31 Desember 2012

Re-Post: (BUKAN) Resolusi!

(karena isinya masih sangat relevan... tidak ada yang berubah dalam setahun ini :D )

sekali lagi ini bukan resolusi... lebih tepatnya ini posting ulang :D tiba-tiba aku teringat masa-masa galau akhir tahun 2010 dan terlintas lagu ini Next Year Baby - Jamie Cullum dari album Twenty Something. kalo kamu cari di youtube ada banyak versi-nya deh (ini salah satu versi yang keren dari Live at Bleinheim). gini lirik lagunya...

Next Year, Things are gonna change,
Gonna drink less beer And start all over again
Gonna pull up my socks Gonna clean my shower
Not gonna live by the clock But get up at a decent hour
Gonna read more books Gonna keep up with the news
Gonna learn how to cook And spend less money on shoes
Pay my bills on time File my mail away, everyday
Only drink the finest wine And call my Gran every Sunday
Resolutions Well Baby they come and go
Will I do any of these things? The answer's probably no
But if there's one thing, I must do, Despite my greatest fears
I'm gonna say to you How I've felt all of these years
Next Year, Next Year, Next Year I gonna tell you, how I feel
Well, resolutions Baby they come and go
Will I do any of these things? The answer's probably no
But if there's one thing, I must do, Despite my greatest fears
I'm gonna say to you How I've felt all of these years
Next Year, Next Year, Next Year

(aku gak ngerti apakah memuat lirik lagu termasuk dalam pelanggaran hak cipta... mudah-mudahan aja enggak)
ngomong-ngomong... ini resolusi yang bagus kan? :) dan cukup realistis... Will I do any of these things? The answer's probably no... :D

But if there's one thing, I must do, Despite my greatest fears I'm gonna say to you How I've felt all of these years :)

29 Desember 2012

mari bung! rebut kembali bandung!

halo-halo bandung...

seperti biasa... atau sudah biasa... pada waktu tertentu kota bandung akan kebanjiran kendaraan bermotor. volume kendaraan yang melintas tidak sebanding dengan daya tampung jalan-jalan yang ada di kota kembang. lebar jalan makin menyempit karena bahu jalan pada ruas tertentu banyak disalahgunakan sebagai lahan parkir (dadakan maupun terencana).

seakan-akan bandung masih kekurangan masalah transportasi. padahal beban rutin jalanan bandung aja kayaknya sudah begitu berat. misalnya, perilaku pengguna jalan (baik pribadi maupun umum) yang kurang disiplin dan kondisi fisik jalan yang buruk. beberapa pelaku bisnis bahkan mematok jalan umum layaknya jalan pribadi (misalnya untuk jalur parkir, bahkan ada yang menjadi lahan parkir).

masalah bertambah parah bila musim hujan tiba... selokan yang kotor dan penuh sampah membuat air enggan melewatinya dan lebih memilih mengalir di jalanan atau menggenang di lubang jalan. lubang di jalan seperti siap memerangkap pengguna jalan yang sial... beberapa bahkan memakan korban jiwa.

kalo dahulu pada masa perjuangan bandung pernah menjadi "lautan api"... sepertinya saat ini bandung masih layak dapat julukan lautan, tapi lautan mobil, sepeda motor, air, sampah,... lautan masalah!
kalo dahulu "lautan api" terjadi karena kerelaan berkorban dan keberanian para pejuang... maka saat ini lautan masalah terjadi karena kelalaian (sengaja dan tidak sengaja) dari para pemangku kepentingan, semua yang terlibat dari rakyat sampai birokrat! dari swasta sampai pemerintah!
kalo dahulu artinya pengorbanan untuk kepentingan bersama yang lebih besar... kalo sekarang mengorbankan rakyat kecil untuk kepentingan segelintir pemilik modal.
kalo dahulu untuk "merdeka!"... kalo sekarang untuk "kaya!"

mari kita sama-sama rebut kembali kota kita yang tercinta ini!
mari kita sama-sama jaga kebersihan dan ketertibannya, mulai dari diri kita sendiri aja... mulai dari yang sederhana aja... mulai dari sekarang!

mudah-mudahan pada pemilihan kepala daerah mendatang para pemilih di kota bandung khususnya dan di jawa-barat pada umumnya dapat berpikir lebih rasional dan menggunakan hak pilihnya dengan cermat dan tepat!

mudah-mudahan bandung dapat menjadi kota yang lebih baik lagi di masa mendatang.

mari bung rebut kembali!

28 Desember 2012

Boris Karloff "The Monster"

dari wikipedia


satu lagi nih aktor film horor terkenal... Boris Karloff! tulisan ini akan jadi bagian terakhir dari rangkaian tiga aktor horor klasik ternama dari Hollywood pada blog ini. nama aslinya William Henry Pratt, berkebangsaan inggris... beda banget ama bayangan kita kalo baca nama panggungnya :D
ada beberapa alasan kenapa dia merubah namanya untuk keperluan dunia hiburan, bisa dibaca di sini.
Karloff ini sedikit keturunan India, sehingga secara fisik sedikit berbeda dengan orang inggris pada umumnya, dan tentu saja "darah-campuran" ini yang (konon) sering membuatnya mendapatkan celaan pada masa kanak-kanak justru menjadi berkah di belantara Hollywood.



dari wikipedia
Karloff paling dikenang sebagai aktor film horor terkenal karena film ini Frankenstein (1931), jadi pastikan kamu harus nonton film klasik yang satu ini ya! :) film ini diadaptasi dari novel karya Mary Shelley dengan judul yang sama, Frankenstein. aku asumsikan aja kalo kita semua sudah tau bedanya antara karakter Frankenstein dan makhluk ciptaannya (yang sering dijuluki Monster). dalam sebuah wawancara, Sara Karloff (anak perempuan Boris Karloff) menyatakan bahwa kemungkinan besar ayahnya mendapatkan inspirasi untuk menghidupkan karakter sang Monster berdasarkan pengalaman masa kecilnya yang sering diasingkan oleh teman-teman sepermainan. perasaan yang dialami sang monster tidaklah asing baginya ditambah lagi dengan pengalaman aktingnya yang cukup banyak sebelum Frankenstein.
secara usia, Karloff ini rada telat terkenalnya. bayangkan dia main di Frankenstein itu pada usia sekitar 44 tahun! Chaney berperan sebagai Phantom pada usia 42 tahun, tapi dia udah maen di cukup banyak film dan lebih dulu terkenal... mungkin aja kalo dia gak keburu meninggal, Chaney yang bakal meranin Count Dracula dan The Monster! :D Lugosi juga rada telat "menjadi" Count Dracula di layar lebar setelah berumur sekitar 49 tahun, meskipun dia sudah bermain sebagai tokoh yang sama di panggung teater sejak 3 tahun sebelumnya. mungkin alasannya adalah karena Chaney adalah aktor kelahiran Amerika Serikat, sedangkan kedua aktor yang lain adalah pendatang (Lugosi dinaturalisasi pada tahun 1931, sementara Karloff sendiri tidak pernah menjadi warga negara Amerika Serikat)

meskipun bintangnya mulai bersinar pada usia yang cukup senja, Karloff meninggal pada usia yang cukup lanjut, 81 tahun. Lugosi sendiri meninggal pada usia 73 tahun dan Chaney pada usia 47 tahun! Karloff dan Lugosi mungkin beruntung tidak lahir dan merintis karir di Hollywood... sepertinya iklim bekerja di Amerika Serikat lebih tidak sehat dibandingkan dengan iklim bekerja di dunia hiburan Eropa. meskipun demikian tampaknya di antara ketiga aktor ini Lugosi lah yang bernasib paling sial... dia bahkan pernah mengalami kesulitan membayar biaya perawatan di rumah sakit pada tahun terakhir menjelang kematiannya.

maka, dibandingkan dengan kedua aktor lain... meskipun paling telat ngetopnya, tapi dapat dikatakan bahwa Karloff lebih beruntung menjalani sisa hidupnya (maksudnya secara materi dan ketenaran, kalo secara psikologis aku gak tau :D). sebelum meninggal dunia, Karloff tidak kehabisan tawaran untuk tampil di pelbagai media. nama dan fotonya sendiri diabadikan dalam 3 perangko di Amerika Serikat (1997: serial film klasik sebagai karakter The Monster dan The Mummy, 2003: mewakili kategori Make-up dalam serial pembuatan film)

ehm... tiga aktor yang aku tulis secara berturut ini tentu saja hanya mewakili selera pribadi (yang banyak terhasut juga oleh Mark Gatiss dalam doku-mini-seri A History of Horror :D) sebagian besar sumber data juga hanya diambil dari wikipedia, jadi dangkal-dangkal aja. sesuai isi doku-mini-seri tersebut di atas, masih banyak lagi film-film horor yang bagus dan berkesan pada jamannya... kabar baiknya sebagian film-film tersebut sudah menjadi Public Domain dan dapat diakses dengan mudah di dunia maya :)

jadi... selamat berburu dan selamat menikmati! :)
.


25 Desember 2012

tiga ikon aktor film horor klasik

selingan aja nih sebelum membahas Boris Karloff salah satu ikon horor klasik setelah Lon Chaney dan Bela Lugosi. bila sebelumnya produser menginginkan Lon Chaney memerankan Count Dracula dalam film Dracula dan karakter tersebut akhirnya dimainkan oleh Bela Lugosi (atas banyak alasan), maka... ketika Bela Lugosi menolak bermain sebagai the Frankenstein monster dalam film Frankenstein, peran tersebut jatuh kepada Boris Karloff!

ketiga ikon horor klasik ini sepertinya dipersatukan dalam rangkaian kebetulan sejarah :D

aku harus jujur kalo inspirasi memuat cerita ketiga ikon ini aku dapatkan dari sebuah dokumentasi dari BBC tentang sejarah film horor (Hollywood). ketiga nama tersebut di atas dianggap mewakili karakter horor pada jamannya (mulai dari film-bisu sampai era film-hitam-putih-bersuara).

sebagai penikmat film... dokumenter BBC tersebut terdengar seperti tantangan buatku :D perburuan film-film dari ketiga aktor tersebut pun dimulai! paling tidak ada tiga film yang harus aku tonton: The Phantom of the Opera (1925), Dracula (1931), dan Frankenstein (1931). alhamdulillah ketiga film tersebut sudah aku tonton :) ditambah beberapa film sejenis dari era yang sama.

ketiga film tersebut di atas adalah adaptasi sinematografis dari tiga novel dengan judul yang sama. The Phantom of the Opera karya Gaston Leroux, Dracula karya Bram Stoker, dan Frankenstein karya Mary Shelley. sayangnya baru Frankenstein yang sudah aku baca penuh novelnya, sementara Dracula hanya baru terbaca novel versi adaptasi (lebih pendek dan sederhana), sementara The Panthom of the Opera baru sampai beberapa halaman awal saja yang sudah aku baca.

bagusnya abis serial tulisan ketiga aktor ini, aku juga menulis ulasan mengenai ketiga film dan novelnya :D mudah-mudahan aja diberi waktu dan nyali yang cukup ya! :) buat kamu yang penasaran, ketik aja kata kunci yang kamu inginkan di mesin pencari, luangkan sedikit waktu untuk membaca novelnya dan menonton filmnya... kalo kepepet banget, cari aja ulasannya di wikipedia :D

oke... selamat menikmati bagian akhir dari kisah tiga ikon aktor film horor klasik... setelah ini!

Bela Lugosi "Dracula"

dari wikipedia
buat penggemar berat film Dracula (dalam versi yang manapun) harus kenal dengan bapak yang satu ini :)

Béla Ferenc Dezső Blaskó (20 Oktober 1882 – 16 Agustus 1956), lebih dikenal sebagai Bela Lugosi, adalah aktor yang memerankan karakter "Count Dracula" dalam film Dracula pertama yang dibuat dengan suara pada tahun 1931 dengan judul "Dracula", sebuah film adaptasi dari novel karya Bram Stoker dengan judul yang sama "Dracula." (banyak banget ya kata "Dracula"-nya dalam satu kalimat :D)


dari wikipedia
dari wikipedia


buat Bela Lugosi kayaknya gak butuh tata-rias yang rumit untuk menghidupkan karakter Dracula :D
selain tampangnya... aksen bicara aktor berkebangsaan Hungaria ini juga pas banget (sudah sewajarnya kalo Dracula berbicara dalam aksen Eropa Timur kan?).






kabar baiknya bagi para penggemar film klasik... film "Dracula" (1931) ini ada kok di youtube :D
film ini "hampir" diperankan oleh Lon Chaney lho! tetapi kesehatan Lon Chaney yang semakin memburuk pada tahun 1928 diperparah oleh Great Depression memaksa produser untuk memangkas anggaran secara drastis. penghematan dilakukan salah duanya dengan cara mengurangi beberapa adegan dan memakai aktor baru (yang belum begitu terkenal).


sebelum film ini, sebenarnya Lugosi sudah memerankan "Count Dracula" dalam pentas Broadway pada tahun 1927 sekali lagi dengan judul yang sama, "Dracula". tetapi aksen bicaranya yang unik membuat Lugosi kesulitan mendapatkan peran yang besar setelah "Dracula." meskipun demikian, sepertinya sampai saat ini gaya bicara Lugosi tersebut sudah menjadi "tanda-tangan" suara Count Dracula (dalam banyak film Dracula setelahnya yang meniru gaya bicara Lugosi).

memerankan karakter Count Dracula sepertinya adalah berkah sekaligus kutukan bagi Lugosi. namanya mungkin akan selalu dikenang sebagai pemeran karakter tersebut yang paling berpengaruh sepanjang jaman, karakter yang diwariskan hingga saat ini. tetapi akhir hidupnya tidak mewariskan banyak harta.

Lugosi meninggal akibat serangan jantung di rumahnya, di Los Angeles. Dia dimakamkan dengan mengenakan salah satu kostum Dracula atas permintaan Bela G. Lugosi (anaknya) dan Lillian (istri ke-4-nya).

(hampir semua data diperoleh dari wikipedia)

dari wikipedia
sedikit info tambahan: buat penggemar film Dracula tidak ada salahnya kalo nonton juga film "Nosferatu" (1922), sebuah adaptasi tanpa izin dari Bram Stoker's Dracula yang dibuat oleh sineas Jerman. sedikit berbeda dan unik... tetapi tetap menarik. :) banyak kok beredar di dunia maya :D

23 Desember 2012

Lon Chaney, Sr. "The Man of a Thousand Faces"

sumber wikipedia
aku ingin berbagi sedikit cerita seputar kegemaranku menikmati film... khususnya film-film lama :) selamat menikmati!

Lon Chaney, Sr. (1 April 1883 – 26 Agustus 1930), dilahirkan dengan nama Leonidas Frank Chaney, dianggap sebagai The God Father of Horror Movie. jadi buat kamu yang ngaku penggemar film horor (khususnya Hollywood) wajib kenal dengan beliau ini... (bisa baca di wikipedia kok :D) 



dari wikipedia


salah satu filmnya The Phantom of the Opera (1925) dianggap sebagai salah satu pelopor film horor di Hollywood. kabar baiknya film ini bisa kamu nikmati di youtube atau dari sumber lain, gratis dan halal (karena hak cipta yang daluwarsa)! :) meskipun aku lebih menikmati interpretasi musikal karya Andrew Lloyd Webber... tapi film bisu yang satu ini adalah tontonan wajib penggemar film klasik!

penggambaran sang "phantom" dalam film ini dianggap adaptasi yang paling akurat dari novel aslinya dengan judul yang sama dari Gaston Leroux. hebatnya lagi, Lon Chaney menciptakan dan melakukan sendiri tata rias wajahnya!
dari wikipedia





ini hasilnya...
jangan dibayangkan peralatan dan teknik tata rias modern lho :D tetapi penderitaan beliau ini tidak sia-sia, dedikasinya dalam mendalami peran (dan tata rias) patut diacungi empat jempol... bahkan konon membuat sebagian penonton menjerit dan pingsan saat adegan Christine mencopot topeng sang "panthom" (pertama kali wajahnya terungkap dalam film ini).

dari wikipedia
sebenarnya "The Hunchback of Notre Dame" lahir lebih dahulu (tahun 1923), tetapi aku nontonnya belakangan setelah "The Phantom" :D dan sekali lagi... film ini pun bisa kamu nikmati secara gratis dan halal di dunia maya. sebuah karya klasik yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Victor Hugo.

salah dua hal yang menarik dari fim ini adalah kemampuan para pembuat film membangun setting Paris abad 15 dan tentu saja... kemampuan Lon Chaney "menjelma" menjadi karakter Quasimodo!

dari wikipedia

gimana? aktor yang menarik kan? :) film-film lainnya masih banyak lho (klik aja info di sini). dan kalo kamu cukup jeli dan ulet... sebagian bisa kamu cari di jagad maya :)





menurutku menarik sekali untuk menikmati film-film lama (dari genre apapun). film-film lama memberikan kita sedikit gambaran mengenai gaya dan selera baik pembuat maupun penikmat film pada jamannya. mungkin sama pentingnya seperti mengambil mata kuliah mekanika "klasik" sebelum mekanika kuantum (mungkin juga bukan analogi yang akurat! :D).

sebenarnya selain youtube, ada juga beberapa situs lain yang memberikan kita kesempatan unik untuk menikmati karya-karya sinema klasik ini secara gratis dan tidak melanggar hukum :) ...
jadi selamat berburu ya!

22 Desember 2012

tears from a star...

gak ada habisnya kalo ngebahas soal hujan :)
Some people feel the rain. 
Others just get wet.
(menurut situs QI ungkapan ini sepertinya berasal dari Roger Miller, meskipun lebih populer dikutip dari Bob Dylan atau Bob Marley... dan sayangnya lebih banyak lagi orang yang ngutip tapi gak nyantumin satu pun dari nama tersebut di atas)

kalo "tears from a star.." aku kutip dari lirik lagu Fragile yang dipopulerkan oleh Sting, tapi kalo aku sih pertama kali denger justru versi cover-nya yang dibawakan oleh Julio Iglesias. lengkapnya begini:

On and on the rain will fall
Like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are...


beda sih pesannya :) tapi sama-sama diilhami oleh HUJAN. dan pastinya ada lebih banyak lagi ungkapan lain di luar sana yang terinspirasi oleh hujan dengan pelbagai tafsiran yang berbeda.

ada juga yang begini... langit terlihat sudah gelap, aku sudah siap. semua perangkat penangkal air hujan sudah dikenakan, dobel! dalam perjalanan ternyata langit menjadi cerah... salah kostum dan jadi gerah :D lagu "I wish it would rain down" (Phil Collins) terngiang di benak!

Now I, I wish it would rain down, down on me
Yes I wish it would rain, rain down on me now...


tapi kalo ada yang bilang cuma anak-anak yang demen mandi hujan... keliru! pernah nonton film "Singing in the Rain" (1952)? inget adegan aktor Gene Kelly nari+nyanyi di bawah rinai hujan sambil bawa payung? :) tak terlupakan! (yang belum pernah nonton filmnya bisa nikmati klip di sini)

I'm singing in the rain
Just singing in the rain
What a glorious feelin'...



lagu ini mungkin lebih populer di telinga anak muda jaman sekarang setelah di-cover oleh Jamie Cullum. sebenernya lagu ini "berasal" dari film "The Hollywood Revue of 1929" (belum pernah nonton nih, tapi cari aja di youtube, bisa dinikmati di sini, lebih panjang di sini dan di sini) (sumber wikipedia).

meskipun konon setelah pengambilan adegan ini Gene Kelly terserang demam (sampai 39 °C lho!)... bisa dipastikan sesekali mandi hujan sebenernya aman-aman saja :D

jadi kamu pilih yang mana? daripada mengutuk hujan... mending kita nikmati aja! :)
gimanapun, hujan pasti membuat basah :D

*menikmati hujan di bandung

21-12-12: just another lunch! :D

as you can see the world is not end on dec. 21, 2012. and as i quoted from Phil Plait in here "if the Maya could predict the end of the world 1,000 years in advance, why couldn’t they see the pending collapse of their own civilization?" i had a plan on friday with a friend of mine, and we went along just fine! :)

supaya semua orang di dunia tau... hari ini meskipun bandung diguyur hujan lebat, celana dalam basah (ciyus!), nafas sesak menghirup gas buang, jalanan macet dan sederet cobaan lainnya...
makan siangku bersama seorang teman, patut dikenang :D lebay... (semua gambar dengan efek Lomoish di Picasa)

dengan flash light

tanpa flash light

dengan flash light

tanpa flash light
jangan tertipu... kami sungguh berusaha keras untuk memahami semua buku yang kami foto! secangkir kopi, segelas teh hijau, dan se-apa-itu es krim dengan topping-apa-itu adalah bukti kerja keras kami. FYI, sebenernya ada 10 buku dan 1 papan permainan yang kami bawa, tetapi supaya tidak terlalu terlihat pintar cuma sebagian ini yang kami pamerkan. ada juga semangkuk besar ramen (untukku) dan semangkuk kecil udon (untuk temanku) yang tidak bertahan lama... pun tidak kami cantumkan dalam foto.

bener-bener makan siang yang biasa banget ya! :)

17 Desember 2012

Ang Lee "Life of Pi"

aku hanya seorang lelaki yang sehari-hari lebih gemar beradu otot dan memeras keringat daripada otak :D jadi maafkan bila aku melewatkan banyak aspek krtitis yang penting dalam tulisan ini :)

dari wikipedia, hak cipta pada 20th Century Fox


Life of Pi adalah sebuah novel karya Yann Martel (2001) yang kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar yang diarahkan oleh Ang Lee (2012).
aku tidak begitu mengenal Martel, novel Life of Pi (terjemahan, GPU, 2004) malah baru aku baca beberapa hari yang lalu, meskipun judul novel ini sendiri sudah cukup akrab di telinga jauh sebelum aku membacanya. tapi aku suka karya-karya Ang Lee... paling tidak aku sudah menonton beberapa karyanya pasca hijrah ke hollywood: Crouching Tiger Hidden Dragon (2000), Hulk (2003), Brokeback Mountain (2005), Taking Woodstock (2009), dan tentu saja Life of Pi (2012).

aku gak gitu ngerti soal film... tapi ada satu hal yang paling berkesan dari Ang Lee, aku sangat menikmati semarak warna dalam bingkai yang dia tampilkan (paling tidak dalam sebagian filmnya). yang paling berkesan dan tidak terlupakan tentu saja adalah Crouching Tiger Hidden Dragon, sebuah film kolaborasi multinasional Taiwan-Hongkong-Malaysia-China, yang berhasil meraih Best Foreign Language Film pada Academy Awards alias Oscars. menurutku Ang Lee jago banget menampilkan gambar-gambar yang indah dalam karya-karyanya, "bahasa" yang kuat dalam menampilkan cerita dan meninggalkan kesan mendalam.

bagaimana dengan Life of Pi? :)

jujur aja, awalnya aku sedikit kecewa... maaf ya. setelah membaca novel, resensi, komentar, nonton trailer+behind the scene+comment... sebenernya aku sangat berharap akan menyaksikan gambar-gambar dengan warna yang fantastis. tapi alhamdulillah aku sadar kalo film adaptasi novel tidak akan pernah secara sempurna memuaskan hayalan setiap pembacanya (kita gak akan pernah dapat memuaskan setiap orang kan? :)). pun tidak adil bila harus dibanding-bandingkan.

bahkan Yann Martel pun, menurut hematku, tidak dapat menjadi juri pembanding yang adil. mungkin nasib film adaptasi sama dengan novel terjemahan yang dapat menerjemahkan teks dengan baik tetapi tidak akan sanggup "menerjemahkan" pesan-kesan penulis dalam bahasa aslinya. meskipun upaya membanding-bandingkan sepertinya sangat sulit untuk dicekal :D (bayangkan aku yang membanding-bandingkan Life of Pi dalam format film dengan novelnya, padahal aku pun "hanya" membaca novel terjemahan... dekadensi-nilai dua level tuh :D)

adegan yang paling aku nantikan dalam film ini tentu saja adegan laut lepas dan segala isinya, khususnya pada malam hari ketika cahaya sangat minim. mata kita sangat tergantung pada cahaya untuk menangkap warna... bayangkan betapa sulitnya para pembuat film ini harus menerjemahkan novel ke dalam bahasa gambar pada bagian ini (atau mungkin gak sulit, tapi aku aja yang lebay :D). lebih spesifik lagi adalah adegan tengah malam (?) ketika karakter Pi menikmati pemandangan "kota bawah laut" penghuni-laut yang berseliweran dan berpendar-pendar indah. kalo ada yang pengen tau... ini adegan favoritku! :)

salah dua keajaiban gambar yang lain adalah visualisasi macan bengal Richard Parker dan pulau karnivora. Richard Parker bener-bener kayak macan beneran lho! :D kemajuan teknologi rekayasa gambar 3 dimensi sepertinya akan terus mengejutkan kita pada masa mendatang, khususnya dalam industri film. sementara untuk pulau karnivora, aku sangat terkesan dengan ribuan meerkat dan (sekali lagi) pendar-pendar cahaya di dalam kolam (danau kecil?) pada malam hari. sebenarnya masih banyak serpihan gambar-gambar indah lainnya, tapi entar tulisan ini jadi panjang banget dan pastinya lebih membosankan :D

soal cerita... (seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya) sebuah film tidak akan pernah bisa menerjemahkan sebuah novel secara utuh karena pelbagai keterbatasannya, pun memuaskan imajinasi para pembaca novelnya. menurutku bagian "pencarian Tuhan" pada awal cerita kurang dibahas lebih lama dan detail, tentu saja bagian ini tidak terlalu "seru" dan "menjual" :D tetapi memberikan gambaran/kerangka dasar yang baik untuk memahami tindakan-tindakan Pi selanjutnya.

penonton yang tidak membaca novelnya juga mungkin akan luput dalam memahami beberapa adegan yang sarat makna. misalnya, ketika Pi bersyukur kepada Wishnu atas berkah ikan yang berhasil diperolehnya. selain karena Wishnu adalah salah satu dari tiga aspek ke-Tuhan-an dalam trinitas Hindu (maafkan bila aku salah) juga karena seperti diketahui (dijelaskan pula dalam novelnya) salah satu avatar Wisnu adalah seekor ikan (Matsya). beberapa adegan juga digambarkan dengan berbeda dari novelnya, wajar aja, mungkin karena keterbatasan sumber daya dan durasi.

pemilihan Suraj Sharma, seorang aktor debut, menurutku adalah salah satu strategi yang sangat jitu. seorang aktor pemula tentu saja tidak gampang untuk diarahkan, tetapi biasanya karakter yang muncul akan terlihat lebih asli/murni. selain tentu saja akan sangat menghemat anggaran belanja produksi film :D secara umum aku menyukai peran Suraj Sharma dalam menghidupkan karakter Pi, meskipun tidak bisa juga dibilang sempurna (dapat dibayangkan kesulitannya dalam berakting misalnya ketika "berhadapan" dengan Richard Parker yang merupakan hewan-CGI). dan artis Tabu yang berperan sebagai ibu Pi... sangat cantik! :D

aku gak begitu tertarik membahas soal cerita dalam film ini... tapi menurutku klaim "mengenal Tuhan lebih baik" melalui cerita Life of Pi adalah klaim hiperbolis :D
mungkin nanti kalo ada nyali untuk berbagi pengalaman membaca novelnya, ya! :)

secara umum, menurutku film ini sangat layak ditonton, apalagi dalam format 3D di bioskop! :)
ehm... usahakan menonton di jam sepi supaya tidak bernasib sial sepertiku :D semoga berhasil!

selamat menikmati!

info trivia: konon film ini "hampir" digarap oleh M. Night Shyamalan (salah satu sutradara favoritku nih!)... kebayang gak kalo beneran digarap oleh beliau ini :D ehm, menurutku filmnya bisa jadi lebih bagus dari sisi alur cerita... mungkin akan berakhir dengan lebih misterius :)

kutipan favorit: 
Pi Patel dewasa: Faith is a house with many rooms. 
Penulis: But no room for doubt? 
Pi Patel dewasa: Oh plenty, on every floor. Doubt is useful, it keeps faith a living thing. After all, you cannot know the strength of your faith until it is tested.

13 Desember 2012

bencana 12-12-12: nonton Life of Pi

aku sudah berjanji tidak akan banyak mengeluh di blog ini... tapi bencana 12-12-12 kemarin betul-betul sangat-sangat menyebalkan sekali!!!

ada alasan kenapa aku lebih suka nonton film di kamar sendirian, aku gak keberatan dengan kualitas suara yang pas-pasan dan layar berukuran 14 inchi. sebenernya aku gak keberatan nonton film berdua atau bareng teman satu kelas sekalipun... asalkan mereka bersedia menonton dengan "cara-ku."

nonton film di kamar (sendirian, biasanya) adalah salah satu caraku untuk menikmati hidup dengan biaya rendah :) selain alasan ekonomis, nonton sendirian juga memberikan aku ruang pribadi yang luas dan keheningan maksimal untuk menikmati film... betul sekali, "menikmati" adalah kata kuncinya!

menurutku... penonton film bioskop di sini, sebagian besar adalah orang kampungan! menonton layar tancap (apalagi gratisan) di lapangan terbuka adalah hal lain. tempat yang terbuka dan biaya masuk yang nihil membuat kita tidak berhak berharap banyak, jadi tidak masalah buatku, bahkan ketika hujan mengguyur.

celakanya budaya nonton layar tancap gratisan ini dibawa ke dalam gedung bioskop! aku asumsikan penonton bioskop jaringan 21 minimal berasal dari kalangan menengah dan atau terpelajar, paling tidak sebagian besar. sayangnya kelakuan mereka tidak mencerminkan kelas atau tingkat kecerdasannya.

menonton film Life of Pi kemarin di Ciwalk, aku menyaksikan parade pasangan harum berpakaian serasi menenteng perangkat elektronik canggih, ada juga sebagian memakai jaket himpunan mahasiswa sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia yang mangkal di bandung. kurang apalagi coba? itu pemandangan di luar.

di dalam... ada beberapa hal yang menyiksaku ketika berusaha menikmati sebuah film di bioskop. (dimuat tidak berdasarkan urutan tertentu) pertama adalah telepon selular (ponsel). masih ada lho orang yang nyalain ponsel di dalam bisokop! buat apa coba? MENJIJIKKAN! kalo sekedar lupa matiin atau tidak sengaja kepencet tidak masalah buatku... tapi menerima panggilan? mengetik pesan? berkali-kali? sadar gak sih mereka kalo cahaya layar ponsel, suara bicara atau papan ketik atau ringtone, itu semua mengganggu konsentrasi?! panggilan darurat apa, pesan penting apa, yang mereka tunggu?

yang kedua adalah suara manusia (selain menerima panggilan telepon di atas)... wajar banget kalo beberapa orang bereaksi dengan suara yang cukup keras bila menyaksikan adegan tertentu, aku juga. tapi kan gak boleh berlebihan juga dan harus sesuai konteks. menurutku gerombolan penonton Life of Pi kemarin tertawa lebih banyak dari yang seharusnya (menurut batasan pribadiku), pertama karena ini bukan film komedi dan kedua itu memang bukan adegan lucu (menurutku). masalah suara berikutnya adalah bisa gak menutup mulut sebentar dan menunggu film usai baru berkomentar?... bukan masalah bau mulut, tapi berisiknya itu lho! abis nonton film, kamu bisa bergumul telanjang dengan pasanganmu dan berbagi kesan seputar film barusan atau bergelinjang dan melenguh sekeras mungkin di dalam kamar sesuka hati! atau tuangkan dalam buku harian atau tulis di blog atau muat di lini masa akun jejaring sosialmu... BUKAN di dalan gedung bisokop KETIKA film diputar!!!

dua hal tersebut di atas sukses menodai kenikmatan menontonku semalam. padahal aku sudah sangat menyiapkan diri dengan baik, membaca novelnya, nonton cuplikan filmnya, nonton behind-the-scene, membaca dan mendengar banyak komentar termasuk dari pihak-pihak yang terlibat (sutradara, aktor), termasuk makan malam sebelum nonton dan memakai jaket+syal karena aku gak tahan dingin. aku dengan banyak persiapan dan ekspektasi... rasanya seperti tergigit potongan pete yang tersamar dalam sambal goreng hati, atau terkunyah biji jeruk kala menikmati suatu hidangan laut.

