25 Oktober 2013

Are You Smarter than Your (Smart)Phone?

Ini bukan pertanyaan baru? :) Sila ketik di mesin pencari kalo gak percaya. Atau mungkin lebih tepatnya "sindiran" untuk menggantikan kata "pertanyaan." Pun bukan sebuah acara televisi, kalo yang itu judulnya Are You Smarter than a 5th Grader? :D

Saya tidak akan membicarakan loncatan kuantum dalam kemajuan teknologi yang disematkan pada perangkat ponsel dalam tulisan ini. Saya tidak sepintar itu. Tulisan ini hanya akan berisi curhatan hati seorang pria berumur 30an tahun yang tidak memiliki ponsel pintar.
Jadi buat kamu yang mencari tulisan berbobot, sila klik lambang "x" dalam kotak merah pada pojok kanan atas layar monitor kamu atau tekan "Alt+F4" pada papan ketikmu, atau langkah lain untuk keluar dari halaman ini sesuai perangkat yang kamu pakai untuk membaca blog ini.

Saya tidak (atau tepatnya belum) memiliki perangkat ponsel pintar. Bukan karena alasan relijius atau semacam idealisme anti-kemapanan tertentu. :D Alasannya sederhana saja, karena saya belum merasa ada kebutuhan mendesak untuk memilikinya, meskipun keinginan untuk memiliki sangat menggebu. Satu-satunya hal yang menjadi dinding pemisah antara saya dan ponsel impian saya adalah uang alias duit. Okane ga arimasen kalo nenek saya bilang mah. Jadi tulisan ini akan menjadi pembenaran bagi pilihan hidup saya untuk tidak memiliki ponsel pintar. Sebuah pernyataan peneguhan yang berlebihan.

Kembali ke pertanyaan di atas. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat untuk semakin memudahkan manusia dalam menjalani hidupnya, termasuk dalam bidang telekomunikasi khususnya ponsel. Fitur-fitur yang disematkan (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dalam sebuah ponsel canggih saat ini bahkan sudah lebih pintar daripada komputer-meja yang pertama kali saya miliki pada awal kuliah dahulu. Bahkan jauh lebih praktis karena komputer-meja saya dahulu tidak memiliki kemampuan menangkap gambar.

Tetapi apakah kemudahan hidup yang ditawarkan oleh ponsel nan mahal ini (curhat colongan :D) sepenuhnya merupakan dampak positif tanpa efek samping? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan kepintaran ponsel yang kita miliki. Tetapi saya berani bertaruh, sebagian besar pemilik ponsel-pintar justru tidak bertambah pintar setelah memilikinya. Meskipun sebenarnya ponsel pintar dapat pula menjadi alternatif media belajar selain buku (cetak) misalnya.

Pintarnya ponsel memecahkan masalah manusia dengan cepat dan tepat membuat kita menjadi malas. Yang paling sederhana adalah saya bahkan tidak hafal nomor ponsel adik dan kakak saya sendiri, bahkan sebenarnya saya tidak hafal satupun nomor kontak yang tersimpan dalam ponsel saya (yang tidak termasuk kategori ponsel-pintar) kecuali nomor telepon rumah (itupun pernah lupa :D). Ayah saya lebih hafal nomor telepon semua anggota keluarga, karena telepon di rumah kami masih klasik, tidak memiliki fasilitas buku-telepon, jadi ayah saya selalu memencet tombol angka untuk menghubungi anak-anaknya. Kita bahkan menjadi lebih pikun daripada Ayah saya yang umurnya 70+.

Banyaknya fitur bantuan dalam perangkat ponsel juga cenderung membuat manusia menjadi semakin anti-sosial. Suatu ironi ketika perangkat telekomunikasi justru menjauhkan manusia dari manusia lainnya. Teknologi peta dijital dan segala macam fasilitasnya membuat kita menjadi semakin jarang tersesat, tetapi juga membuat orang semakin jarang berinteraksi dengan penduduk sekitar. Permainan yang kiranya disematkan untuk mengisi waktu luang malah menyita seluruh waktu kita. Layanan obrolan (apalagi yang gratisan) dengan berbagai format (khususnya tulisan) dalam ponsel memang sangat berguna karena mampu mendekatkan yang jauh. Ironisnya layanan ini justru menjauhkan yang dekat, ketika orang lebih menekuni ponsel daripada bercakap dengan orang sekitarnya. Dan masih banyak lagi efek samping lainnya.

Seperti yang pernah saya bilang, saya tidak anti kemajuan teknologi. Hanya saja kita harus bersikap lebih dewasa dalam memanfaatkan kemajuan teknologi ini demi kehidupan yang lebih baik. Teknologi yang tidak ramah-manusia mungkin suatu hari benar-benar akan menguasai manusia dalam arti yang sesungguhnya. Kita tidak bisa memperlambat kemajuan teknologi, tetapi kita bisa berusaha untuk mengubah cara hidup kita.

Seperti saat ini saya yang sedang berbaring dalam posisi yang tidak sehat secara anatomis, begadang mengacaukan jam biologis. Menghabiskan banyak pulsa di dunia maya untuk banyak hal yang sia-sia. Inkonsistensinisasi! :D

Selamat tidur dulu untuk saat ini... lain waktu akan saya lanjutkan tulisan ini. kalo inget :D 

p.s.: Karena ponsel saya hanya bisa dipake untuk menelpon (sesuai khittahnya :D) dan mengirim pesan singkat (sedikit lebih cangih daripada telepon klasik), maka saya cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa "ponsel saya hanya sedikit lebih pintar dari saya."
p.s (lagi): Insya Allah kalo ada duit, saya akan membeli smartphone :D inkonsisten!!!

14 Oktober 2013

(lagi-lagi) Jogja bagian 2: Romansa-Kuliner

Tanpa foto-foto :D ini secuplik kisah yang terjadi minggu lalu.

Minggu lalu, Tuhan memberiku kesempatan untuk menghabiskan sisa liburan (dan sisa uang :D) bersama seorang teman baik. Setelah hari minggu yang menyebalkan, aku memutuskan untuk menikmati hari terakhirku di Jogja dengan makan dan makan. Jadilah ini sebuah Romansa-Kuliner karena kami berdua pernah melakukan hal yang nyaris sama di Bandar Lampung kira-kira setahun yang lalu: kelana keliling kota dengan sepeda motor berwisata kuliner.

Target pertama adalah Gudeg Bu Tjitro 1925... begitu nama resminya. Kalo kamu turun di Halte Gedong Kuning (JEC), kamu tinggal berjalan kaki sekitar 5 meter ke arah barat. Deket banget deh! Letaknya di pengkolan Jalan Janti yang ada pohon beringan dan banyak tukang ojek yang nongkrong. Alamat posnya Jalan Janti nomor 330.

Kesan pertama ketika melintasi rumah makan ini adalah "Mahal." Ternyata "tidak begitu mahal," paling tidak untuk standar belanja orang Bandung. Apalagi kalo ada yang traktir :D Menyandang nama "Gudeg" apalagi dengan embel-embel tahun bahuela, tentu saja aku (dan teman-teman) sepakat memilih paket menu Gudeg (meskipun dalam daftar menu tersedia juga banyak jenis makanan yang lain).

Terus terang aku lupa dan memang tidak berniat pula untuk mengingat harga dan detail menunya. Komposisi paket yang kami pesan menyertakan beberapa potong ayam, beberapa butir telur, nasi sebakul, sambal krecek, dan tentu saja gudeg. Minuman yang aku pesan wedang rempah, sepertinya cocok untuk menemani makanan gudeg. Rasanya? Istimewa! :) Seperti biasa, aku menjadi juara makan di meja kami :D dengan porsi makan yang paling besar.

Kesimpulan: sangat direkomendasikan! Harga dan rasa serta porsi menurutku memiliki nilai yang tinggi. Plus, di sini juga dijual gudeg yang dikemas dalam kaleng... lebih awet dan praktis untuk dibawa ke luar kota.

Minggu malam. Temanku ini pernah sesumbar suatu waktu... Mas, kalo mas K ke Jogja, kita harus ngopi di Blandongan! Jadilah malam itu aku menagih janji. Aku juga sering membaca di forum-forum pelancong yang merekomendasikan tempat ini, paling tidak sebagai tempat nongkrong rame-rame.

Butuh perjuangan yang cukup berat untuk menemukan tempat nongkrong yang punya slogan unik ini "Cegah Anak-anak Indonesia dari Kekurangan Kopi." Pertolongan pertama dari dunia maya berhasil membuat kami berdua nyasar cukup jauh ke ujung selatan kota Jogja. Setelah memilih opsi "phone a friend," arahan dari seseorang berhasil membawa kami ke tempat yang tepat. Ternyata tidak begitu jauh dari Gudeg Bu Tjitro (tempat kami makan siang tadi) :D Jadilah kami menyusuri Ring-Road barat dari utara ke selatan dan kembali lagi ke utara. Luar biasa!

Seperti apa sih tempatnya? Buat orang Bandung, tempatnya mirip dengan Madtari (atau Matari ya? lupa ejaannya). Emang cocok banget buat nongkrong rame-rame, kursi-mejanya banyak dan suasananya santai banget. Harga makanan lebih manusiawi dibanding Madtari :D (lagi-lagi mengukuhkan Jogja sebagai surganya makanan murah-meriah). Makan di sini kita harus mendatangi meja kasir untuk memesan minuman/makan dan/atau mengambil makanan/minuman siap saji yang diletakkan di rak-rak.

Banyak menu yang unik namanya... tetapi mataku terpaku di Kopi Dewa! Harganya cukup mahal dibanding dengan menu kopi yang lain, apakah karena rasanya yang tingkat Dewa? Kenapa diberi nama Dewa? Ternyata porsinya yang dewa alias pake gelas gede! :D Sempat terlintas ragu dalam benak, karena sudah cukup lama aku mengurangi konsumsi kopi hitam dalam volume besar. Dan dari pertama kali duduk di warung kopi ini aku tidak menyaksikan satu-pun gelas kopi yang besar. Semua kopi yang aku lihat dihidangkan dalam cangkir kecil. Apalagi sang pelayan menegaskan dengan pernyataan yang kira-kira isinya adalah "habiskan ya kopinya!" Apa-apaan ini?

Ternyata oh ternyata... segelas besar kopi hitam itu perlahan-lahan berhasil aku tumpahkan sepenuhnya ke dalam lambung. Beberapa lembar makanan kecil dan obrolan santai membuat waktu dan kopi terasa cepat berlalu. Sudah cukup larut malam, kami memutuskan untuk mencari makanan yang lebih berat di tempat lain.

Kesimpulan: kopi Blandongan mungkin cukup istimewa (aku masih harus melakukan verifikasi ulang dengan memesan jenis kopi yang lain)... tetapi tempatnya tidak terlalu istimewa. Tetapi, buat kamu yang hobi nongkrong dengan puluhan orang, tempat ini adalah jawaban atas doamu. Makanan yang disajikan biasa saja, sisi baiknya adalah harganya sangat masuk akal dan ringan di kantong.

Malam ini belum berakhir wahai sidang pembaca! Sekalian pulang ke kosan temanku... kami mampir di sebuah warung cepat-saji ala indonesia, mi instan dan bubur kacang ijo jadi menu utamanya. Membaca-baca daftar menu, sepertinya nasi dan omelet adalah menu yang cukup sehat untuk mengakhiri malam. Ternyata aku salah...

Aku lupa kalo dalam bahasa anak kos, omelet itu adalah telur yang dicampur dengan mi instan dan digoreng layaknya dadar. Padahal aku baru aja cerita ke temenku itu mengenai kesuksesanku berpuasa dan berpantang makan mi instan. Tetapi aku pantang menolak makanan. Jadilah aku habiskan omelet mi instan plus nasi (kurang banyak karbonya :D) secara perlahan tapi pasti. Entah karena malam yang larut atau karena perut yang kekenyangan atau kombinasi dari keduanya... kepalaku mulai berat. Sejenak aku terbayang aku sedang mabuk.
Kami pulang dengan perut sangat kenyang!

Kesimpulan: aku lupa namanya, tetapi tempat ini sepertinya cukup populer entah karena makanannya enak (menurutku biasa banget) atau karena jam operasionalnya yang panjang. Tengah malam lapar sebaiknya dibawa tidur aja daripada dibawa ke sini :D Sekali lagi, harga murah, porsi besar!

Waduh udah senin pagi nih kayaknya... senin siang sebelum pulang ke Bandung enaknya makan apa ya?

bersambung...

08 Oktober 2013

Selayang Semarang: 4 jam

sepeda ceria di Simpang Lima
2 meter di atas permukaan laut, lho!
Lawang Sewu
narsis berjamaah di Tugu Muda

(lagi-lagi) Jogja

subuh di Tugu
Pulang ke kotamu... begitu ungkapan dalam lirik lagu Kla Project yang sangat populer Yogyakarta (atau Jogjakarta? :D). Saya setuju sekali dengan pilihan kata "pulang" dalam lirik tersebut, karena "pulang" bermakna "kembali." Saya tidak berasal dari kota ini, pun tidak memiliki garis keturunan Jawa (kalo Sunda bukan Jawa :D). Beberapa teman saya beruntung sempat mengenyam pendidikan di kota Gudeg ini, saya tidak. Jadi... sebenarnya saya tidak memiliki alasan "asal-mula" untuk "pulang" atau "kembali" ke Jogja. Tetapi, kenapa saya selalu ingin pulang ke kotamu (Jogja)? Sepertinya lebih karena alasan sentimentil dangkal aja :D

Jogja dapat dikatakan sebagai destinasi petualangan pertama saya di luar kota Bandung. Stasiun Tugu menjadi tempat yang bersejarah buat saya. Pertama kali ke Jogja, naik kereta (kalo gak salah Lodaya Malam kelas Bisnis) dengan seorang teman... perjalanan malam yang sangat menyiksa saat itu :D maklum masih manja. Pertama kali pula saat itu saya tidur di kursi stasiun menunggu pagi. Perjalanan kedua (bersama teman yang lain) diawali dengan insiden "kursi" yang hilang (kali ini naik Lodaya Pagi kelas Eksekutif). Kali ketiga, saya memasuki Jogja dari arah Magelang, setelah mengunjungi Borobudur (pertama kali ke Borobudur :)). Seterusnya saya lupa :D sampai terakhir awal Oktober 2013 ini saya kembali :)

Saya rasa sudah cukup alasan saya untuk pulang ke kotamu :D
Alasan lainnya adalah suasana kota yang menurut saya sangat ramah pelancong. Untuk pelancong pemula seperti saya, kota ini menawarkan banyak kemudahan. Kota ini mampu mengakomodasi kebutuhan dasar saya dengan baik, transportasi, tempat-tidur, dan makan. TransJogja sangat membantu saya dalam berpindah tempat, pelbagai macam penginapan dan pilihan makanan sesuai bujet. Beberapa bagian kota juga cukup nyaman untuk dijelajah dengan jalan kaki.



mimpi jadi nyata
Ada apa dengan Tugu Jogja? Saya tidak akan berpanjang-lebar dengan cerita dan sejarahnya (sila cari di google atau yahoo). Hanya saja saya memiliki hasrat yang kuat untuk ber-narsis-ria di dekat monumen ini. Dan waktu yang paling tepat menurut saya adalah pada saat dini hari, lebih sepi, lebih pribadi. Minggu lalu mimpi saya tersebut menjadi kenyataan. Senangnya! Bus malam yang aku tumpangi bersedia menurunkan penumpang di dekat monumen ini dalam perjalanannya menuju Solo. Saat itu sekitar pukul 3 atau 4 dinihari, hati saya membuncah. Rasa kantuk berbaur dengan pusing karena bangun tidur yang mendadak akibat teriakan kondektur yang mengingatkan penumpang yang akan turun di Jogja untuk bersiap-siap. Alhamdulillah, saya berhasil berlabuh subuh di Tugu. Meskipun ternyata suasana Tugu tidak sesepi yang saya prediksi sebelumnya. Paling tidak sisi barat yang aku lewati cukup ramai dengan kehadiran semacam pasar pagi (dini hari). Pun sudah cukup banyak tukang becak dan ojek yang nongkrong di sini. Tetapi aku tidak menemukan banyak saingan untuk mengabadikan foto pribadi, berdua dengan Tugu seorang :D

nongkrong di Sarkem
Target foto berikutnya tentu saja adalah Pasar Kembang, atau yang lebih populer dengan istilah Sarkem! Tidak ada alasan khusus, seru aja kayaknya. Setelah beberapa saat menikmati suasana Tugu yang sepi, aku melanjutkan langkah kaki menuju arah Stasiun Tugu. Lapar yang mulai menyerang menemukan lawannya di sebuah warung di depan pintu masuk stasiun. Sarapan yang sangat memuaskan hati ditemani segelas kopi. Pagi yang sempurna. Sedikit beranjak melintasi rel... Jalan Pasar Kembang! Suasana pagi dengan lampu yang temaram menambah gairah untuk mengabadikan suasana :D
Ambil pose! Klik! Dan abadilah nongkrongku di Sarkem! :D

Demikianlah sekilas pengalaman menyambut mentari pagi di Jogja yang tidak terlupakan. Mudah-mudahan suatu saat bisa kembali ke tempat ini, pada waktu yang sama... tapi dengan pengalaman berbeda yang lebih seru pastinya!

Tiga hari kemudian....

angkringan KR
Sore hari sebelum menumpang Lodaya Malam (kali ini kelas Eksekutif) saya dan seorang teman menyempatkan duduk sejenak menikmati jam-jam terakhirku di Jogja. Tidak ada pilihan yang lebih tepat selain angkringan di depan Kedaulatan Rakyat. Tempat ini sangat populer di kalangan pelancong. Selain itu sangat dekat dengan Stasiun Tugu, memudahkan para pengguna jasa kereta api. Hidangan yang ditawarkan sebenarnya tidak terlalu istimewa, tetapi cukup beragam. Jangan tertipu dengan harga yang murah, karena porsi yang disajikan tidak begitu besar. Tetapi menurut saya angkringan di sekitar KR ini masih cukup manusiawi, bahkan sangat bernilai untuk melewatkan waktu sejenak di sini. Sebaiknya anda tidak datang seorang diri, meskipun tidak ada yang melarang.

Saya tidak akan berpamit diri... Sepertinya kisah di Jogja ini masih akan terus berlanjut. Entah kapan, saya percaya saya akan kembali ke sini.
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati


ah... sudah cukup lelah dan waktunya makan siang nih :D sampai jumpa pada kisah berikutnya...

Kembali ke Dunia Nyata

angkringan depan KR

Setelah menghabiskan tiga akhir pekan berturut-turut di luar kota... seperti melalui rangkaian mimpi yang panjang dan harus diakui cukup melelahkan. Bertemu dengan teman-teman lama dan berkenalan dengan lebih banyak lagi teman-teman baru dalam perjalanan. Tidak semua berjalan sesuai rencana, meskipun banyak juga kejutan indah.

Saatnya kembali hidup di dunia nyata...

02 Oktober 2013

Sendirian, Tidak Kesepian: Jalan-jalan Solo


Sebagai individu... saya memiliki hasrat yang sangat kuat untuk sendirian. Bukan! Kesendirian tidak sama dengan Kesepian. Kesepian pun tidak selalu identik dengan Kesendirian. Menurut saya lho. Pernah merasa Kesepian di Keramaian kan? :) Tetapi saya tidak (merasa) anti-sosial, apalagi sociophat :D Saya memiliki cukup banyak teman dan cukup nyaman juga untuk menjalin pertemanan baru setiap saat.

Konsekuensi logis dari pilihan ini adalah sendirian. Tautologi :D Saya sering gondok ketika bekerja dalam kelompok. Birokrasi juga membuat saya risih. Jalan-jalan juga lebih nyaman sendiri (solo traveling). Bebas menentukan apa, kemana, bagaimana, berapa lama.

Jalan-jalan sendiri tidak harus sendirian lho. Tidak konsisten ya? :D Maksudku, sebagai binatang sosial, kita dapat saja berinteraksi dengan orang-orang sekitar kita dalam perjalanan. Tetapi, kita juga punya kebebasan untuk memilih menikmati suasana sendiri di destinasi. Jadi lebih menyenangkan kan? :) Saya sering berkenalan dengan teman-teman baru selama perjalanan bahkan jalan bareng (meskipun hanya untuk waktu yang singkat, bagaimanapun juga saya kan solo traveler).

Meskipun penggemar jalan-jalan solo, saya tidak anti jalan-jalan kelompok :) apalagi kalo jalan-jalannya gratisan. :D Saya tidak munafik, faktor finansial bisa jadi perihal yang sangat signifikan dalam sebuah perjalanan. Lebih dari satu kali saya "terpaksa" ikut jalan-jalan dalam kelompok (lebih dari satu orang) demi alasan ekonomis dan kepraktisan. Jadi, jalan gratis, atau malah tinggal dan makan gratis? Mau banget! :D

Tetap... prioritas pribadi saya adalah jalan-jalan solo. Mudah-mudahan Tuhan selalu memberikan saya nikmat kesehatan untuk mengunjungi lebih banyak tempat, menjelajah lebih jauh di sisa usia yang tidak panjang ini. Amin! (Saya sadar Dia mungkin tidak membaca blog ini, tapi mungkin banget ada pembaca yang menyelipkan doa ini).

Selamat Hari Batik! :D Selamat jalan-jalan!...

25 September 2013

Malang: Batu Nginep Songgoriti

fajar di Songgoriti
Malang, aku datang! :D
Alhamdulillah... niat untuk melintang di Malang dilapangkan jalannya, terima kasih kepada PT KAI. Mimpi untuk menumpang KA Malabar dapat terwujud. Paket hemat hadiah ulang tahun PT KAI, kelas eksekutif 100 ribu (BD - ML) dan kelas bisnis 75 ribu saja (ML - BD). Dalam kondisi normal (harga tiket normal) rencanaku akan naik KA Kahuripan dulu sampai Kediri, kemudian menumpang KA Penataran sampai Malang, paket ekonomis :D
moda angkutan alternatif lain menuju Malang dari Bandung adalah dengan bus langsung, paling tidak ada dua PO yang melayani jalur ini, yang mangkalnya di Jalan Riau dan Jalan Ambon.

bukan ngebolang di Malang.
Perjalanan kali ini sudah direncanakan sebagai kunjungan kerja. Jadi tidak berharap banyak untuk mengunjungi tempat wisata. Tentu saja tidak jadi masalah.

Tidak ada perjalanan yang sia-sia buatku :D aku beruntung dapat menginap dua malam di sebuah vila kawasan Songgoriti. Belum lagi pengalaman kulinernya.... empat jempol deh! Dan yang paling menyenangkan tentunya adalah bertemu dan berkenalan dengan banyak teman baru. :)

Beruntung juga mendapatkan kesempatan mengelilingi beberapa tempat di Batu (gak mampir sih :D cuma lewat doang). Paling tidak, pada kesempatan lain aku sudah cukup mengenal rute menuju beberapa destinasi wisata populer di Batu.

paralayang di Songgoriti
Dari vila tempatku bermalam di kawasan Songgoriti, pemandangan utamanya adalah Gunung Panderman. Entah berapa suhu terendah di daerah ini, pastinya di malam hari hidungku meleleh. :D Meskipun demikian, aku sukses tidur tanpa hambatan sampai pagi menjelang dan bangun subuh untuk menyambut sang surya. Tidak menyia-nyiakan setiap detik yang berharga dari segarnya udara pagi dan hangatnya sinar mentari. Dan... tentu saja sarapan yang membuat lidah bergoyang-itik (gotik itu lho! :D).
Gunung Panderman (dari Songgoriti)
bersenang-senang dan kenyang!
Kesan paling mendalam dari perjalanan edisi Malang-Batu kali ini adalah makan-makan yang banyak dan enak, serta bersenang-senang dengan teman! Makanan paling berkesan adalah krengsengan :D (kalo pengen tau bentuknya tanya aja om gugel atau tante yahu) Rasanya? Menurutku cukup pedas dan membuat kepala berkeringat, tapi enak banget! Tidak keberatan sama sekali untuk kembali mencicipi suatu saat...

Makanan-makanan lainnya juga sangat menggiurkan. Entah karena lelah berlatih, entah karena hawa dingin kawasan Batu, entah karena teman-teman makan yang menyenangkan, entah karena rakus aja :D... tiap jam makan yang berbeda, kami makan menu yang berbeda pula. Pokonya puas sampai maks!

Mampir di Batu tentunya wajib mencoba pelbagai keripik buahnya! Rasanya ajaib! :D Entah merek apa yang terkenal di sini, tetapi hampir di setiap penggal jalan kita akan menemukan toko yang menjual keripik buah. Keripik yang renyah tetapi tetap meninggalkan jejak rasa buah di lidah. Untuk dodol buah, menurutku tidak terlalu istimewa, meskipun rasanya enak juga.
KA Malabar Bandung - Malang PP
penghujung jalan
Saatnya kembali ke dunia nyata...Secara umum, asalkan memenuhi kriteria pagu anggaran belanja, aku menikmati hampir semua moda angkutan. Kereta api tentu saja jadi pilihan utamaku, nilai yang tinggi untuk layanan yang melebihi tarifnya. Kereta api juga menawarkan tarif terendah setiap saat karena ada subsidi pemerintah untuk kelas ekonomi.

Perjalanan dari Bandung aku dapat menikmati senja yang galau dengan bias sinar mentari yang menyalakan warna-warna indah di langit. Subuh menjelang Malang, pemandangan matahari terbit pun tak kalah indahnya. Perjalanan pulang dari Malang, jendela kereta menyajikan semburat senja yang merona. Kedatangan di Bandung sayangnya sebelum terbitnya sang surya, tetapi tak mengapa... karena setiap perjalanan adalah indah :)
senja di suatu tempat (dari jendela Malabar)
Sampai jumpa pada perjalanan berikutnya...

p.s.: Total biaya perjalanan kali ini kurang dari 250 ribu rupiah lho :D tiket KA Malabar Eksekutif 100 ribu, tiket KA Malabar Bisnis 75 ribu, sisanya untuk beli makanan di perjalanan. Semua akomodasi di Malang (Batu), gratis! :D

Semarang aku jelang... (bersambung)

p.s. lagi: BNS adalah singkatan dari Batu Night Spectacular sebuah kawasan wisata keluarga dekat Jatim Park 2. BNS ini menurut teman saya sering dipelesetkan sebagai Batu Nginep Songgoriti... maksudnya: orang-orang bilang bermalam di Batu padahal mereka nyewa vila di Songgoriti. Asal tau aja, sama kayak di kawasan Puncak, vila-vila di sini juga sebagian berfasilitas selimut hangat, if you know what i mean :D

06 September 2013

Setelah stroke menyerang...

