agora adalah sebuah titik pusat dalam sebuah "city-state" jaman Yunani kuno, secara literal berarti "tempat berkumpul" atau "majelis." mungkin pernah mendengar "agoraphobia"? inilah asal katanya :) (bisa baca info ringannya di sini dan sana)
tapi ini agora yang lain... ini Agora sebuah film produksi tahun 2009 (klik di sini untuk info filmnya di wikipedia). sebuah film yang bercerita tentang masa lalu dengan tema yang masih sangat relevan dengan kondisi kontemporer. banyak pujian dan kritik seputar film ini... aku gak bisa menilai, karena aku sendiri sangat miskin pengetahuan soal sejarah Yunani, apalagi soal Agama :D tapi paling tidak aku masih bisa berusaha menafsir... dengan rendah hati tentunya.
sebelumnya aku mo menakar tampilan fisik film ini. Rachel Weizs yang berperan sebagai tokoh utama Hypatia bener-bener cantik deh! :) aktingnya juga bagus, cukup sulit tentunya menerjemahkan karakter yang hidup belasan abad yang lalu (yang tidak banyak catatan seputar hidupnya). buat aku, dia jadi pemandangan paling indah dalam film ini :). setting yang dibangun dalam film ini beneran lho, produser berusaha memproduksi gambar seasli mungkin dengan penggunaan spesial-efek yang minim. masalah akurasi desain emang aku gak tau :D tapi berdasarkan info di wikipedia, bahkan sebelum pra-produksi, Alejandro Amenabar sang sutradara sudah melakukan banyak riset.
soal akurasi cerita dengan sejarah... aku setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa sejarah itu subyektif. sederhananya begini... sejarah itu yang menulis adalah manusia, bahkan sejarah agama. ada gak sih orang (manusia) yang bisa bercerita apa adanya? (patrick star gak dihitung ya! :D) sebutkan satu nama aja nama manusia yang tidak pernah bias memandang hidupnya? dari yang aku baca, kritik seputar film ini sebagian besar menyasar pada penggambaran situasi pada saat itu (abad 4 M) yang dianggap tidak akurat dan merugikan agama tertentu. padahal (konon) vatikan sendiri sudah "memberi" restu.
pendapat yang membela mengatakan bahwa bisa jadi keadaannya emang seperti itu (pertikaian antar agama, polteisme-romawi versus kristen dan kristen versus yahudi) dan aku setuju. karena sejarah agama emang gak luput dari kekerasan dan pertumpahan darah. tinggal diganti subjek dan objeknya serta keterangan tempat dan waktu, predikatnya sama: perang! tema perang atas nama Tuhan emang belum usang, mungkin malah tidak akan pernah usang (sayangnya). aku skeptis soal Tuhan dan Agama yang bisa jadi solusi perdamaian dunia dan masa depan bumi, maaf.
tema relevan yang masih berkaitan dengan yang pertama tadi adalah perseteruan abadi antara Filsafat dan Agama. dalam sejarah, yang pernah aku baca, banyak pihak yang sudah berusaha mendamaikan perseteruan abadi ini. pernyataan Hypatia sebagai jawaban atas permintaan untuk masuk ke dalam Agama adalah (kira-kira begini) "dalam Agama (atau kepercayaan) kita tidak boleh bertanya 'kenapa?' sementara dalam Filsafat kita selalu bertanya 'kenapa?'"...para ahli filsafat jaman dahulu tidak semuanya penganut politeisme lho, banyak juga yang ateis, humanis, atau agnosis.
aku pribadi tidak terlalu melihat relevansi antara kompetensi seseorang dalam berkarya dan agama yang dipeluknya. aku juga tidak melihat adanya korelasi positif antara perbuatan baik/buruk dan pilihan Agama yang dianut. jadi sayang sekali kalo ampe insiden kekerasan harus terjadi karena perbedaan pendapat soal keyakinan tentang eksistensi Tuhan (insiden terbaru soal pemukulan seorang Ateis dapat dibaca di sini dan cerita relevan di sini).
yang aku alami adalah... saat ini, tidak peduli agama atau Agama apapun yang hidup dan dianut oleh penduduk dunia, belum ada satu pun yang sudah membuktikan kebenarannya dalam praktik! semuanya mendakwahkan cinta-kasih dan perdamaian, mana buktinya?
tema terakhir adalah soal peran wanita. wah ini bukan rahasia umum lagi... meskipun aku gak punya data resminya, aku yakin jenis kelamin wanita masih jadi korban diskriminasi seksual lebih banyak daripada jenis kelamin lelaki. salah satu indikatornya adalah wanita menjadi salah satu objek dalam MDG. apa yang Hypatia alami tidak beda jauh dengan perlakuan yang diterima kaum perempuan saat ini. gak usah jauh-jauh deh, kita liat aja sendiri di sekitar kita, kita liat aja sendiri nasib saudara-saudara perempuan kita di negeri seberang yang mendapat perlakuan buruk dan tidak mendapat perhatian yang layak dari pemerintahan kita sendiri.
sebagai seorang perempuan yang tidak terikat pada agama tertentu dan mendalami filsafat, sepertinya ini kombinasi karakter yang (bahkan sampai saat ini) sulit untuk diterima dengan lapang dada oleh masyarakat luas. pun misalnya bila karakter seperti ini bener-bener ada dan mampu berkontribusi positif terhadap kehidupan manusia dengan buah pikirnya, aku tetep pesimistis dia bisa hidup tenang tanpa mengalami perlakuan diskriminatif dalam kehidupan sehari-hari.
kesimpulanku... film ini adalah film yang layak ditonton. apapun pilihan kepercayaanmu! :) uniknya film ini tidak diedarkan secara luas lho, meskipun juga tidak ampe dilarang edar :D mungkin juga untuk menghindari kontroversi yang gak penting.
dan sebagai pelajaran buat kita semua adalah... jawablah dengan lantang semua kritikan dengan argumen yang logis, bukan dengan kekerasan fisik! kalo kamu percaya Tuhan, kalo kamu percaya kalo kita adalah ciptaan Tuhan, aku yakin Tuhan punya rencana besar dengan otak (dan kemampuan berpikir logis) dan kalbu (empati dan toleransi) kita! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar