20 tahun yang lalu... gak kerasa gitu lama ya? einstein emang bener, waktu bersifat nisbi :)
sekitar 20 tahun yang lalu, kalo gak salah, pertama kalinya aku "nyasar" ke luar kota... aku lahir dan besar di sebuah kota kecil di propinsi sumatera selatan berjudul Prabumulih (info kota bisa dibaca di sini dan di sana). secara geografis tentu saja Palembang jauh lebih dekat daripada Denpasar, tapi pertama kali jalan-jalan ke luar kota (bersama ortu, belum berani sendirian tentu saja :D) destinasinya adalah pulau Bali. destinasi kedua adalah kota Bandung (info sini dan sana). aku jarang ke luar kota sekitar prabumulih, bukan karena kami keluarga tajir dan sombong :D, sederhananya aja karena kami adalah keluarga perantau.
ok... waktu itu tahun 80-an meskipun aku lupa detailnya, seingatku menjelang pemilu, jadi logisnya adalah sebelum tahun 1987 tapi sesudah tahun 1982.
Bali 20 tahun yang lalu... gak banyak detail yang aku ingat :D ini cuma sepotong memori. ehm, salah satu yang berkesan adalah mandi di sungai di kampung halaman ayahku. ada dua sungai yang melewati kampung, satu sungai kecil dan satu lagi rada besar. yang kecil ada di belakang rumah kakekku, setelah hutan bambu kecil dan sebelum petak-petak sawah penduduk desa. di sungai yang kecil ini kami gak pake buat mandi (meskipun airnya jernih) tapi aku sering bermain perahu-kertas di sini. di sumatera sebenernya ada lebih banyak sungai, tapi terus terang ini pengalaman pertama aku maen di sungai :D
sungai yang lebih besar letaknya di seberang jalan dari rumah kakek (jadi kampung kakekku ini dibelah oleh satu jalan desa menjadi bagian barat-timur). setelah menyeberang jalan kita masih harus melewati rumah penduduk dan sedikit menurun (rada berlembah). nah sungai yang lebih besar ini enak buat banget buat mandi dan maen air. sungai ini banyak pasir dan batu kalinya, beberapa bagian sungai cukup dangkal dan aman buat anak seusiaku untuk bermain tanpa khawatir tenggelam. di bagian yang dangkal ini airnya tidak keruh. tapi pasir dan bebatuan di sini seingatku berwarna gelap (vulkanik).
di sungai yang besar ini ada satu keajaiban (paling tidak buatku saat itu)... pertama kalinya aku bisa liat dan menemukan batu yang bisa mengapung :D (batu apung sebenernya gak ajaib banget, cuma aku aja yang kampungan). dan karena ini sungai publik, yang mengapung gak cuma batu, pernah juga aku meremas "batu apung" yang lebur di tangan (alias kotoran manusia) secara tidak sengaja karena warnanya dan bentuknya mirip :D
singkatnya adalah pengalaman bermain pertama kali di sungai (kedua sungai di kampun kakek ini) sangat berkesan, bahkan masih aku ingat sampai sekarang (meskipun rada lupa detailnya). jadi wajar aja kalo tahun-tahun berikutnya dua sungai ini kembali aku kunjungi. nah terakhir aku melihat (hanya melihat!) kedua sungai ini adalah awal tahun 2000an atau akhir tahun 1990an (aku lagi-lagi lupa :D) sudah banyak sekali yang berubah.
sungai kecil di belakang rumah almarhum kakek sepertinya menyusut. lugunya aku yang gak tau kalo ternyata sungai juga bisa menyusut. sungai bisa menyusut karena pendangkalan dan penyempitan. saat ini kayaknya juga udah gak ada lagi anak kampung yang melayarkan perahu-kertasnya di sini. saat ini anak kampung lebih suka nongkrong di warnet main game-online atau di rental PS maen game-game rating Dewasa dengan gembira.
nasib sungai yang lebih besar lebih parah... seiring waktu tentu aja postur badanku sudah hampir berlipat dua dari usia kanak dahulu. tapi kok lembah sungai ini terasa lebih dalam dan curam ya? air masih ada (dan mengalir) tapi kok pasir dan batu-batu kecilnya udah hilang ya? gak ilang banget sih... masih ada aja yang tertinggal sedikit di sana dan di sini. airnya jadi keruh dan sepertinya juga mendangkal. sepertinya tidak ada lagi orang kampung yang mandi di sini (paling tidak di bagian sungai tempat aku dulu bermain). penambangan pasir dan batu sungai untuk bahan bangunan sudah menodai sungai kampungku.
pesatnya perkembangan pembangunan pariwisata emang menuntut pengorbanan dan tumbal. sayangnya sungai di kampungku harus jadi salah satu tumbal pembangunan. ini cuma satu contoh sungai. aku yakin ada banyak sungai-sungai lain yang sudah jadi tumbal. sama seperti bukit-bukit yang tergusur atau daerah-daerah resapan air yang disulap jadi lokalisasi vila mewah.
aku emang bukan orang Bali asli... aku juga cuma berkunjung ke Bali, sesekali.
ya mudah-mudahan aja... gak cuma buat Bali, tapi buat seluruh negeri, juga buat seantero bumi. mudah-mudahan aja 20 tahun lagi (dan seterusnya) masih ada (paling tidak masih tersisa) pengalaman bermain di alam yang asri buat anak-cucu kita. mudah-mudahan kita semua (khususnya aku sendiri) bisa jadi lebih peduli dengan nasib pertiwi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar