sembari mengisi waktu luang yang berlimpah di sela-sela waktu makan dan tidur... tentu saja tambah satu alasan lagi untuk menunda pekrjaan yang lebih penting. hidup prokrastinasi!
Ini adalah daftar singkat (seingatku) yang merangkum pengalaman bersantap di Kota Bandung dalam seminggu ini, tentu saja tulisan ini tidak akan memuat tempat-tempat makan yang biasa aku kunjungi. Tiga kali makan siang dengan tiga orang yang berbeda...
Kedai Es Krim di Jalan Sulanjana nomor 30
Jalan Sulanjana adalah salah satu jalan pendek di dalam kota. Jalan ini menghubungkan Jalan Tamansari dan Jalan Ir. H. Juanda (atau Dago) dengan panjang sekitar 350 meter. Meskipun relatif pendek, jalan ini "dipadati" oleh cukup banyak bangunan komersil. Pada kesempatan lain aku akan membahas lebih rinci seputar jalan ini.
Di Jalan Sulanjana nomor 30 kita akan menemukan tempat makan yang sederhana, dibandingkan dengan tempat makan di sebelahnya. Daftar makanan dan minuman yang ditawarkan menurutku tidak cukup banyak, tetapi lumayan bervariasi. Menu pilihanku kali ini adalah es krim.
Aku bukan penggemar berat es krim, tetapi es krim yang ditawarkan di sini diklaim sebagai es krim buatan rumah (sayangnya aku lupa nama mereknya). Selain menjanjikan pengalaman rasa yang unik, harganya pun tidak terlalu mahal (sebenarnya harga adalah pertimbangan utamaku). Di dalam daftar menunya, harga termahal yang tercantum adalah Rp.12.000,00 saja, cukup murah kan?
Aku memesan Brownies Ice Cream sebagai hidangan penutup (setelah Lomie yang rasanya lumayan juga) dengan harga Rp.10.000,00 per porsi. Menu ini terdiri dari sepotong brownies dengan dua scoop es krim di atasnya dan disiram dengan saus coklat ditambah taburan butiran coklat. Rasanya? Sebagai bukan-penggemar-berat-es-krim, aku harus mengatakan bahwa rasa menu ini melebihi ekpektasiku. Enak! Pada kesempatan lain aku sudah merencanakan untuk memesan Banana Split dan atau es krim gorengnya.
Aku pribadi sangat merekomendasikan untuk menikmati es krim di kedai ini (Sulanjana 30)!
Dim Sum enak dan Bakmi biasa di Kantin Tong Tong Baltos
Menyusuri ke arah barat dari Sulanjana kemudian berbelok ke utara, kita akan menemukan Balubur Town Square (Baltos) di Tamansari tepat sebelum lampu merah. Sama seperti pusat perbelanjaan modern lainnya, Baltos juga menawarkan banyak pilihan tempat makan... salah satunya adalah Kantin Tong Tong (entah apa hubungannya dengan Pasar Tong Tong di kawasan Cihampelas Walk, Ciwalk).
Sekali lagi pertimbangan utama untuk mencoba makan siang di sini adalah rayuan harganya yang "konon" murah. Setelah menyimak daftar menu dengan seksama... untuk ukuran makan di pusat belanja modern ditambah dengan fasilitas wifi-nya menurutku harga yang ditawarkan cukup rasional, murah. Dengan selembar uang dua puluh ribuan, kita sudah bisa menikmati makan siang plus minum dan gratis berselancar di dunia maya (buat yang sungguh-sungguh ingin memaksimalkan uangnya!)
Menu yang pertama kali aku nikmati di Kantin ini adalah paket makan siang yang tersiri dari Bakmi Nyam-nyam dan Teh Botol. Aku penggemar berat Mi! Aku lupa label harga paket makan siang ini... lebih dari lima belas ribu kalau tidak keliru. Rasanya?... Sebagai penggemar mi, menurutku masih ada penjual bakmi atau mi goreng yang lebih enak di sekitar Baltos dengan harga yang lebih murah. Rasanya biasa!
Sedikit kecewa dengan bakmi, aku kembali memesan tahu-isi goreng dan segelas kopi hitam. Temanku iseng memesan dim sum dan minuman soda dingin. Ternyata... tahu gorengnya lebih mengecewakan, masalahnya tidak terbenam di rasanya, tetapi kulit luarnya yang keras dan sulit-digigit. Kopi hitamnya juga terasa dangkal... entah jenis kopi bubuk yang salah, entah takarannya yang kurang.
Kejutan menariknya dari makan siang yang kelamaan dan terjerumus menjadi makan sore ini adalah dim sum yang dipesan oleh temanku. Temanku memesan dim sum (lupa namanya) yang di dalamnya tersembunyi seekor udang. Ternyata di akhir sesi makan siang yang molor ini aku beruntung dapat menikmati dim sum yang cukup enak. Aku lupa harganya, sepuluh atau lima belas ribu untuk tiga (atau empat ya? lupa juga) ekor udang yang bersembunyi di dalam selaput tipis.
Jadi, sepertinya cukup aman untuk menyatakan bahwa menu Dim Sum di Kantin Tong Tong, enak!
Ketan Bakar gosong di The Kiosk Dago
The Kiosk adalah salah satu pusat jajanan yang memiliki cukup banyak cabang di Bandung, di antaranya berlokasi di Ciwalk dan Baltos. Pusat jajanan ini menghimpun beberapa "merek" makanan yang sudah terkenal kedalam satu tempat. The Kiosk terakhir yang aku kunjungi adalah cabang yang terletak di Dago (pun tidak jauh dari Sulanjana).
Tidak sulit untuk mendapatkan predikat enak dari lidahku. Sederhananya aku hampir tidak pernah menolak makanan apapun yang ditawarkan kepadaku, apalagi makanan gratis.
Hampir semua kios yang mengisi The Kiosk menawarkan sajian kuliner yang bener-bener bisa bikin ngiler. Siang itu aku ngiler melihat pilihan menu ketan bakar (setelah menyantap iga bakar yang istimewa rasanya). Harganya Rp.6.500,00 per butirnya, lebih dari dua kali lipat harga eceran di pinggir jalan atau bawah jalan layang yang sekitar tiga ribuan saja (atau lebih murah). Apakah rasanya dua kali lipat lebih enak?
Menurutku... ketan bakar yang tetap aku habiskan (meskipun aku kritik rasanya) kemarin itu rasanya tidak memenuhi pengharapanku dari harganya yang dua kali lipat lebih mahal dari ketan bakar yang biasa aku beli. Untuk harga enam ribu lima ratus perak, aku mengharapkan paling tidak rasanya cukup enak dan nyaman di lidah... tetapi aku harus menelan rasa kecewa bersama ketan yang dibakar terlalu gosong dan saus kacang (atau oncom ya?) yang rasanya juga kurang pas.
Jadi, buat kamu yang berminat bersantap ria di The Kiosk Dago... aku tidak menyarankan untuk memesan ketan bakarnya! Atau mungkin... aku saja yang sedang sial.
Sekianlah cerita singkat jelajah lidahku di Bandung dalam seminggu terakhir. Ingatlah bahwa bumbu yang paling sedap adalah rasa lapar! Dan apapun yang terjadi, terima kasih Tuhan atas kesempatan untuk menikmati makanan yang telah Kau berikan kepada kami.
Selamat menikmati hidup!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar