07 Desember 2014

Bus DAMRI dari Stasiun Tanjung Karang, Lampung

Paska kenaikan harga BBM... tentu saja DAMRI tidak ketinggalan ikut-ikutan latah dengan menaikkan tarif tiket busnya :)

Dari Stasiun Tanjung Karang, Lampung, DAMRI melayani pejalan yang menuju Jakarta, Bandung, Bogor dan Bekasi. Di Jakarta bus ini akan mampir di Stasiun Gambir, sementara di Bandung busnya mampir dekat dengan Stasiun Hall, ngesot dikit, tepatnya di Pool Damri Kebon Kawung. Buat Bogor, Damri bersedia mengantarkan kamu sampai Botanic Square. Untuk sampai ke Bekasi, setelah mendapatkan izin khusus dari perwakilan diplomatik RI terdekat :D busnya terpaksa berhenti di Terminal Kayuringin.

Bus yang berangkat dari Lampung akan terbagi dalam tiga kasta: Royal, Executive dan Bisnis (bukan Business? entahlah). Perbedaan paling mencolok terlihat dari jumlah kursinya, dengan formasi duduk 2-1, Royal memberikan kelegaan maksimal. Sementara kedua kelas lain sama-sama menganut formasi kursi 2-2. Hanya kelas bus kelas bisnis yang tidak memuat toilet, itu perbedaan lainnya.

Informasi yang paling penting tentu saja adalah jadwal keberangkatan... atau tarif ya? Apapun. Berikut akan saya paparkan hasil contekan paling mutakhir dari dinding loket bus Damri di Stasiun Tanjung Karang (kenaikan tarif terbaru paska kenaikan harga BBM non subsidi):

Royal 
ke Jakarta Rp. 250.000,00 jadwal berangkat 08:00, 10:00, 20:00, dan 21:00
ke Bogor Rp. 270.000,00 jadwal berangkat 21:00
ke Bandung Rp. 280.000,00 jadwal berangkat 20:00 dan 21:00
ke Bekasi Rp. 265.000,00 jadwal berangkat 21:00

Executive
ke Jakarta Rp. 215.000,00 jadwal berangkat 10:0021:00 dan 22:00
ke Bogor Rp. 230.000,00 jadwal berangkat 21:00
ke Bandung Rp. 240.000,00 jadwal berangkat 21:00

Bisnis
ke Jakarta Rp. 170.000,00 jadwal berangkat 10:0021:00 dan 22:00
ke Bekasi Rp. 185.000,00 jadwal berangkat 21:00
ke Bandung Rp. 205.000,00 jadwal berangkat 20:00

Tentu saja pihak Damri memiliki kewenangan penuh untuk merubah daftar tersebut di atas sewaktu-waktu sesuka-sukanya mereka... tanpa repot-repot memberitahu saya :D
Karena itulah saya juga akan memberikan daftar nomor telepon yang bisa dihubungi untuk kepastian tarif, jadwal dan ketersediaan kursi:
Bandung 0853 8205 0007
Bogor 0858 8324 0240
Bekasi 0853 8205 0006
Jakarta 0812 8607 5382
Sementara bagi warga Lampung dapat menghubungi:
Pool Damri Raja Basa 0823 2500 0101 - 0721 703 241
Stasiun Tanjung Karang 0853 2500 0102
Teluk Betung Pasar Kangkung 0812 2597 0003
Natar 0813 7959 8991

Demikianlah daftar tarif dan jadwal keberangkatan yang dilayani oleh Bus DAMRI yang berangkat dari Stasiun Tanjung Karang, Lampung. Mudah-mudahan bermanfaat! :)

p.s.: Saya sangat merekomendasikan kelas Royal untuk Anda yang ingin maksimal menikmati perjalanan :) lega banget apalagi kalo dapet kursi yang sendirian :D tidak ada ruginya sesekali merogoh kantong sedikit lebih dalam.

28 Oktober 2014

Fight Club 15th Anniversary

"You met me at a very strange time in my life."

Demikian sepotong kalimat terakhir dalam film Fight Club. Dunia Sophie (Jostein Gaarder) dan Fight Club merupakan dua karya yang sangat menginspirasi hidupku. Dunia Sophie tidak sengaja kutemui di kamar seorang teman pada masa awal kuliah di Bandung, sekitar dua tahun kemudian tanpa rencana aku menonton Fight Club di bioskop.

"Welcome to Fight Club.
The first rule of Fight Club is.. You do not talk about Fight Club.
The second rule of Fight Club is.. You do not talk about Fight Club!"

Oke, aku bersalah... Tapi aturan dibuat untuk dilanggar, bukan?
Lima belas tahun kemudian film ini tentu saja tidak 'mengejutkan' lagi. Entah sudah berapa kali film ini aku tamatkan (saking terpesonanya, aku bahkan menonton film ini dua kali berturut-turut di bioskop yang sama saat itu, 1999). Menonton film ini berulang-ulang berfungsi untuk menguatkan iman, mencerna ulang wahyu-wahyu yang berserakan sepanjang film, mencari pesan-pesan tersembunyi, memberi semangat dalam hidup.
Film ini mungkin saja tidak memberikan banyak kejutan lagi... tetapi tetap menarik untuk disimak.

"The things you own end up owning you."

Bayangkan membaca pesan tersebut di atas pada fase labil dalam hidupmu! Menurutku pesan ini tidak baru. Banyak sistem kepercayaan yang menyarankan pesan yang sama tentang kepemilikan duniawi, Buddha misalnya. 'Penderitaan berasal dari keterikatan' sementara 'keterikatan berasal dari kepemilikan' jadi jika 'tanpa-penderitaan adalah sama dengan bahagia' maka ... Aku rasa kamu cukup pintar untuk mengisi sendiri titik-titik tersebut.

"Advertising has us chasing cars and clothes. Working jobs we hate so we can buy shit we don't need."
...
"We've all been raised on television to believe that one day we'd be millionaires and movie gods and rock stars. But we won't." (dalam film, dialog terakhir ini diucapkan Brad Pitt yang berdiri di sebelah Jared Leto... '30 Seconds to Mars' lahir pada tahun 1998, sindiran? mungkin)

"You are not your job. You're not how much money you have in the bank. You're not the car you drive. You're not the contents of your wallet. You're not your fucking khakis." (untuk saat ini mungkin bisa ditambahkan "you are not how many friends you have in facebook, how many likes, how many tweets, how many followers... etc")

Sebagian dari kita terjebak dalam kehidupan sosial. Kita adalah binatang sosial, kita memang sulit sekali untuk hidup sendiri. Tetapi kita tidak harus menjalani kehidupan orang lain. Yang terburuk menurutku, adalah mereka yang terjebak kehidupan sosial di dunia maya. Kasihan.

Ya kamu harus menonton filmnya sendiri. Ada banyak aksi, dijamin tidak membosankan. Ada banyak pesan... Dan ada lebih banyak kejutan jika kamu lebih teliti. Menonton di bioskop tidak tergantikan kenikmatannya, efek gambar dan suara yang menggelegar membangun cerita. Tetapi buat kamu yang lahir belakangan... menonton di monitor membuat kamu dapat menikmati lebih banyak kejutan. Aku beruntung diberi kesempatan untuk menonton film ini di bioskop dan di rumah.

"And the eight and final rule. If this is your first night at Fight Club... you have to fight."

Tulisan ini bukan resensi, hanya selebrasi pribadi. Selamat malam.

02 Oktober 2014

Galau Kelas Ekonomi

Begini...
Menurut situs resmi PT. Kereta Api Indonesia (Persero):
PSO Tiket KA Ekonomi 2015
begitu deh, bisa dibaca sendiri :)
Mungkin informasi ini berguna buat teman-teman yang sedang merencanakan perjalanan murah-meriah yang melibatkan Kereta Api jarak jauh dan menengah kelas ekonomi. Sepertinya jurang tarif antara kelas ekonomi dan bisnis (dan eksekutif) akan semakin sempit dan tidak terlalu dalam. Mungkin bisa jadi pertimbangan untuk membayar sedikit lebih mahal demi kenyamanan, dengan naik kelas. Atau, memilih moda angkutan lain yang lebih nyaman dengan tarif yang tidak jauh berbeda.

Sila membuat tanda salib, menyilangkan jari, menengadahkan kedua belah tangan, menangkupkan kedua telapak tangan, atau apapun cara berdoamu... atau menunjukkan jari tengah, atau membuat petisi di dunia maya, atau berheboh di jejaring sosial... meminta dengan sungguh, berharap dengan sangat, semoga, sama seperti beberapa masa yang lalu: PSO dicabut, untuk kembali di lain waktu.
Atau.. kembali ke masa prasejarah, bertahan hidup dengan berburu (tiket promo) :D

ngomong-ngomong, ada sedikit perbedaan antara "subsidi" dan "PSO." Sila baca di sini deh.

update: tarif baru dengan PSO berlaku mulai 1 maret 2015, kereta ekonomi kembali ekonomis! :D

31 Agustus 2014

akhir pekan berkesan: Shorinjiryu Kenkokan Karatedo

ah sudahlah.. kenapa harus malu-malu dan sungkan :D


Akhir pekan ujung Februari 2013 merupakan salah satu momen penting dalam hidupku.
Akhir pekan ujung Agustus 2014 menjadi penanda waktu berikutnya. Alhamdulillah diberi keteguhan hati untuk terus berlatih dan berlatih.
Semoga tetap semangat! Semoga lebih baik tahun depan!

02 Juli 2014

sign in ... and out!

Oke.. Nyalakan komputer! Harus menulis sesuatu malam ini!

Ehm.. Sekalian ngecek surel dan akun sosmed, ah. Klik satu tautan, nyambung ke tautan lain.. dan seterusnya. Ah lupa, harus menulis sesuatu malam ini!

Nyalakan pemutar lagu.. pilih lagu latar yang pas. Sejenak, dua jenak ikut menyanyi.. beberapa album kemudian! Ah baru inget, harus menulis sesuatu malam ini!

Ke dapur sebentar, segelas kopi dan sekerat roti.. perut terisi, umpan inspirasi. Semangat kembali! Harus menulis sesuatu malam ini!

Sekarang aku siap.. Ah, satu notifikasi di akun sosmed! Satu-dua klik tidak akan lama... Ups! Hampir terjebak ke lingkaran setan. Bener-bener beneran serius nih, harus menulis sesuatu malam ini!

Leherku kenapa ya? Sekarang baru kerasa capeknya latihan abis maghrib tadi...

Mungkin menulis "sesuatu"nya dilanjutkan nanti saja setelah sahur!

Ya! Setelah sahur...

Sign out!

01 Juni 2014

22444

akhirnya 22444!

cuma mo nandain aja.. udah nunggu dari tadi.

met bobo!

spageti terasi

Banyak teman yang mengunggah foto-foto makanan... Bukan aku!
Bukan aku gak mau :D tapi aku jarang makan gourmet-food di fancy-restaurant. Jika media sosial adalah representasi tren gaya hidup saat ini... maka makan-makan di restoran mahal dengan menu ajaib sudah terlalu mainstream. Itulah alasan kenapa orang-orang seperti aku lebih sering makan di warteg atau warung kecil. Paling keren di warung padang. Karena kami adalah generasi anti-kemapanan :D

Makan-makan yang paling ekstrim adalah... masak sendiri, makan sendiri! Pun karena masak sendiri dan makan berdua (biasanya dengan pasangan) adalah suatu ke-jamak-an! Sementara kami adalah generasi ganjil! Berikut adalah foto makan malamku barusan... peringatan: jika kamu mudah tergiur dan sedang diet karbo dan kalori yang ketat, sebaiknya kamu exit sekarang!


Ups... Sumpah mati, piring ini tadi berisi spaghetti saus sambal terasi. Ada beberapa potongan daging sapi dan banyak cincangan bawang bombay. Saus sambal terasi merupakan racikan khas dapur kami yang memadukan saus spaghetti bolognese dengan sambel terasi. Prinsip masakku sederhana: sesuatu yang enak dimakan terpisah, akan tetap enak jika dimakan bersama (dalam satu masakan maksudnya). Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya: seorang seniman sejati tidak pernah membuat dua karya yang sama. Jadi aku gak bisa mengulangi lagi resep ajaib spaghetti fusion barusan :D

Selamat makan (ke)malam(an)!

berita terbaru (5 juni 2014): spaghetti bolognese dengan rendang enak juga! :D teruji di dapur Hikari!
10 juni 2014: pake sarden kaleng juga enak... plus sambal terasi :D

27 Mei 2014

man in the mirror

Beberapa minggu yang lalu aku terpaksa menghadiri sebuah perhelatan adu bakat di sebuah kampus... sangat membosankan. Tapi ada sebuah kejutan... Sebagian besar "bakat" yang ditampilkan adalah hal-hal yang jamak kita lihat dalam acara serupa di televisi. Salah satunya adalah kemampuan bermain musik dan bernyanyi.

Salah seorang peserta, menurutku, menampilkan bakat yang menarik. Dia bermain piano sambil bernyanyi... Man in the Mirror (MitM) yang dipopulerkan oleh mendiang Michael Jackson pada era 80an (kalo gak salah :D). Aku kaget masih ada "anak jaman sekarang" yang tau (dan membawakan) lagu ini. Sudah bisa ditebak, tidak ada penonton yang sing-a-long :D tidak seperti beberapa lagu populer jaman alay yang dibawakan oleh beberapa peserta lain.

I'm Starting With The Man In The Mirror
I'm Asking Him To Change His Ways
And No Message Could Have Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
Take A Look At Yourself, And Then Make A Change

Demikian secuplik lirik dari lagu tersebut. Oke aku tau... di luar segala ke-tidak-lazim-an gaya hidup dan gosip miring seputar MJ, harus kita akui bahwa beberapa lagunya membawa pesan yang positif (e.g., Heal the World, Earth Song).

Aku suka MitM... aku setuju kalo kita semua bisa membawa perubahan bagi dunia yang lebih baik, mulai dari diri kita sendiri! Mulai dari hal yang kecil, karena semua yang BESAR pasti berasal dari yang kecil. Itu menjadi salah satu alasan kenapa aku senang bekerja dengan anak-anak.

Aku agak pesimis bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih baik, paling tidak dalam waktu yang dekat. Tapi kita masih punya waktu untuk menanam benih perubahan itu ke dalam jiwa anak-anak. Seperti semua bentuk investasi, kita mungkin akan menang dan kaya atau malah kalah dan jatuh miskin. Untuk yang satu ini aku optimis kita akan meraih laba yang berlimpah :)

Sejak beberapa tahun terakhir aku sudah beralih ke BBM non subsidi. Bukan sok kaya :D pun sepeda motorku cuma model bebek "motor cewek" (istilah temanku). Aku cuma berusaha memberi kontribusi kecil kepada negara (meskipun aku juga sadar sepenuhnya dengan resiko korupsi di Pertamina). Aku sendirian tidak akan mampu mengurangi beban subsidi negara yang membengkak tiap tahunnya, aku sadar itu :)
Tapi jika setiap orang mau berubah dan beralih secara perlahan ke BBM non subsidi, akhirnya (entah kapan :D) beban itu dapat berkurang (sekali lagi tetap dengan resiko kebocoran anggaran :D).

Banyak orang yang mengutuk acara televisi lokal yang tidak mendidik. Sambil memaki mereka tetap meyalakan dan menonton televisi. Solusinya sederhana, matikan televisimu! :) Salah seorang aktivis pendidikan anak menganjurkan keluarga untuk mencabut kabel antena dan bahkan tidak berlangganan TV kabel, kemudian mulai rajin mengoleksi film-film dokumenter pilihan. Ketinggalan berita? Kembalilah berlangganan koran harian. Mari kita mengundang anak untuk menyentuh kertas dan belajar membaca tulisan berkualitas.

Masih banyak hal kecil lain yang bisa kita lakukan. Seorang temanku bercocok tanam di sembarang lahan kosong di sekitarnya. Ini di Surabaya. Beneran lho! Bagaimana jika ada anak kecil yang iseng mencabut tanamannya? "Biarkan saja!" ujarnya. Bagaimana jika nanti ada yang "memanen" hasil tanamnya? "Alhamdulillah!" jawabnya. Bahkan ada kemungkinan tidak akan ada tanaman yang akan bertahan hingga tumbuh dewasa. "Paling tidak aku sudah berusaha." katanya sambil tersenyum.

Sepetak tanaman hias atau sayuran tidak akan mampu mengatasi kelaparan dunia atau menyaring polusi udara di Surabaya. Tapi coba bayangkan jika ada lebih banyak warga negara seperti temanku yang edan itu. Dunia masih akan tetap lapar dan kotor udaranya sih :D tapi pasti akan berkurang dan semakin berkurang ketika semakin banyak orang yang menanam dan merawat tanaman :)

Akan selalu ada hal kecil yang bisa kita lakukan dan suatu saat akan membawa perubahan besar yang mudah-mudahan bermanfaat. Tidak perlu menunggu punya uang dan luang yang berlimpah! Tidak perlu menunggu sampai tua dan dewasa! Tidak perlu menunggu sampai kita kuat menggeser gunung!

Pesan ini juga untukku... Aku sendiri masih jauh dari baik, jauh dari bijak :) lebih jauh lagi dari kaya :D Masih banyak perubahan baik yang bisa aku buat
Mudah-mudahan kita semua masih diberi kesempatan, kemauan, dan kemampuan untuk melakukan perubahan sekecil apapun ke arah yang lebih baik... mulai dari sekarang, mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri!

tetap bermimpi.... :)

18 Mei 2014

my babies :D

Sekarang aku tau... kenapa ibu-ibu (atau bapak-bapak) seneng banget mamerin foto-foto bayi mereka :)

adonan kue cokelat :D 10-05-2014
Foto di atas bukan adonan kue atau roti cokelat di dalam loyang :D tapi adonan tanah dan pupuk dalam pot kaleng, isinya benih tanaman sayur. Gambar di atas, diambil pada pagi hari tanggal 10 Mei 2014. Benihnya sendiri ditabur ke media tanam pada malam sebelumnya (jadi tanggal 9 Mei 2014 malam).
Apa yang terjadi sekitar 1 minggu kemudian?

duo imut :D 17-05-2014
Bisa liat kan? Bisa liat kan dua tunas imut-imut yang malu-malu itu? :) Akhirnya... Berikut satu tunas lagi yang lebih pemalu, mungkin karena dia cuma sendirian :D

sundul solo :D 17-05-2014
Kedua foto di atas diambil pada pagi hari tanggal 17 Mei 2014. Padahal hal hal... malam sebelumnya aku gak liat ada tanda-tanda kehidupan lho! Tau-tau pagi-pagi mereka bertiga muncul :D senangnya!
Akupun menyiapkan media tanam yang lebih banyak untuk menampung trio imut (dan teman-temannya yang diprediksi akan segera menyapa langit beberapa hari lagi).

media tanam : kompos = 1 : 1

Untuk saat ini sekitar 10 liter media tanam (yang sudah dioplos kompos) tampaknya sudah cukup. Selain itu, aku sudah menyiapkan 10 pot kecil dan 1 pot sedang... mungkin akan bereksperimen juga dengan memanfaatkan limbah kantong atau botol plastik sebagai pot.

Bahagia itu sederhana. Bahkan terkadang kotor :D
Bahagia itu mengaduk media tanam dan kompos (yang salah satu komponennya adalah kotoran hewan) dengan tangan telanjang, sambil membayangkan sehatnya tanaman yang akan menumpangkan hidup di dalamnya :) tentu saja tidak lupa mencuci tangan sesudahnya :D dua kali malah! :DD

Pengen tau gak apa yang terjadi pada hari ini (18 mei 2014)? Pengen tau aja ya? Ya? Ya? :D
Setelah ini...

11 Mei 2014

Syukur Alhamdulillah

Makan malam: Aku memesan ayam goreng, tahu, tempe, ati-ampela dan soto ayam... plus dua porsi nasi. Bungkus!!! Sabar dulu... sebagian besar akan dikonsumsi pada saat sarapan :)

Sampai di rumah: Oh my Dog! Semua pesanan lengkap kubentang di atas piring. Ternyata... ternyata... ternyata potongan ayam gorengnya adalah paha! Kabar buruk, seharusnya aku tidak lalai menyebut "dada" pada saat memesan makanan tadi. Sebel b4n993Dz!!!
Sabar dulu...

Astaga... aku lupa. Bahkan saat ini, ketika aku mengutuk makanan yang tersaji di hadapanku, entah ada berapa juta orang di dunia yang belum (atau bahkan tidak) makan malam (padahal perutnya lapar). Melihat ke bawah akan membuat kita menjadi lebih tinggi. Bahagia itu hanya masalah sudut pandang, jadi sederhana kan?
Sabar dulu...

Betul... kita tidak akan pernah puas jika kita selalu melihat ke atas. Ada langit di atas langit, bahkan setelah langit ke tujuh, di luar atmosfer bumi entah sampai dimana ujung semesta. Bahagia akan lebih sederhana jika kita "menutup" mata. Keindahan wujud perlahan sirna. Prasyarat bahagia berkurang, bahagia lebih cepat datang.
Sabar dulu...

Bagaimana seandainya kita "menutup" kelima panca indera? Secara teoretis bahagia akan lebih cepat melanda. Hidup akan jauh lebih sederhana. Karena derita berawal dari nafsu. Sementara nafsu berawal dari indera.
Wah teori apaan ini? :D 
Meloncat ke masa depan pada kehidupan nyata: Mari kita bersyukur atas semua yang kita miliki dari yang remeh sampai yang sepele (karena syukur atas nikmat yang besar sudah terlalu mainstream!). Sesungguhnya derita itu adalah ilusi dan bahagia itu adalah nyata :D

Selamat (makan) malam! Alhamdulillah....

07 Mei 2014

Anak-anak Cahaya

Beberapa hari yang lalu, aku memberikan masing-masing selembar kertas beserta alat tulis kepada lima orang anak (muridku dari Aikido kelas anak). Di Hikari Budokan, aku memiliki lebih banyak keleluasaan untuk beraktivitas bersama murid-murid. Selain latihan, salah satu aktivitas yang kami lakukan adalah menggambar. Pertimbanganku sederhana saja, tidak ada anak yang tidak suka mencoret-coret :D

Sedikit mengejutkanku... empat dari lima gambar yang dibuat menunjukkan "penampakan" lanskap gunung dan matahari :D
Masih ingat gambar atau lukisan serupa yang kita bikin dahulu ketika kita masih kecil? Ternyata tidak banyak yang berubah paling tidak dalam 30 tahun terakhir. Kenapa ya? Peristiwa ini tentulah tidak bisa dijadikan acuan untuk menilai tingkat kreatifitas anak-anak Indonesia secara keseluruhan. Tetapi tetap saja sedikit menggelitik rasa ingin tahuku.

Apakah lanskap pegunungan dan matahari ini memiliki makna tertentu secara psikologis? Mungkinkan ini semua merupakan suatu bentuk konspirasi wahyudi yang merasuki jiwa kanak-kanak bangsa kita? Suatu konstipasi yang membuat kita menjadi bangsa yang tidak/kurang kreatif. Apakah ini merupakan residu dari warisan rezim orde baru dengan kebijakan ekonomi agrarisnya? Nenek moyangku yang seorang pelaut, gemar mengarung luas samudera, dipaksa untuk berlabuh selamanya dan hidup dari bercocok tanam.

Atau mungkin ini hanyalah sebuah tulisan yang dibuat untuk mengisi waktu luangku dan halaman-halaman kosong dari blog ini :D

Anyhow... aktivitas bermain di Hikari Budokan yang lain adalah origami alias melipat-lipat kertas. Aku percaya, lebih baik bagi anak-anak untuk menghabiskan waktunya mencoret-coret kertas putih dan mengotorkan tangannya dengan warna-warni spidol daripada menggeser jemari bersih di atas permukaan monitor dingin sebuah tablet. Tumpukan kertas di kotak sampah jauh lebih sehat bagi anak-anak dibandingkan recycle-bin yang penuh.

04 Mei 2014

Latihan...

Hampir semua guru-ku dalam perihal menulis memberikan nasihat yang sama: disiplin dalam berlatih menulis, menulis!
Sekarang, sendirian di rumah, hujan deras di luar rumah, secangkir kopi hitam panas... tetap saja jemari ini melamun, bergeming di atas papan ketik. Radiasi cahaya monitor menyihir perhatian, menghapus semua rangkaian kalimat yang sudah tersusun rapi di dalam benak. Atau ini cuma alasan :D

Beberapa menit kemudian.....
Hujan sudah reda, kopi sudah mendingin, tapi latihan menulis belum mendingan.

Banyak-banyak membaca sebelum menulis, begitu mereka bilang. Jadi, mungkin saja aku masih kurang banyak membaca. Atau sudah banyak membaca, tetapi paham kurang dalam. Atau ini cuma alasan :D

Berjanji dalam hati untuk menghadiahkan diri sendiri sebuah setrika dari merek ternama dan secangkir kopi mahal ala kafe, SETELAH berhasil menyelesaikan paling tidak satu tulisan.

Berhenti sejenak... bersenandung. Duet bersama Jared Leto: From Yesterday!

Berlatih menulis itu, paling tidak untuk saat ini, ternyata jauh lebih sulit daripada latihan Aikido atau Karate. Paling mudah berlatih Aikido, karena biasanya aku dibayar untuk latihan. Latihan Karate juga relatif lebih menyenangkan, menyalurkan agresi secara legal dan sehat. Yoga juga enak, menyegarkan jasmani dan rohani... padahal bayarnya mahal :D
Mungkin ini yang kurang dari latihan menulis. Tidak (atau belum) ada imbalan yang cukup merangsang, kurang motivasi. Kepuasan pribadi? Lumayan... tapi belum cukup untuk saat ini. Atau ini cuma asalan :D

Baiklah kiranya jika aku menghentikan penderitaan kalian wahai sidang pembaca, secepatnya. Perburuan alasan masih berlanjut... hasil buruan akan aku kabar-kabarkan secepatnya. Lain kali....

01 April 2014

Saya dan Mentari Pagi

Kamis kemarin, saya menghanguskan dua tiket penerbangan... Jakarta-Surabaya dan Surabaya-Lombok. Sedih? Sudah pasti. Tapi... Ya sudahlah :D mungkin lain kali.

Seperti pagi-pagi indah sebelum hari ini... Saya pun menyiapkan sarapan ringan, roti bakar keju dengan sedikit taburan coklat dan kopi hitam. Telanjang dada, kaca mata hitam... Saya siap berjemur :D bahagianya! :) Di rumah yang baru ini, selain dojo pribadi, saya juga memiliki tempat berjemur pribadi di lantai dua.

Mungkin kali ini saya gagal berpeluh di salah satu Gili sekitaran Lombok... Biarlah tanggal 1 April ini saya menipu diri sendiri :D
Tutup mata! Menghayal dimulai... Sekarang!

19 Maret 2014

Latihan, yuk!

Bulan maret ini sepertinya akan menjadi bulan yang paling basah...
Keringat bercucuran, lengan dan kaki terasa berat enggan bergerak, nafas tersengal, kepala sedikit pusing, badan tak henti teriak 'henti!' rindu sangat ingin berbaring.
Aku sadar semua pangkal pasti akan berujung... penderitaan yang tidak seberapa ini pasti akan berakhir. Teringat sebuah pesan: latihan ini harus keras dan berat, karena kalo lembut dan ringan semua orang akan bisa melakukannya dan hal ini tidak lagi menjadi sesuatu yang istimewa. Benarlah... karena ketika semua latihan berakhir, tidak butuh jeda yang lama untuk merindukannya kembali. Tidak ada yang bisa mengingkari buah dari latihan yang keras.

Minggu lalu aku menjalani ujian karatedo-ku yang kedua. Alhamdulillah berjalan cukup sukses, paling tidak menurutku :D
Materi ujiannya sendiri tidak terlalu sulit, karena aku menghabiskan waktu cukup lama untuk belajar dan berlatih. Justru latihan sebelum ujian yang membuatku cukup kelelahan. Padahal paket latihan yang kami lahap disajikan dalam porsi yang lebih kecil, durasi latihan lebih singkat dari rencana semula. Dapat aku katakan di sini dengan bangga bahwa aku sudah memukul dan menendang sekuat tenagaku :)

Minggu kemarin aku mengikuti seminar aikido di Jakarta. Acara seminar biasa yang terbagi dalam empat sesi latihan dalam tiga hari. Sekali lagi, sebenarnya materi latihan yang disajikan tidak terlalu istimewa. Pun, durasi latihan seharusnya masih dalam batas toleransi nyaman. Tantangan terbesar buatku adalah cuaca panas. Bahkan ketika hanya berdiri atau duduk santai, mengenakan seragam latihan saja sudah cukup membuat keringat mengalir deras. Sungguh besar sekali godaan untuk melewatkan satu sesi latihan atau sekedar rehat sejenak duduk di pinggir matras.

Ini menurutku. Tantangan terberat sebuah latihan adalah "memulai latihan." Selama latihan tantangan berikutnya adalah "menunda istirahat." Dan tidak ada yang lebih nikmat daripada perasaan "setelah latihan berat." Latihan itu menyemai bibit candu, itu istilahku.

Mungkin saja semua masalah dan cobaan hidup di dunia ini adalah laksana "latihan yang berat"... Nah menurutku latihan seperti ini jauh lebih berat daripada latihan manapun yang pernah aku lakukan. Aku gak yakin latihan semacam ini membuat kita menjadi kecanduan untuk terus berlatih (alias terlibat masalah) :D
Itulah alasan kenapa kerasnya latihan di dojo tidak akan pernah sebanding dengan kerasnya kehidupan di dunia nyata. Jadi mari berlatih di dojo! Masa segitu aja udah 'tap out' :D

(pesan untuk diri sendiri)

03 Maret 2014

Pesta Buku (Islami?) Bandung 2014

Sudah berkunjung ke Pesta Buku Bandung 2014? Kalo belum, tidak masalah... pesta(?)nya belum usai sampai dengan tanggal 5 Maret kok. Tapi, kalo boleh saya menyumbang saran... mending gak usah dateng deh! Pestanya gak asik!

Sebagian besar (lebih dari setengah) koleksi buku yang ditawarkan adalah buku agama (Islam). Sekalian aja acara ini diberi judul "Pesta Buku Islami Bandung 2014"! Apa yang terjadi? Ada apa dengan para penerbit buku 'biasa' non relijius? Bagaimana nasib kami ini para pemburu buku 'duniawi?'

Saya lebih menikmati wisata jajan di sekitar pintu masuk pameran. Habiskan saja rupiahmu di luar daripada di dalam! Perut kenyang, hati senang.

02 Maret 2014

Tentang Puasaku dan "Mudah-mudahan!"

Akan sedikit menyombong kali ini... siap-siap!

:D Tentu saja, aku bercanda. Karena, aku banyak menyombong setiap kali! :D

Banyak bulan yang lalu aku membaca sebuah buku tentang sebuah pola diet yang (konon) cukup revolusioner (atau apalah istilahnya, belum menemukan kata yang tepat), tetapi tentu saja tidak terlalu populer :D
Salah satu tips diet yang dianjurkan adalah dengan mematikan televisi. gak percaya? sila coba!

Tidak begitu banyak bulan yang lalu aku membaca sebuah buku yang sudah agak basi tahun terbitnya, tetapi tetap relevan isinya dalam konteks kekinian. Sebuah buku yang menjelaskan proses pendangkalan berpikir yang disebabkan oleh kemajuan teknologi (khususnya di bidang media massa). Televisi memang bukan tersangka utama untuk jaman sekarang, tetapi juga jadi faktor penting.

Sedikit bulan yang lalu... pada sebuah media sosial, aku membaca sebuah komentar yang menyikapi gencarnya tayangan bermutu rendah di stasiun televisi lokal. Sederhana saja, "Matikan Televisi Anda!"

Dan inilah yang terjadi di akhir tahun yang baru lewat lalu... Aku mencabut kabel antena dan memutuskan arus listrik ke tabung kaca sang penyebar bencana! (tiga kata terakhir benar-benar berlebihan dan bisa dilewat-baca :D) Aku menyiapkan diri untuk puasa televisi. Sesekali menonton televisi ketika bertamu atau makan di warung yang ada televisinya.

Banyak yang terlewat. Siaran berita paling aku rindukan. Ketinggalan banyak perkembangan nasional dan dunia. Berusaha mengejar ketinggalan dengan membaca koran.

Dietku tidak begitu berhasil :D tapi beneran lho, mengurangi nonton televisi beneran mengurangi porsi makanku (sedikit), terutama cemilan. Jadi mungkin ada baiknya juga untuk kamu coba. Makan sambil menonton televisi (konon) membuat kita cenderung makan lebih banyak, butuh waktu yang lebih lama untuk kenyang karena perhatian kita terbagi.

Saya juga sudah mulai berhenti memaki dalam hati ketika menonton acara hiburan di stasiun televisi lokal. Saya berhenti membayangkan ribuan sel syaraf "positif" yang hangus di otak saya. Saya berhasil mengurangi "dosa" saya yang gemar bergosip artis :D. Mungkin banyak hal positif yang saya korbankan dari siaran televisi, tetapi saya percaya ada jauh lebih banyak waktu produktif yang berhasil saya selamatkan :)

Yang terakhir dan paling membahagiakan saya adalah saya sudah membaca banyak halaman buku dalam tiga bulan terakhir! Tentu saja saya masih harus menilai dengan lebih menyeluruh lagi "kemajuan" ini dengan memasukkan 'kualitas bacaan' selain 'kuantitas bacaan' sebagai salah satu parameternya. Tetapi saat ini saya sudah cukup bahagia dengan keberhasilan saya menamatkan beberapa buku (hampir semuanya fiksi, sayangnya) dalam sekitar tiga bulan terakhir.

Saya berharap saya bisa menghindarkan diri dari "kedangkalan" umat manusia yang pernah diramalkan oleh seorang penulis dalam sebuah buku. Paling tidak berusaha untuk tidak menjadi lebih "dangkal." dua 'tidak' dalam satu kalimat tidak berarti "ya" kan? tambah lagi satu 'tidak' dalam kalimat sebelum ini :D

Masih banyak hal yang konsumsinya harus saya kurangi, selain kolesterol jahat dan gula sederhana tentunya :D Saya berhasil mengurangi konsumsi mi instan sampai hampir nol per bulannya. Saya berhasil mengurangi jam-jam santai saya berbaring menonton televisi. Mudah-mudahan saya juga bisa berhasil mengurangi 'mengintip' sosial media. Mudah-mudahan saya juga bisa berhasil mengurangi durasi selancar tak tentu arah saya di dunia maya. Mudah-mudahan setelah lebih banyak membaca buku, saya juga bisa lebih banyak menulis :)

Masih banyak godaan aktivitas membuang waktu produktif yang ada di sekitar kita. Mudah-mudahan kita semua dianugerahi kemampuan dan kekuatan untuk memilah dan memilih yang terbaik untuk kita! :)

23 Februari 2014

SKK: 1 tahun kemudian

Kira-kira satu tahun yang lalu, aku terjerumus dalam sebuah petualangan hidup yang baru. Pertama kali, aku belajar Karatedo. Banyak yang berubah sejak saat itu...

Seperti yang sudah pernah aku bagi sebelumnya, aku tidak pernah menyangka akan jatuh cinta lagi untuk yang kedua-kali. Aikido tetap dan akan selalu menjadi cintaku yang pertama, biarlah Karatedo menjadi istri muda.

Langit sepertinya sangat merestui perjalanan hidupku yang baru ini. Setahun ini aku ditemukan dengan beberapa praktisi Karatedo yang sangat membantu dalam proses latihanku. Aku tidak dapat mengatakan bahwa kualitas teknikku sudah baik :D tapi paling tidak sudah lebih mendingan dari Februari 2013 :)

Beberapa bulan terakhir aku bahkan diberkahi lebih banyak lagi. Praktis saat ini aku hidup di dalam sebuah Dojo dengan fasilitas latihan yang cukup memadai. Hidup memang tidak lantas menjadi lebih mudah :D hidup di Dojo tidak berarti hanya latihan setiap hari. Sebuah Dojo adalah sebuah rumah yang harus dipelihara dan dijaga. Bukan pekerjaan mudah untuk lelaki pemalas sepertiku :D

Meskipun beberapa kali aku harus melewatkan beberapa sesi latihan yang penting... Aku berusaha cukup keras untuk menambal defisit jumlah latihan dengan latihan tambahan. Secara fisik dan mental aku sudah siap menjalani ujian mudansha-ku berikutnya di pertengahan Maret tahun ini :)

Sudah sangat tidak sabar...

10 Februari 2014

Baru di Tahun Baru: Pereda Stres

kenangan terakhir sandal yang hilang

Sandal jepit merah (muda?) yang terlihat pada foto di atas, terakhir terlihat sesaat sebelum waktu shalat jumat di januari pada sebuah masjid besar di Kota B. Tapi, tentu saja bukan itu yang ingin aku bagi malam ini :D

Jalan-jalan kaki dan pantai merupakan salah dua pelepas ketegangan favoritku, jalan-jalan kaki di pantai itu yang paling manjur! :D Meskipun tidak bisa berenang (sayangnya...), aku sangat menggemari pantai. Pantai itu identik dengan kehangatan... Gak bisa berenang? Gak masalah! Masih bisa basah-basahan di bagian yang landai. :)


Kalo yang di atas ini rahasia ya! Jangan bilang siapa-siapa!... Ups, terlambat! :D

Ada yang baru nih di tahun baru. Rumah baru berarti perabot baru. Perabot baru yang paling baru, bener-bener baru aku miliki seumur hidup. Inilah dia...


Mungkin "perabot" bukan kata yang tepat, sepertinya "mainan" lebih pas. Betul, ini mainan terbaruku di awal tahun 2014. :) Hampir tiada hari yang terlewat tanpa sentuhan mesraku kepadanya. Memukul dan menendang mungkin bukan cara yang paling bijak dalam menyalurkan agresi... tetapi paling tidak, tidak ada yang terluka jika sasarannya adalah mainan "bantal guling" seperti foto di atas.

Sebetulnya masih ada satu lagi sasaran tinju dan kaki di rumahku. Kalo yang berikut ini level kekerasannya lebih tinggi lagi. Untuk menghindari pengaruh buruk bagi khalayak pembaca... biarlah kita simpan dulu gambarnya untuk lain kali. :)

Banyak lho yang baru di tahun baru... sampai nanti!

09 Februari 2014

Gambarku dari Bengkulu

Tabot

Rumah Bung Karno

Mata Dewa Pantai Panjang

Dokter Apri

Aku

Baru di Tahun Baru: Tukang Kayu

Setelah 2013 yang sarat dengan jalan-jalan yang bukan pelesiran... tahun 2014 diawali dengan semangat baru. Tidak semuanya dapat diceritakan di sini, paling tidak untuk saat ini.

Tapi ada satu yang mau aku bagi malam ini...


Ini bukan sembarang meja kayu lho! Ini adalah meja kayu pertama yang aku buat dengan kedua belah tanganku sendiri, memanfaatkan limbah kayu bekas peti kemas. Sekilas tidak tampak terlihat keistimewaannya... karena memang tidak ada yang istimewa. :D

Bertukang sepertinya akan menjadi hobi baruku. Belum banyak peralatan yang aku miliki... tetapi cukuplah kalo sekedar membuat rak atau meja-bangku sederhana. Paling tidak dapat dimanfaatkan oleh sendiri. :)

Rencana hobi baru berikutnya adalah bercocok tanam. Tidak banyak lahan yang bisa aku tanami di rumahku saat ini, tapi tentu saja bukan halangan kan? :) Mari kita lihat di esok hari...

21 Januari 2014

dari B ke B

Cerita jalan-jalan Bengkulu mungkin akan menyusul... Mungkin.

Beruntung sekali aku mendapatkan akomodasi terbaik selama jalan-jalan awal tahun ini. Seorang teman, sebut saja Apri (bukan nama panjangnya), bersedia menemani jalan-jalan dan membayar hampir semua tagihan makanku (alhamdulillah semuanya enak, jadi terpaksa aku makannya banyak). Seorang teman baru, kita panggil saja Umam (pun bukan nama lengkapnya), menyediakan tempat berteduh dan beristirahat yang nyaman di kala malam, gratis tis tis tis... Alhamdulillah.

Singkatnya, minggu pagi (19/01) aku sudah harus pulang ke Bandung. Apri mengantarkanku ke bandara Fatmawati - Soekarno. Pajak bandara di sini murah lho, hanya 15 ribu rupiah saja. Sekali lagi Citilink menepati janjinya untuk tepat waktu. Jadwal keberangkatan dan kedatangan tidak terlalu molor, hanya selisih beberapa menit.

Mendarat di Cengkareng, keluar dari terminal 1C, aku langsung berjalan menuju loket Primajasa tujuan Bandung yang berada di sekitar terminal 1B. Setelah menukar uang 90 ribu dengan selembar tiket dengan nomor kursi 9, aku bergegas menuju busnya yang diparkir tidak jauh dari loket. Uniknya, sebelum merayap keluar dari bandara, salah satu petugas naik ke atas bus dan mengajak berdoa bersama. Berdoa mulai... Berdoa selesai.

Perjalanan menuju Bandung berjalan lancar tanpa hambatan berarti.

Bus Primajasa akan mengantarkan kita masuk ke Bandung melalui pintu tol Moh Toha. Setelah melewati jalan Moh Toha, bus akan menyusuri jalan Soekarno - Hatta menuju Batununggal. Dari Batununggal, berbekal uang 3 ribu aku menumpang bus Damri menuju Elang.

Jadi... Biaya dari bandara (minus tiket pesawat) di Bengkulu sampai ke rumah di Bandung adalah 108 ribu rupiah. Sedikit lebih murah dari tiket Jakarta - Bengkulu yang senilai 115 ribu.

16 Januari 2014

Resolusi jalan-jalan nomor satu 2014: Bengkulu

Ibarat sungai... Bengkulu menjadi hulu rangkaian jalan-jalan tahun ini. Perjalanan kali ini adalah hasil buruan promo tiket Citilink empat bulan yang lalu. Tiket pulang pergi Jakarta - Bengkulu ditebus dengan rupiah 115 ribu (termasuk donasi 5 ribu untuk PMI). Murah? Bisa jadi..

Dari rumah menuju pool Citilink di Ciwalk, aku harus merelakan 35 ribu rupiah untuk taksi si burung biru. Menumpang travel menuju bandara, tiketnya dilego 115 ribu rupiah saja. Masuk ruang tunggu... Eh dipalakin lagi 40 ribu. Wah dari pintu rumah sampai pintu pesawat dompetku sudah lebih tipis 190 ribu saja (lebih mahal dari tiket pesawatnya...).

Tak mengapa... Sudah kepalang basah.

Sekarang saatnya berdoa. Semoga pelesiran perdana di awal tahun ini akan berjalan dengan baik, tidak sesuai rencana tak jadi soal (karena memang tanpa rencana). Semoga ada banyak pengalaman seru menanti di Bengkulu...

Bersambung bung bung bung...

04 Januari 2014

2014

Saya harus berhati-hati, sangat hati-hati... Cita-cita saya untuk lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan pada tahun 2013 terwujud dengan cara yang tidak terlalu menyenangkan. Untuk seorang pengangguran, saya menempuh cukup banyak kilometer pada tahun lalu. Sayangnya sebagian besar perjalanan ditempuh bukan untuk jalan-jalan.

Kali ini saya akan lebih hati-hati. Tahun ini, 2014, saya harus berjalan lebih jauh... Jalan-jalan! Tuhan! Bukan karena musibah atau bencana, jalan-jalan! Jalan-jalan yang tidak harus mewah, tapi harus berawal-akhir yang bahagia.

Resolusi awal tahun yang lain akan saya buat seperti biasa, dan seperti biasa pula akan diabaikan seiring waktu. Paling tidak awal tahun dimulai dengan niat yang baik, kan? Guru agama SD saya dahulu pernah mengatakan, semua harus dimulai dengan niat yang baik dan niat yang baik tidak akan sia-sia. Nasehat yang sangat sering kami, murid-muridnya, patuhi dengan tentu saja sedikit improvisasi pada implementasi.

2014... Sepertinya akan jadi tahun yang baik untuk memulai program perut rata nan keras, berkotak-kotak (minimal enam). Saatnya mulai memperhatikan kestabilan berat badan mengingat usia dan warisan diabetes. Setiap jalan-jalan saya akan berusaha keras mencicipi sebanyak mungkin macam-macam kuliner lokal. Beberapa warung padang di Bandung juga masih belum dieksplorasi.

2014... Tahunnya politik, konon. Karena saya (sok) anti-arus utama, menurut saya 2014 (dan tahun-tahun lainnya) adalah (dan selalu menjadi) tahun finansial. Saya percaya bahwa uang adalah faktor pendorong utama umat manusia sepanjang jaman, dalam bidang apapun. Tahun ini saya berjanji akan hidup dengan lebih hemat. Titik. Sesekali melirik produk diskon tidak berdosa kan, lirikan pertama adalah anugerah. Janji hanya melirik, titik-titik...

2014... Tahun baru, tahunnya yang baru-baru. Dojo baru, harus jadi! Pasangan baru, boleh juga (percaya diri: level tinggi). Destinasi baru. Sepeda baru, sepatu baru, do-gi baru, televisi baru, dan yang baru-baru lainnya (semaksimal mungkin inkonsisten dengan paragraf sebelumnya).

2014... Ini contekan dari teman saya: kamar yang lebih rapi.

Saya berusaha menyusun semua rencana tersebut di atas serealistis mungkin. Seperti biasa saya akan membiarkan kata hati saya yang menuntun sepanjang perjalanan dan tetap berlalu meskipun diterpa gongongan.

Amin.

Sengaja saya tulis di bawah "Amin." Saya sangat berharap tahun ini dapat menjadi tahun yang baik untuk lebih banyak berpikir mendalam dan mengurangi kedangkalan hati-pikiran. Mudah-mudahan dapat lebih banyak menulis, tulisan yang baik.