27 Mei 2014

man in the mirror

Beberapa minggu yang lalu aku terpaksa menghadiri sebuah perhelatan adu bakat di sebuah kampus... sangat membosankan. Tapi ada sebuah kejutan... Sebagian besar "bakat" yang ditampilkan adalah hal-hal yang jamak kita lihat dalam acara serupa di televisi. Salah satunya adalah kemampuan bermain musik dan bernyanyi.

Salah seorang peserta, menurutku, menampilkan bakat yang menarik. Dia bermain piano sambil bernyanyi... Man in the Mirror (MitM) yang dipopulerkan oleh mendiang Michael Jackson pada era 80an (kalo gak salah :D). Aku kaget masih ada "anak jaman sekarang" yang tau (dan membawakan) lagu ini. Sudah bisa ditebak, tidak ada penonton yang sing-a-long :D tidak seperti beberapa lagu populer jaman alay yang dibawakan oleh beberapa peserta lain.

I'm Starting With The Man In The Mirror
I'm Asking Him To Change His Ways
And No Message Could Have Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
Take A Look At Yourself, And Then Make A Change

Demikian secuplik lirik dari lagu tersebut. Oke aku tau... di luar segala ke-tidak-lazim-an gaya hidup dan gosip miring seputar MJ, harus kita akui bahwa beberapa lagunya membawa pesan yang positif (e.g., Heal the World, Earth Song).

Aku suka MitM... aku setuju kalo kita semua bisa membawa perubahan bagi dunia yang lebih baik, mulai dari diri kita sendiri! Mulai dari hal yang kecil, karena semua yang BESAR pasti berasal dari yang kecil. Itu menjadi salah satu alasan kenapa aku senang bekerja dengan anak-anak.

Aku agak pesimis bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih baik, paling tidak dalam waktu yang dekat. Tapi kita masih punya waktu untuk menanam benih perubahan itu ke dalam jiwa anak-anak. Seperti semua bentuk investasi, kita mungkin akan menang dan kaya atau malah kalah dan jatuh miskin. Untuk yang satu ini aku optimis kita akan meraih laba yang berlimpah :)

Sejak beberapa tahun terakhir aku sudah beralih ke BBM non subsidi. Bukan sok kaya :D pun sepeda motorku cuma model bebek "motor cewek" (istilah temanku). Aku cuma berusaha memberi kontribusi kecil kepada negara (meskipun aku juga sadar sepenuhnya dengan resiko korupsi di Pertamina). Aku sendirian tidak akan mampu mengurangi beban subsidi negara yang membengkak tiap tahunnya, aku sadar itu :)
Tapi jika setiap orang mau berubah dan beralih secara perlahan ke BBM non subsidi, akhirnya (entah kapan :D) beban itu dapat berkurang (sekali lagi tetap dengan resiko kebocoran anggaran :D).

Banyak orang yang mengutuk acara televisi lokal yang tidak mendidik. Sambil memaki mereka tetap meyalakan dan menonton televisi. Solusinya sederhana, matikan televisimu! :) Salah seorang aktivis pendidikan anak menganjurkan keluarga untuk mencabut kabel antena dan bahkan tidak berlangganan TV kabel, kemudian mulai rajin mengoleksi film-film dokumenter pilihan. Ketinggalan berita? Kembalilah berlangganan koran harian. Mari kita mengundang anak untuk menyentuh kertas dan belajar membaca tulisan berkualitas.

Masih banyak hal kecil lain yang bisa kita lakukan. Seorang temanku bercocok tanam di sembarang lahan kosong di sekitarnya. Ini di Surabaya. Beneran lho! Bagaimana jika ada anak kecil yang iseng mencabut tanamannya? "Biarkan saja!" ujarnya. Bagaimana jika nanti ada yang "memanen" hasil tanamnya? "Alhamdulillah!" jawabnya. Bahkan ada kemungkinan tidak akan ada tanaman yang akan bertahan hingga tumbuh dewasa. "Paling tidak aku sudah berusaha." katanya sambil tersenyum.

Sepetak tanaman hias atau sayuran tidak akan mampu mengatasi kelaparan dunia atau menyaring polusi udara di Surabaya. Tapi coba bayangkan jika ada lebih banyak warga negara seperti temanku yang edan itu. Dunia masih akan tetap lapar dan kotor udaranya sih :D tapi pasti akan berkurang dan semakin berkurang ketika semakin banyak orang yang menanam dan merawat tanaman :)

Akan selalu ada hal kecil yang bisa kita lakukan dan suatu saat akan membawa perubahan besar yang mudah-mudahan bermanfaat. Tidak perlu menunggu punya uang dan luang yang berlimpah! Tidak perlu menunggu sampai tua dan dewasa! Tidak perlu menunggu sampai kita kuat menggeser gunung!

Pesan ini juga untukku... Aku sendiri masih jauh dari baik, jauh dari bijak :) lebih jauh lagi dari kaya :D Masih banyak perubahan baik yang bisa aku buat
Mudah-mudahan kita semua masih diberi kesempatan, kemauan, dan kemampuan untuk melakukan perubahan sekecil apapun ke arah yang lebih baik... mulai dari sekarang, mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri!

tetap bermimpi.... :)

18 Mei 2014

my babies :D

Sekarang aku tau... kenapa ibu-ibu (atau bapak-bapak) seneng banget mamerin foto-foto bayi mereka :)

adonan kue cokelat :D 10-05-2014
Foto di atas bukan adonan kue atau roti cokelat di dalam loyang :D tapi adonan tanah dan pupuk dalam pot kaleng, isinya benih tanaman sayur. Gambar di atas, diambil pada pagi hari tanggal 10 Mei 2014. Benihnya sendiri ditabur ke media tanam pada malam sebelumnya (jadi tanggal 9 Mei 2014 malam).
Apa yang terjadi sekitar 1 minggu kemudian?

duo imut :D 17-05-2014
Bisa liat kan? Bisa liat kan dua tunas imut-imut yang malu-malu itu? :) Akhirnya... Berikut satu tunas lagi yang lebih pemalu, mungkin karena dia cuma sendirian :D

sundul solo :D 17-05-2014
Kedua foto di atas diambil pada pagi hari tanggal 17 Mei 2014. Padahal hal hal... malam sebelumnya aku gak liat ada tanda-tanda kehidupan lho! Tau-tau pagi-pagi mereka bertiga muncul :D senangnya!
Akupun menyiapkan media tanam yang lebih banyak untuk menampung trio imut (dan teman-temannya yang diprediksi akan segera menyapa langit beberapa hari lagi).

media tanam : kompos = 1 : 1

Untuk saat ini sekitar 10 liter media tanam (yang sudah dioplos kompos) tampaknya sudah cukup. Selain itu, aku sudah menyiapkan 10 pot kecil dan 1 pot sedang... mungkin akan bereksperimen juga dengan memanfaatkan limbah kantong atau botol plastik sebagai pot.

Bahagia itu sederhana. Bahkan terkadang kotor :D
Bahagia itu mengaduk media tanam dan kompos (yang salah satu komponennya adalah kotoran hewan) dengan tangan telanjang, sambil membayangkan sehatnya tanaman yang akan menumpangkan hidup di dalamnya :) tentu saja tidak lupa mencuci tangan sesudahnya :D dua kali malah! :DD

Pengen tau gak apa yang terjadi pada hari ini (18 mei 2014)? Pengen tau aja ya? Ya? Ya? :D
Setelah ini...

11 Mei 2014

Syukur Alhamdulillah

Makan malam: Aku memesan ayam goreng, tahu, tempe, ati-ampela dan soto ayam... plus dua porsi nasi. Bungkus!!! Sabar dulu... sebagian besar akan dikonsumsi pada saat sarapan :)

Sampai di rumah: Oh my Dog! Semua pesanan lengkap kubentang di atas piring. Ternyata... ternyata... ternyata potongan ayam gorengnya adalah paha! Kabar buruk, seharusnya aku tidak lalai menyebut "dada" pada saat memesan makanan tadi. Sebel b4n993Dz!!!
Sabar dulu...

Astaga... aku lupa. Bahkan saat ini, ketika aku mengutuk makanan yang tersaji di hadapanku, entah ada berapa juta orang di dunia yang belum (atau bahkan tidak) makan malam (padahal perutnya lapar). Melihat ke bawah akan membuat kita menjadi lebih tinggi. Bahagia itu hanya masalah sudut pandang, jadi sederhana kan?
Sabar dulu...

Betul... kita tidak akan pernah puas jika kita selalu melihat ke atas. Ada langit di atas langit, bahkan setelah langit ke tujuh, di luar atmosfer bumi entah sampai dimana ujung semesta. Bahagia akan lebih sederhana jika kita "menutup" mata. Keindahan wujud perlahan sirna. Prasyarat bahagia berkurang, bahagia lebih cepat datang.
Sabar dulu...

Bagaimana seandainya kita "menutup" kelima panca indera? Secara teoretis bahagia akan lebih cepat melanda. Hidup akan jauh lebih sederhana. Karena derita berawal dari nafsu. Sementara nafsu berawal dari indera.
Wah teori apaan ini? :D 
Meloncat ke masa depan pada kehidupan nyata: Mari kita bersyukur atas semua yang kita miliki dari yang remeh sampai yang sepele (karena syukur atas nikmat yang besar sudah terlalu mainstream!). Sesungguhnya derita itu adalah ilusi dan bahagia itu adalah nyata :D

Selamat (makan) malam! Alhamdulillah....

07 Mei 2014

Anak-anak Cahaya

Beberapa hari yang lalu, aku memberikan masing-masing selembar kertas beserta alat tulis kepada lima orang anak (muridku dari Aikido kelas anak). Di Hikari Budokan, aku memiliki lebih banyak keleluasaan untuk beraktivitas bersama murid-murid. Selain latihan, salah satu aktivitas yang kami lakukan adalah menggambar. Pertimbanganku sederhana saja, tidak ada anak yang tidak suka mencoret-coret :D

Sedikit mengejutkanku... empat dari lima gambar yang dibuat menunjukkan "penampakan" lanskap gunung dan matahari :D
Masih ingat gambar atau lukisan serupa yang kita bikin dahulu ketika kita masih kecil? Ternyata tidak banyak yang berubah paling tidak dalam 30 tahun terakhir. Kenapa ya? Peristiwa ini tentulah tidak bisa dijadikan acuan untuk menilai tingkat kreatifitas anak-anak Indonesia secara keseluruhan. Tetapi tetap saja sedikit menggelitik rasa ingin tahuku.

Apakah lanskap pegunungan dan matahari ini memiliki makna tertentu secara psikologis? Mungkinkan ini semua merupakan suatu bentuk konspirasi wahyudi yang merasuki jiwa kanak-kanak bangsa kita? Suatu konstipasi yang membuat kita menjadi bangsa yang tidak/kurang kreatif. Apakah ini merupakan residu dari warisan rezim orde baru dengan kebijakan ekonomi agrarisnya? Nenek moyangku yang seorang pelaut, gemar mengarung luas samudera, dipaksa untuk berlabuh selamanya dan hidup dari bercocok tanam.

Atau mungkin ini hanyalah sebuah tulisan yang dibuat untuk mengisi waktu luangku dan halaman-halaman kosong dari blog ini :D

Anyhow... aktivitas bermain di Hikari Budokan yang lain adalah origami alias melipat-lipat kertas. Aku percaya, lebih baik bagi anak-anak untuk menghabiskan waktunya mencoret-coret kertas putih dan mengotorkan tangannya dengan warna-warni spidol daripada menggeser jemari bersih di atas permukaan monitor dingin sebuah tablet. Tumpukan kertas di kotak sampah jauh lebih sehat bagi anak-anak dibandingkan recycle-bin yang penuh.

04 Mei 2014

Latihan...

Hampir semua guru-ku dalam perihal menulis memberikan nasihat yang sama: disiplin dalam berlatih menulis, menulis!
Sekarang, sendirian di rumah, hujan deras di luar rumah, secangkir kopi hitam panas... tetap saja jemari ini melamun, bergeming di atas papan ketik. Radiasi cahaya monitor menyihir perhatian, menghapus semua rangkaian kalimat yang sudah tersusun rapi di dalam benak. Atau ini cuma alasan :D

Beberapa menit kemudian.....
Hujan sudah reda, kopi sudah mendingin, tapi latihan menulis belum mendingan.

Banyak-banyak membaca sebelum menulis, begitu mereka bilang. Jadi, mungkin saja aku masih kurang banyak membaca. Atau sudah banyak membaca, tetapi paham kurang dalam. Atau ini cuma alasan :D

Berjanji dalam hati untuk menghadiahkan diri sendiri sebuah setrika dari merek ternama dan secangkir kopi mahal ala kafe, SETELAH berhasil menyelesaikan paling tidak satu tulisan.

Berhenti sejenak... bersenandung. Duet bersama Jared Leto: From Yesterday!

Berlatih menulis itu, paling tidak untuk saat ini, ternyata jauh lebih sulit daripada latihan Aikido atau Karate. Paling mudah berlatih Aikido, karena biasanya aku dibayar untuk latihan. Latihan Karate juga relatif lebih menyenangkan, menyalurkan agresi secara legal dan sehat. Yoga juga enak, menyegarkan jasmani dan rohani... padahal bayarnya mahal :D
Mungkin ini yang kurang dari latihan menulis. Tidak (atau belum) ada imbalan yang cukup merangsang, kurang motivasi. Kepuasan pribadi? Lumayan... tapi belum cukup untuk saat ini. Atau ini cuma asalan :D

Baiklah kiranya jika aku menghentikan penderitaan kalian wahai sidang pembaca, secepatnya. Perburuan alasan masih berlanjut... hasil buruan akan aku kabar-kabarkan secepatnya. Lain kali....