... banyak yang berubah dalam hidupku.

Apakah ini karma? Atau siksa dunia? Omong kosong itu soal "cobaan hidup," apalagi "peluruh dosa!"
Sayangnya Dia tidak berkantor di dunia maya. F*** U, doG! (mudah-mudahan Bruce membacanya!)



SKK: 6 bulan kemudian

sesaat sebelum ujian pertamaku, Februari 2013....... bukan karena imut, tapi karena takut menampak raut, maka cukuplah kiranya gambar setengah badan ini :D

Hisataka sensei dan aku

Agung sensei dan aku

setelah ujian... tentu saja aku yang kuning :D


karena aku tidak sanggup menunggu 5 tahun lagi seperti tulisku pada Februari lalu, karena (sepertinya) SKK sudah menjadi bagian penting dalam hidupku...

Setelah belasan tahun berlalu sejak aku pertama kali mencederai hampir semua bagian tubuh dan sendiku di Fikom Unpad, aku kembali menemukan (mudah-mudahan) alasan indah untuk menyakiti diri sendiri di PSBJ Unpad. Pun, aku kembali menemukan alasan untuk rajin ke kampus... bukan untuk kuliah!

Indahnya adalah ketika aku dapat merasakan letupan-letupan hasrat yang (hampir) sama seperti belasan tahun yang lalu. Birahi yang tinggi untuk mempelajari tsuki dan geri. Tidak sabar menanti hari berlatih dan tentu saja... menikmati letih, usainya.

Masih banyak waktu untuk belajar sebelum ujian kenaikan tingkat berikutnya. Mudah-mudahan dapat lebih semangat!

September Ceria

Mengenal judul di atas sebagai judul lagu Vina Panduwinata cukup menjelaskan usia anda :D
tetapi tenang aja, aku tidak akan mengulas kenapa bulan ke-9 ini menjadi ceria saat itu, tetapi menjadi bulan histeria saat ini ketika rupiah dan indeks IHSG kompak melemah.

Ada yang tau hari ulang tahun PT KAI? Aku tidak... sampai awal September lalu. Hari Kereta Api di Indonesia adalah 28 September, menandai dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada tanggal yang sama 68 tahun yang lalu. Jadi... PT KAI meluncurkan program September Ceria dengan menyediakan 68 ribu kursi promo.

Jadi? Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian... pesan tiket dahulu, bikin rencana kemudian :D

Sebenernya aku cuma mo pamer aja kalo dua akhir pekan terakhir di bulan ini aku akan kembali melanjutkan petualangan soloku menggunakan moda angkutan kereta api, terima kasih kepada PT KAI :)
Pertama aku akan pergi ke Malang dan minggu berikutnya aku akan ke Yogyakarta lanjut Semarang. Total biaya tiket? Hanya 275 ribu untuk dua tiket kelas eksekutif dan dua tiket kelas bisnis! :D Biaya administrasi untuk empat tiket adalah 30 ribu.

Jika September ini dimulai tanpa rencana... maka saat ini rencana perjalanan sudah direka :)

Salam September Ceria!

15 Agustus 2013

Selat Sunda, KM Raja Rakata

mengisi halaman yang kosong... setelah puluhan kali melintasi Selat Sunda.

narsis: sepasang kaki

narsis: sepasang jiwa labil

galau: surya

galau: candra

04 Juli 2013

penggemar KA Ekonomi harus baca ini :)

Alhamdulillah, mulai 1 September 2013 tiket KA ekonomi jarak jauh dan menengah turun lagi :D dan pemesanan sudah dapat dilakukan mulai 5 Juli 2013. Ini bocoran daftar tarifnya:

- KA Matarmaja 65000
- KA Gaya Baru Malam Selatan 55000
- KA Brantas 55000
- KA Kertajaya 50000
- KA Pasundan 55000
- KA Kahuripan 50000
- KA Bengawan 50000
- KA Progo 50000
- KA Logawa 50000
- KA Kutojaya Utara 40000
- KA Sri Tanjung 50000
- KA Tawang Jaya 45000
- KA Serayu 35000
- KA kutojaya Selatan 35000
- KA Tegal Arum 25000
- KA Tawang alun 30000
- KA Rajabasa 30000
- KA Bukit Serelo 30000
- KA Puteri Deli 20000
- KA Siantar Ekspress 20000
- KA Mantab 55000
- KRDE Prameks AC 16000
NB: masih  sedikit lebih mahal daripada tarif yang lama (sebelum penggunaan fasilitas AC pada semua kelas KA), tetapi jauh lebih murah daripada tarif sebelumnya :)

24 Mei 2013

lagu cinta: Wonderful World

Menurutku "cinta" itu harus logis dan rasional. Aku suka dengan melodi lagu berikut... tidak dengan liriknya :D menurut kamu?


Don't know much about history  

Don't know much biology 
Don't know much about a science book 
Don't know much about the French I took
But I do know that I love you  

And I know that if you love me too  
What a wonderful world this would be

Don't know much about geography 

Don't know much trigonometry 
Don't know much about algebra 
Don't know what a slide rule is for
But I do know, one and one is two 

And if this world could be with you  
What a wonderful world this would be
 

Now I don't claim to be an 'A student' 
But I'm trying to be 
For maybe by being an 'A student', baby 
I can win your love for me
 

Don't know much about history 
Don't know much biology 
Don't know much about a science book 
Don't know much about the French I took
 

But I do know that I love you 
And I know that if you love me too 
What a wonderful world this would be
 

La ta ta ta ta ta ta ah 
(History) 
Hmm mmm mmm  
(Biology) 
La ta ta ta ta ta ah 
(Science book) 
Hmm mmm mmm, yeah 
(French I took)
 
But I do know that I love you 

And I know that if you love me too 
What a wonderful world this would be

Buat aku... lagu ini enggak pas banget deh buat ngerayu :D
Seperti mengatakan "Saya bodoh dan Saya cinta kamu!" Sebagai laki-laki, aku pun tidak berusaha pintar (hanya) untuk menggaet perempuan, dangkal banget! Tentu saja kamu gak mau kan punya pasangan yang bodoh dan dangkal? Eh, mau? Demi cinta? :) :D

What a wonderful world this would be...

21 Mei 2013

rona senja Kuta


Desember-Januari beberapa tahun yang lalu... Nyepi tahun ini... Mei ini... aku masih belum beruntung mendapatkan senja yang cerah di Kuta. Mungkin lain kali...





20 Mei 2013

jalan kaki Mei 2013


Monumen Perjuangan Rakyat Bali
atau
Monumen Bajra Sandhi






Aku beneran jalan kaki lho ... menempuh jarak 4 kilometer lebih dari hotel tempatku bermalam, sekitar satu jam perjalanan kaki dari Monumen Bajra Sandhi ini. Dan, menurutku trotoar Denpasar bukanlah jalur yang ramah pejalan kaki.

05 Mei 2013

daftar bacaan

Pernahkah terlintas di dalam kepalamu untuk membuat sebuah daftar bacaan? Sebuah daftar yang memuat judul-judul buku yang akan atau sudah kamu baca dalam kurun waktu tertentu.

Foto di bawah ini adalah daftar bacaan seorang Carl Sagan pada tahun 1954 semasa beliau kuliah di The University of Chicago (artikel lengkapnya baca di sini). Pilihan bacaan "non-kuliah"-nya sangat menarik... tapi lucu juga menyimak bahwa beliau (saat itu) hanya membaca "The Bible - Anonymous" secara "in part" :D (tidak jelas apakah akhirnya Sagan "mampu" menamatkannya, tapi menurutku sepertinya tidak). Aku percaya bahwa bukan tebalnya buku tersebut yang menyebabkan Sagan urung membaca penuh (kemudian hari Sagan mengklaim dirinya sebagai seorang Agnostik).


klik foto untuk melihat lebih jelas dari sumber

Bukan maksudku untuk membandingkan daftar bacaanku dengan Sagan :D (hampir semua buku dalam daftarku sepertinya akan aku tulis di bawah kolom "in part"), tapi paling tidak kami punya hobi yang sama :)
... Terus terang membaca buku "serius" membuat mataku cepat lelah dan mengantuk. Awal-awal masa kuliah dulu aku sering membaca buku teks Kimia Dasar sebelum tidur untuk mengundang kantuk (akhirnya lulus mata kuliah Kimia Dasar II dengan susah payah dan dianugerahi nilai C).

Sebenarnya membaca daftar bacaan Sagan di atas saja sudah cukup melelahkan buatku... ngebayanginnya aja sudah membuatku ngantuk berat :D (membayangkan Sagan yang berusaha menahan kantuk pada saat itu.... Tidak mungkin!)
Alhamdulillah karena misiku tercapai :)
Sepertinya sekarang saat yang tepat untuk menutup hari dan beristirahat.

Nah demikianlah salah satu teknikku untuk mengatasi sulit tidur... bagaimana caramu?

04 Mei 2013

Jeda

Lebih dari satu bulan jeda antara hari ini dan tulisanku yang terakhir di blog ini. Lebih dari satu bulan antara Maret dan April memang tidak aku habiskan di Bandung. Lebih banyak waktu untuk orang lain... daripada waktuku-sendiri...

(Curhat sedikit) Aku memiliki kehendak yang cukup ekstrim untuk melakukan banyak hal dengan caraku sendiri (siapa sih yang enggak?). Aku kurang nyaman dengan kehadiran otoritas yang lebih tinggi, meskipun aku sadar dalam kehidupan kita pasti akan bersinggungan dengan suasana "atasan-bawahan," kadang-kadang atau sering. Jadi... aku harus mengakui bahwa dua bulan terakhir tidak berjalan terlalu menyenangkan buatku, meskipun bukan berarti tanpa makna.

Pada bulan Mei ini matahari sedang bergerak ke atau berada di belahan Bumi Utara. Mudah-mudahan saja Kehidupan akan berbaik hati dan menganugerahkan musim semi atau panas yang nyaman buatku, meskipun secara geografis Bandung terletak di belahan Bumi Selatan :D

Maka... Aku mengawali bulan baru ini dengan menyusun banyak rencana dan mimpi (tolong jangan ada yang bertanya "apa?") sendiri. Rencanaku lho... bukan rencana-kami atau rencana-kita, apalagi rencana-kalian :D
Sama seperti hobiku melakukan perjalanan-solo, dalam hidup pun aku cenderung lebih suka menjalaninya dengan sendiri, tetapi tidak berarti aku anti-sosial ya :)

Jadi... Marilah kita semua membuat rencana-rencana baru dalam hidup ini dengan matang. Dan setelah itu... marilah pula kita men-dekonstruksi rencana-rencana tersebut seiring perjalanan waktu. Marilah kita menjalani hidup ini dengan spontanitas yang terencana! :)


19 Maret 2013

penulis-eksis-narsis

dua-sekali eksis di blog sendiri :D

Uluwatu

GWK

dua tempat impian yang akhirnya bisa aku kunjungi :)

18 Maret 2013

unggah ogoh-ogoh 2

Foto-foto berikut ini aku berikan efek Lomo-ish di Picasa 3, mudah-mudahan pas di mata pembaca.

barisan ogoh-ogoh sebelum diarak

"celuluk" salah satu objek populer

"dasa muka"


"celuluk" juga

karena suka warna hitam, aku paling suka yang ini.

"celuluk" lagi

Sebenarnya semua ogoh-ogoh ini mempunyai nama dan cerita. Tapi maaf... aku lupa semua. Intinya mereka mewakili sisi negatif dari manusia yang harus dipadamkan. Beberapa seniman bahkan melangkah lebih jauh. Untuk tahun ini sepertinya ogoh-ogoh paling kontroversial adalah "boneka yang digantung di monas." Tentunya kalian semua mengerti kan apa dan siapa yang dimaksud? :)

Ogoh-ogoh "modern" juga banyak bermunculan, beberapa yang aku lihat di pinggir jalan antara lain menggambarkan botol minuman keras atau jarum suntik (mungkin maksudnya narkoba) secara eksplisit. Ada juga yang membuat boneka wanita bugil (dalam skala normal)... untuk yang ini aku agak bingung dengan pesannya. Aku khawatir anak-anak kesulitan dalam memaknai pesannya dengan baik.

unggah ogoh-ogoh 1

Ogoh-ogoh di sekitaran kampungku tidak secanggih dan seheboh ogoh-ogoh di kota-kota besar di Bali. Beberapa tempat seperti di Denpasar misalnya, saking rame dan hebohnya, pawai ogoh-ogoh harus dibagi menjadi beberapa zona. Pembagian ini diperlukan untuk menghindari ekses negatif dari keramaian, misalnya kemacetan lalu-lintas.

Sebagai "orang luar" atau bisa juga disebut "berdarah-campuran," aku lebih memaknai dan menikmati ogoh-ogoh sebagai sebuah karya seni. Tapi... seandainya suatu malam ada rejeki interaksi dengan yang kayak ginian... berharap tidak!

Selamat menikmati... mudah-mudahan tidak berbuah mimpi buruk!


namanya "celuluk"

"rangda" di depan "celuluk"

keponakanku paling takut dengan yang ini, kamu?


"gajah" naik tikus

foto-fotonya masih berlanjut... setelah yang satu ini!

16 Maret 2013

senjakala


Foto di atas adalah siluet rumah tetanggaku di kampung, wajah langit senja sebelum Nyepi tahun ini (2013 M, Tahun Baru Saka 1935), jelang pawai ogoh-ogoh.

Berkurangnya intensitas cahaya matahari tidak selalu berakhir dengan malam kelam, begitu juga dengan hidup. Langit senja berwarna indah. Malam cerah langit penuh bintang.


24 Februari 2013

akhir pekan berkesan: SKK

maafkan aku wahai sidang pembaca... karena alasan etis tertentu, aku tidak bisa berbagi terlalu rinci dalam tulisan ini.

Alhamdulillah... aku baru saja mengalami salah satu momen penting yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Meskipun tidak dapat bercerita dengan lebih rinci, aku memerlukan tulisan ini untuk menandai dua hari yang sangat berkesan di akhir pekan paling ujung dari bulan februari 2013. Suatu hari... Insya Allah... bertahun-tahun kemudian, aku akan membaca kembali tulisan ini dan bersyukur sekali lagi kepada Tuhan atas kesempatan yang telah Dia berikan.

Mudah-mudahan setelah hari ini aku dapat lebih bijaksana dalam memanfaatkan waktu luangku yang berlimpah. Amin.

Terima kasih banyak HH-S dan AS-S! Mari kita tunggu dan lihat bersama... apa yang akan terjadi dalam kurun waktu lima tahun dari sekarang!

20 Februari 2013

kuliner seminggu ini di Bandung

sembari mengisi waktu luang yang berlimpah di sela-sela waktu makan dan tidur... tentu saja tambah satu alasan lagi untuk menunda pekrjaan yang lebih penting. hidup prokrastinasi!

Ini adalah daftar singkat (seingatku) yang merangkum pengalaman bersantap di Kota Bandung dalam seminggu ini, tentu saja tulisan ini tidak akan memuat tempat-tempat makan yang biasa aku kunjungi. Tiga kali makan siang dengan tiga orang yang berbeda...

Kedai Es Krim di Jalan Sulanjana nomor 30
Jalan Sulanjana adalah salah satu jalan pendek di dalam kota. Jalan ini menghubungkan Jalan Tamansari dan Jalan Ir. H. Juanda (atau Dago) dengan panjang sekitar 350 meter. Meskipun relatif pendek, jalan ini "dipadati" oleh cukup banyak bangunan komersil. Pada kesempatan lain aku akan membahas lebih rinci seputar jalan ini.


Di Jalan Sulanjana nomor 30 kita akan menemukan tempat makan yang sederhana, dibandingkan dengan tempat makan di sebelahnya. Daftar makanan dan minuman yang ditawarkan menurutku tidak cukup banyak, tetapi lumayan bervariasi. Menu pilihanku kali ini adalah es krim.

Aku bukan penggemar berat es krim, tetapi es krim yang ditawarkan di sini diklaim sebagai es krim buatan rumah (sayangnya aku lupa nama mereknya). Selain menjanjikan pengalaman rasa yang unik, harganya pun tidak terlalu mahal (sebenarnya harga adalah pertimbangan utamaku). Di dalam daftar menunya, harga termahal yang tercantum adalah Rp.12.000,00 saja, cukup murah kan?

Aku memesan Brownies Ice Cream sebagai hidangan penutup (setelah Lomie yang rasanya lumayan juga) dengan harga Rp.10.000,00 per porsi. Menu ini terdiri dari sepotong brownies dengan dua scoop es krim di atasnya dan disiram dengan saus coklat ditambah taburan butiran coklat. Rasanya? Sebagai bukan-penggemar-berat-es-krim, aku harus mengatakan bahwa rasa menu ini melebihi ekpektasiku. Enak! Pada kesempatan lain aku sudah merencanakan untuk memesan Banana Split dan atau es krim gorengnya.

Aku pribadi sangat merekomendasikan untuk menikmati es krim di kedai ini (Sulanjana 30)!

Dim Sum enak dan Bakmi biasa di Kantin Tong Tong Baltos
Menyusuri ke arah barat dari Sulanjana kemudian berbelok ke utara, kita akan menemukan Balubur Town Square (Baltos) di Tamansari tepat sebelum lampu merah. Sama seperti pusat perbelanjaan modern lainnya, Baltos juga menawarkan banyak pilihan tempat makan... salah satunya adalah Kantin Tong Tong (entah apa hubungannya dengan Pasar Tong Tong di kawasan Cihampelas Walk, Ciwalk).

Sekali lagi pertimbangan utama untuk mencoba makan siang di sini adalah rayuan harganya yang "konon" murah. Setelah menyimak daftar menu dengan seksama... untuk ukuran makan di pusat belanja modern ditambah dengan fasilitas wifi-nya menurutku harga yang ditawarkan cukup rasional, murah. Dengan selembar uang dua puluh ribuan, kita sudah bisa menikmati makan siang plus minum dan gratis berselancar di dunia maya (buat yang sungguh-sungguh ingin memaksimalkan uangnya!)

Menu yang pertama kali aku nikmati di Kantin ini adalah paket makan siang yang tersiri dari Bakmi Nyam-nyam dan Teh Botol. Aku penggemar berat Mi! Aku lupa label harga paket makan siang ini... lebih dari lima belas ribu kalau tidak keliru. Rasanya?... Sebagai penggemar mi, menurutku masih ada penjual bakmi atau mi goreng yang lebih enak di sekitar Baltos dengan harga yang lebih murah. Rasanya biasa!

Sedikit kecewa dengan bakmi, aku kembali memesan tahu-isi goreng dan segelas kopi hitam. Temanku iseng memesan dim sum dan minuman soda dingin. Ternyata... tahu gorengnya lebih mengecewakan, masalahnya tidak terbenam di rasanya, tetapi kulit luarnya yang keras dan sulit-digigit. Kopi hitamnya juga terasa dangkal... entah jenis kopi bubuk yang salah, entah takarannya yang kurang.

Kejutan menariknya dari makan siang yang kelamaan dan terjerumus menjadi makan sore ini adalah dim sum yang dipesan oleh temanku. Temanku memesan dim sum (lupa namanya) yang di dalamnya tersembunyi seekor udang. Ternyata di akhir sesi makan siang yang molor ini aku beruntung dapat menikmati dim sum yang cukup enak. Aku lupa harganya, sepuluh atau lima belas ribu untuk tiga (atau empat ya? lupa juga) ekor udang yang bersembunyi di dalam selaput tipis.

Jadi, sepertinya cukup aman untuk menyatakan bahwa menu Dim Sum di Kantin Tong Tong, enak!

Ketan Bakar gosong di The Kiosk Dago
The Kiosk adalah salah satu pusat jajanan yang memiliki cukup banyak cabang di Bandung, di antaranya berlokasi di Ciwalk dan Baltos. Pusat jajanan ini menghimpun beberapa "merek" makanan yang sudah terkenal kedalam satu tempat. The Kiosk terakhir yang aku kunjungi adalah cabang yang terletak di Dago (pun tidak jauh dari Sulanjana).

Tidak sulit untuk mendapatkan predikat enak dari lidahku. Sederhananya aku hampir tidak pernah menolak makanan apapun yang ditawarkan kepadaku, apalagi makanan gratis.

Hampir semua kios yang mengisi The Kiosk menawarkan sajian kuliner yang bener-bener bisa bikin ngiler. Siang itu aku ngiler melihat pilihan menu ketan bakar (setelah menyantap iga bakar yang istimewa rasanya). Harganya Rp.6.500,00 per butirnya, lebih dari dua kali lipat harga eceran di pinggir jalan atau bawah jalan layang yang sekitar tiga ribuan saja (atau lebih murah). Apakah rasanya dua kali lipat lebih enak?

Menurutku... ketan bakar yang tetap aku habiskan (meskipun aku kritik rasanya) kemarin itu rasanya tidak memenuhi pengharapanku dari harganya yang dua kali lipat lebih mahal dari ketan bakar yang biasa aku beli. Untuk harga enam ribu lima ratus perak, aku mengharapkan paling tidak rasanya cukup enak dan nyaman di lidah... tetapi aku harus menelan rasa kecewa bersama ketan yang dibakar terlalu gosong dan saus kacang (atau oncom ya?) yang rasanya juga kurang pas.

Jadi, buat kamu yang berminat bersantap ria di The Kiosk Dago... aku tidak menyarankan untuk memesan ketan bakarnya! Atau mungkin... aku saja yang sedang sial.

Sekianlah cerita singkat jelajah lidahku di Bandung dalam seminggu terakhir. Ingatlah bahwa bumbu yang paling sedap adalah rasa lapar! Dan apapun yang terjadi, terima kasih Tuhan atas kesempatan untuk menikmati makanan yang telah Kau berikan kepada kami.

Selamat menikmati hidup!

18 Februari 2013

Alfamart versus Indomaret: Edisi Gubeng

Masih soal perang dua raja minimarket lokal... Maaf sekali wahai sidang pembaca jika topik ini membosankan.

Di Stasiun Gubeng, kita dapat menemukan Alfamart dan Indomaret jika kita memasuki stasiun dari arah Jalan Gubeng Masjid. Menghadap ke pintu masuk peron (dari luar), Alfamart ada di sisi kiri jauh setelah deretan loket tiket dan Indomaret dibuka di sisi kanan jauh ke arah toilet dan pintu keluar peron.

Tampilan fisik kedua minimarket ini tidak terlalu istimewa, standar gerai keduanya. Meskipun lupa detailnya, sepertinya kedua gerai ini juga beroperasi pada jam dan durasi yang sama. Singkatnya, kedua gerai menawarkan barang dagangan yang serupa dengan harga normal (maksudku tidak menjadi lebih mahal meskipun letaknya strategis) dan program-program promo yang berlaku nasional (sama dengan semua gerai mereka di seluruh penjuru negeri).

Tetapi jika harus menilai... sekali lagi Alfamart adalah pemenangnya!
Meskipun ini hanyalah penilaian subyektif yang hanya dibuat berdasarkan satu kali pengalaman belanja... sekali lagi aku mendapatkan kesan bahwa para pegawai di Alfamart lebih ramah daripada di Indomaret. Selain itu, sistem kasir yang lebih modern (dengan layar sentuh yang cukup lebar dan menghadap ke arah pelanggan)... Alfamart jauh lebih unggul daripada Indomaret, khususnya pada kedua gerai yang beroperasi di Stasiun Gubeng.

Menurutku pihak Indomaret harus memberi perhatian lebih pada peningkatan kualitas pelayanannya, khususnya pada sektor SDM yang bekerja di lini depan toko. Pada beberapa kali pengalaman acakku berbelanja, secara umum aku merasakan bahwa para panjaga toko Alfamart lebih ramah daripada di Indomaret. Selain itu, Indomaret juga mungkin harus mengganti juga mesin kasirnya dengan yang lebih modern. Mesin kasir memang tugas utamanya adalah menghitung jumlah belanjaan, sederhana saja. Tetapi, mesin kasir yang lebih bagus (paling tidak secara fisik, misalnya dengan tampilan daftar belanja yang jelas pada monitor yang cukup terbaca oleh pelanggan) dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Aku bukan ahli ekonomi atau bisnis... hanya seorang laki-laki sederhana yang gemar berjalan kaki. Jika suatu saat kamu, seperti aku, tersesat atau tersasar di Stasiun Gubeng dan ingin membeli makanan/minuman ringan atau belanja eceran lainnya... Aku sarankan untuk berbelanja di Alfamart.

Sekali lagi, Alfamart menang tipis 1-0 dari Indomaret di Stasiun Gubeng.

update: aku kembali lagi lho pada tahun 2015, baca di sini

15 Februari 2013

selingan: XXX dan 69

Tulisan ini banyak mengandung konten "dewasa"... bukan untuk mereka yang berhati bersih atau berniat membersihkan hati.

Kalimat-kalimat di bawah ini adalah kompilasi dari sebuah akun dewasa yang "tidak sengaja" aku baca. Kalimat-kalimat yang sangat menusuk... atau menggelitik... atau keduanya.

If you bite my lip or neck. You better start taking your f**king clothes off, just saying.
Wine, dine, & sixty nine.
Early morning sex has been proven to be more effective than coffee.
Nobody cleans a house faster than a guy expecting sex.
Man are born between a woman's leg and spend the rest of their lives trying to get back between them... why? Because there's no place like home!
Real men like curves, only dogs go for bones.
dan masih banyak lagi....

Aku selalu berusaha untuk bersikap jujur dan terbuka dalam banyak hal... Paling tidak ada satu kalimat di atas yang diamini oleh khususnya kaum adam, termasuk aku. Tulisan ini juga dipastikan akan menerbitkan persepsi dan atau penafsiran negatif terhadapku. Tidak masalah.

Selamat malam! Selamat mimpi indah!

14 Februari 2013

Masjid Muhammad Cheng Hoo

Untuk sementara... foto-foto seputar Masjid Muhammad Cheng Hoo.
Ceritanya akan diedit belakangan.





mimbar masjid


langit-langit kubah berbentuk oktagon







replika kapal Cheng Hoo