beberapa film memang layak dan seharusnya dinikmati di dalam gedung bioskop dengan layar yang lebar dan suara yang dasyat. bioskop yang baik akan "membawa" kita ke dalam ceritta, bahkan menjadi bagiannya (meskipun hanya secara emosional). menonton film yang baik (menurutku) nikmatnya justru akan terus terasa bahkan setelah kita meninggalkan gedung bioskop, kenikmatan after-play (berdiskusi, berkomentar). dipadu dengan foreplay (membaca resensi, novel, nonton klip) yang sabar, kenikmatannya bercumbu dengan film tersebut akan semakin sempurna.

terakhir... mungkin kelakuan penonton semalam tidak menggambarkan penonton atau penikmat film di Indonesia secara keseluruhan. mungkin juga cuma aku yang berpikir demikian. mungkin juga justru aku yang kampungan. mungkin juga cuma aku saja yang terlalu sensitif. dan banyak mungkin yang lain... yang pasti buatku adalah pengalaman menonton kemarin adalah salah satu pengalaman menonton terburuk yang pernah aku alami.

12-12-12 mungkin belum kiamat, karena katanya kiamat ditunda sampai 20-12-2012 :D tapi yang pasti aku kecipratan bencananya.

07 Desember 2012

walk the talk

berbohong buatku sangat mudah untuk dilakukan, bahkan berbohong kepada diri sendiri. hampir seluruh kehidupan dewasaku dibangun di atas fondasi kebohongan. karena berbohong memerlukan kebohongan lain dan kebohongan lain memerlukan kebohongan yang lain pula dan begitu seterusnya... maka kebohongan bertumbuh dalam deret geometris. parahnya semakin banyak dan lama aku berbohong, aku sudah sampai pada tahap mempercayai kebohongan itu sendiri.

satu lagi keahlianku sebagai manusia dewasa yang sedikit banyak masih berhubungan dengan keterampilan sebelumnya (i.e. berbohong) adalah melarikan diri dari masalah. menghadapi kenyataan pahit hampir selalu terasa berat. melarikan diri darinya hanya akan memberikan nikmat sesaat... sementara setiap malam akan selalu dilalui dengan mimpi buruk dan setiap bangun selalu dihantui ketakutan. seorang eskapis sejati sepertiku sangat lihai dalam melarikan diri dari kenyataan dan masalah.

parahnya pekerjaanku adalah mewartakan kebenaran dan keberanian. inilah dua alasan kenapa aku tidak akan pernah menjadi praktisi yang mumpuni... sampai aku bisa hidup dengan lebih jujur dan berani.

aku merindukan malam-malam masa kecilku...

bebas menulis

kalo aku mengutip Leonardo... tidak berarti kumpulan tulisan di blog ini sama nilainya dengan karya-karya agungnya :D aku hanya berusaha menumpang di bahu sang raksasa jenius :) meminjam tinggi badannya supaya dapat melihat lebih jauh (paling tidak berusaha ke arah situ :D) meskipun seringkali lebih nyaman berlindung di balik bayang-bayang beliau.

wikipedia


bila harus dikotak-kotakkan maka hampir semua tulisan di blog ini adalah lanjutan dari pelajaran menulis bebas kala menempuh sekolah dasar dahulu. aku senang dengan pelajaran bahasa indonesia, senang membaca pun senang menulis. beberapa kali sempat mewakili sekolah dalam perlombaan mengarang... meskipun semua berakhir dengan hadiah hiburan yang benar-benar menghibur berupa beberapa ekor buku tulis (semua peserta kecuali pemenang mendapatkannya :D)

karena hanya menulis bebas... mudah-mudahan aku diluputkan dari tanggung jawab ilmiah :D bila ada yang tersesat, resiko tanggung sendiri! tulisan bebas juga bukan sumber berita lho! meskipun sedikit lebih mulia daripada gosip-murahan ala strategi manajemen artis.

gitu aja kok repot? (gus dur) why so serious? (joker)

mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi positif! paling tidak menggelitik jemari pembaca, gatal untuk berkomentar atau lekas menekan tombol close [x] :D

putus cinta yang sehat :)

wikipedia
 
And breaking up's a mess
So please be there for us
You don't have to choose
Though it'll be awkward, yes
Invite us to your parties
We will work it out
Don't feel weird
We love all of you
After 5 whole years
By each other's side
There are just somethings
No relationship can survive

(kalo mo tau lagu lengkap + kisahnya, klik di judul ini we've got to break up)

sayang banget lagu ini tidak dirilis lebih dini... mungkin sekitar tahun 1999 gitu? :D tentunya akan ada lebih banyak putus-cinta yang terinspirasi lagu ini kemudian menjadi akhir yang bahagia (pada akhirnya, cepat atau lambat...)

oke, sekarang sudah waktunya mencari cinta... kalo mo putus tinggal share lagu ini di akun jejaring sosialmu! :) mudah-mudahan mujarab!

01 Desember 2012

segitiga berlatih

paling tidak ada dua pendekatan dalam belajar beladiri...
bayangkan sebuah segitiga!... bukan segitiga yang itu! :D tapi segitiga yang ini. segitiga yang mana? lihat, kita bahkan tidak bisa (atau belum) sepakat soal segitiga-nya :D

dari wikipedia
sebuah klip di youtube (dan banyak perbincangan dengan teman-teman latihan) menginspirasi tulisan ini: mana yang lebih baik? belajar beladiri dimulai dari teknik-teknik dasar (yang biasanya membosankan dan tidak/belum aplikatif) atau dari teknik-teknik praktis (dan/atau aplikatif)?

kembali ke segitiga tadi... bayangkan luas segitiga tersebut sebagai jumlah teknik dalam sebuah cabang beladiri! maka, menurutku, secuil bagian runcing yang terletak di bagian atas segitiga tersebut adalah teknik praktis. atau, dengan kata lain, hanya sebagian kecil dari teknik yang akan kita pelajari benar-benar memiliki manfaat praktis dalam perkelahian jalanan, misalnya. sementara bongkahan paling besar pada dasar segitiga adalah jumlah teknik-teknik dasar yang hampir mustahil diterapkan dalam kehidupan nyata. dan bagian tengah segitiga (bila ada atau tidak berbaur dengan bagian dasar adalah teknik-teknik yang diajarkan untuk mendapatkan poin atau angka (pada beladiri-olahraga-pertandingan) atau memenuhi syarat kenaikan tingkat (atau sabuk).

maafkan kemampuan grafis ku yan pas-pasan dan selera warna yang buruk :D
dari bagian mana kita sebaiknya belajar beladiri? dari bagian yang runcing kemudian luruh ke dasar yang lebar? atau sebaliknya, dari dasar merayap ke puncak? menurut kamu? :)

menurutku: kedua pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
tetapi, berdasarkan pengalaman pribadi bila harus memilih, maka aku akan memilih pendekatan belajar yang kedua: belajar teknik-teknik dasar dulu!

napa? macacih? ciyus? miapah?

gimana kalo ceritanya bersambung? :D

Hari AIDS Sedunia

(setelah membaca komentar negatif dari orang-orang yang (sok) suci dan (sok) bersih seputar kampanye kondom untuk mencegah HIV/AIDS pada jejaring sosial)

dari wikipedia


mana yang lebih ampuh dalam mencegah atau memerangi HIV/AIDS, Tuhan atau kondom? :) Tuhan! karena Tuhan Maha Kuasa. sulit untuk mendebat argumen yang melibatkan-Nya :D (kecuali bagi mereka yang tidak percaya Tuhan, lho)
mana yang lebih ampuh dalam mencegah dan memerangi HIV/AIDS, Agama atau kondom? :) KONDOM!!! :D serius nih (meskipun gak pernah lupa nyisipin emoticon "tertawa")

menurut Durex Indonesia: Kasus pertama HIV di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987, antara saat itu dan 2009, 3.492 orang meninggal akibat penyakit ini. Dari 11.856 kasus yang dilaporkan pada tahun 2008, 6.962 dari mereka adalah orang-orang di bawah 30 tahun. Hampir 7000 orang per hari tertular HIV pada tahun 2011!
menurut temanku seorang aktivis HIV/AIDS: diyakini bahwa jumlah kasus dan korban yang tercatat adalah puncak gunung es. bahkan WHO mengestimasi bahwa dibalik 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.

masa inkubasi HIV rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV.
Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini. (lengkapnya dapat dibaca di sini)

cara penularan yang diketahui adalah melalui (1) transmisi seksual dan (2) transmisi non-seksual. penularan (1) melalui hubungan seksual baik (1.1) Homoseksual maupun (1.2) Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik.
pada (2) penularan dibagi menjadi dua bagian (2.1) transmisi parental dan (2.2) transmisi transplasental. contoh (2.1) adalah penggunaan jarum suntik dan alat tusuk yang tercemar (resiko tertular kurang dari 1%) dan transfusi darah yang tercemar (resiko tertular lebih dari 90%). sementara (2.2) penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%.

singkatnya, karena cara penularan seperti yang tersebut di atas, maka upaya pencegahan perlu diarahkan untuk merubah perilaku seksual masyarakat (terutama yang memilikiki resiko tinggi), menghindari infeksi melalui donor darah, dan upaya pencegahan infeksi perinatal sebelum ibu hamil.

lebih spesifik lagi soal perubahan perilaku seksual... salah satu upaya pencegahan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual (khususnya) dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV. sementara upaya jangka panjang yang harus kita lakukan adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
(semua informasi ini dapat kita himpun dari banyak sumber terpercaya, sumber utamaku khususnya sekali lagi dapat dibaca dengan lengkap di sini)

jadi, sekali lagi nih, dalam format pertanyaan yang sedikit berbeda... mana yang lebih penting, kampanye penggunaan kondom? atau meningkatkan norma agama maupun sosial? :)

menurutku dua-duanya penting untuk dilakukan... untuk jangka panjang, institusi agama atau sosial harus berusaha keras untuk mengkampanyekan perilaku seksual yang halal dan bertanggung jawab. sementara itu, sambil menunggu, kenapa tidak kita biarkan beberapa institusi atau organ tertentu (selain dua yang di atas) membantu dengan mengkampanyekan penggunaan kondom.

pendapat pribadi banget nih :D
karena aku percaya Tuhan, tetapi tidak begitu percaya dengan institusi Agama (dan agama)... maka menurutku kampanye kondom layak didukung penuh dan ditempatkan di antara Langit dan bumi! paling tidak kita sudah berpartisipasi dalam upaya untuk tidak memperluas penyebaran HIV/AIDS.

sambil menunggu lahirnya pemimpin negara atau tokoh bangsa yang amanah dan mampu membuat perubahan... sambil menunggu departemen agama bersih... sambil menunggu jutaan muslim bergelar haji (karena pemeluk Islam adalah mayoritas) mampu memberi contoh dan menularkan moral dan akhlak yang baik... sambil menikmati makan malam yang sangat telat ditemani lantunan lagu pengantar tidur :D