kalo dalam blog ini aku jauh lebih jujur daripada dalam kehidupan sehari-hari :) saat berada dalam perjalanan, solo-traveling yang aku gandrungi akhir-akhir ini, aku merasa lebih bebas berekspresi dalam lingkungan yang sepenuhnya asing. di tempat yang asing, aku seperti mendapatkan kekuatan untuk lebih berani dan percaya diri, jauh lebih sedikit basa-basi.
oke, paragraf curhat pribadi-ku ternyata malah jadi lebih panjang :D.. bener-bener novel gak bener nih! :D jadi aku sudahkan saja blogpost kali ini dengan segera. mudah-mudahan bisa jadi perangsang bagi anda yang belum membaca untuk mencoba membaca novel ini. sapa tau anda lebih beruntung daripada aku yang cuma ketiban "penderitaan"-nya saja :D (tetep aja pake emoticon ketawa! dasar gila!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar