mumpung momennya lagi pas, aku mo sekalian meluncurkan hipotesis-ku soal cinta, mungkin ini bukan ide orijinal, tapi aku gak punya waktu untuk riset lebih lanjut :D terserah pembaca deh yang menilai... tidak sama seperti Christian yang labil dan lugu, aku pernah pacaran :D (meskipun status pacaran dalam definisi cinta masih diperdebatkan), anggaplah aku pernah jatuh cinta :)
hipotesisku adalah:
Cinta adalah sebuah periode Keras-Kepala yang Akut dan Kronis.
seseorang yang berada dalam periode keras-kepala seperti memakai kaca-mata kuda penarik delman. bidang pandang kuda menjadi terbatas, fokus pada tujuan (delman) yang ingin dicapai dan dikendalikan oleh pak kusir, meskipun kalo dia mau sebenernya bisa aja dia noleh ke kiri-kanan. secara psikologis, seseorang yang mengalami periode keras-kepala dikuasai oleh emosinya, kemampuannya untuk berpikir dibatasi oleh emosinya. otak hanya mengakses informasi yang sesuai atau yang mampu mempertahankan dan menegaskan emosi yang melanda. emosi membatasi pilihan-pilihan yang bisa diambil.
orang bilang cinta itu buta. gak sepenuhnya benar, mungkin yang lebih tepat adalah pandangannya terdistorsi :) masih bisa melihat, tapi hanya bisa melihat apa yang dia mau :D kalo udah jatuh cinta berat, misalnya... bahkan ada yang berani menentang orang tuanya! bayangkan ironinya, spekulasi yang beresiko tinggi seperti "menukar" cinta yang udah pasti (dari orang tua) dengan cinta yang baru (dari pasangan). meskipun uniknya adalah cinta orang tua kepada anak juga bisa jadi masuk dalam kategori periode keras-kepala yang sama.
jatuh cinta super berat bahkan rela ditukar dengan nyawa! tau sendiri kan kisah-kisah nyata jiwa-jiwa labil (biasanya belia) yang nekat mengakhiri hidupnya karena cinta... atau paling tidak dia pikir begitu. ada juga yang rela menukar harta dan penghidupannya demi cinta. ada juga yang rela menurunkan status sosialnya karena cinta. dan daftar pengorbanan demi cinta ini masih bisa lebih panjang lagi...
sekilas pengorbanan-pengorbanan demi cinta ini seperti tidak rasional. gak sepenuhnya salah. dalam kasus yang sangat akut, mungkin banget kalo emosi bisa mematikan rasio. tapi dalam kasus yang lebih ringan, sebenernya pelaku tidak kehilangan cara berpikirnya yang rasional, cuma emang kemampuannya menjadi berkurang daripada dalam kondisi normal. seperti yang aku bilang sebelumnya, pelaku hanya fokus pada alternatif-alternatif solusi yang sesuai dengan emosi yang dirasakan atau yang mampu mempertahankan atau malah menegaskan emosi tersebut, dalam hal ini cinta. jadi cinta menurunkan kemampuan kita berpikir secara rasional. (bukan hal baru emang :D)
cinta sejati (atau cinta berat, atau apapun istilahnya untuk menggambarkan cinta dalam tingkatannya yang paling tinggi) adalah periode keras-kepala yang akut dan kronis. akut berarti parah banget dan kronis berarti durasi yang sangat lama. periode keras-kepala yang sangat parah dan berlaku lama akan membiaskan cara pelaku memandang dunia bahkan dirinya sendiri. kalo kacamata kuda hanya membatasi daerah-pandang, maka kacamata 3-D misalnya, bisa membiaskan warna yang masuk ke mata kita dan otak kita menerjemahkannya menjadi warna yang berbeda, bahkan menciptakan ilusi.
tapi kabar baiknya adalah tidak semua periode keras-kepala ini merugikan kehidupan kita. cinta juga berpotensi membawa kebahagiaan. secara teoretis dikatakan bahwa periode keras-kepala yang berlangsung singkat (dalam hitungan detik) bisa membuat kita lebih fokus pada masalah, menggunakan pengetahuan yang relevan sebagai panduan, dan persiapan untuk aksi selanjutnya. tapi dalam praktiknya, menurutku, periode yang berlangsung lebih lama, bahkan ada yang sampai seumur hidup juga bisa memberikan dampak yang sama.
ada dua hal yang mungkin terjadi untuk skenario positif ini. periode keras-kepala ini ternyata secara "tidak-sengaja" justru menggiring kehidupan seseorang ke jalan yang lebih baik (aku namakan ini jalan Takdir). ini biasanya terjadi pada kasus cinta berat-rat-rat-rat banget :D sementara penjelasan kedua adalah, ironinya justru terjadi pada periode keras-kepala yang tidak begitu kronis (artinya bukan cinta yang berat banget) sehingga emosi tidak terlalu melumpuhkan logika. meskipun mungkin bahagia yang dirasakan tidak sempurna, tapi paling tidak tidak berakhir tragis (aku namakan ini jalan Manusia). tentu aja yang terakhir lebih banyak terjadi :)
yang pasti adalah cinta memberikan kehidupan... khususnya bagi para seniman :D eksploitasi tema cinta tidak lekang dimakan jaman. ironisnya juga karya seni yang bertema cinta yang tragis justru lebih abadi. mungkin karena dalam alam bawah sadarnya manusia mengakui bahwa hakikat cinta yang sejati adalah penderitaan :D
menurutku, kisah cinta yang paling sejati adalah kisah cinta Kais dan Laila. saking gilanya Kais bahkan dijuluki Majenun. meskipun ada juga yang menterjemahkan cinta-nya Kais kepada Laila ini merupakan bahasa manusia untuk menggambarkan cinta sucinya kepada-Nya. Kais ini juga adalah salah satu contoh sempurna dari hipotesis yang aku ajukan :D
mungkin versi "bagusnya" adalah kisah cinta Yusuf dan Zulaiha. kalo dalam dramatisasi ini uniknya adalah pihak wanita yang berperilaku lebih tidak rasional, konon karena ketampanan Yusuf yang tiada duanya di dunia ini. lagian Yusuf juga memegang peran suci dalam beberapa kepercayaan, masak mau digambarkan sebagai petualang cinta :D
cerita cinta yang lain biasanya cenderung menggambarkan karakter pria yang lebih nekat, padahal konon pria lebih logis daripada wanita. jadi seharusnya cinta layak dimasukkan ke dalam daftar kelainan-mental yang parah :D ...ok, ini daftar karya sastra atau cerita populer dari pelbagai penjuru dunia dan jaman yang menguatkan hipotesisku tentang cinta:
- Romeo dan Juliet
- San Pek dan Eng Tay
- Samsyul Bahri dan Siti Nurbaya
- Heathcliff dan Catherine Earnshaw (baru baca Wuthering Heights :D)
- Gibran dan Selma (dalam Sayap-Sayap Patah)
- Saijah dan Adinda (dalam Max Havelaar)
- Spongebob dan Patrick..
- Pooh dan Piglet... oops.
- dan silahkan meneruskan daftar ini.... (masih banyak banget dan masih akan bertambah banyak!)
karena ini cuma hipotesis, tentu aja aku sangat terbuka akan kritikan atau masukan apapun. bahkan aku pribadi bisa aja, pada suatu saat setelah melakukan riset dan percobaan yang lebih berkualitas, akan mengajukan hipotesis baru yang meneguhkan atau malah bertentangan dengan yang ini :)
selamat bercinta dan jangan malu untuk mengakui bahwa kamu yang sedang jatuh cinta boleh jadi sedang mengalami periode keras-kepala yang akut dan kronis! :D
orang bilang cinta itu buta. gak sepenuhnya benar, mungkin yang lebih tepat adalah pandangannya terdistorsi :) masih bisa melihat, tapi hanya bisa melihat apa yang dia mau :D kalo udah jatuh cinta berat, misalnya... bahkan ada yang berani menentang orang tuanya! bayangkan ironinya, spekulasi yang beresiko tinggi seperti "menukar" cinta yang udah pasti (dari orang tua) dengan cinta yang baru (dari pasangan). meskipun uniknya adalah cinta orang tua kepada anak juga bisa jadi masuk dalam kategori periode keras-kepala yang sama.
jatuh cinta super berat bahkan rela ditukar dengan nyawa! tau sendiri kan kisah-kisah nyata jiwa-jiwa labil (biasanya belia) yang nekat mengakhiri hidupnya karena cinta... atau paling tidak dia pikir begitu. ada juga yang rela menukar harta dan penghidupannya demi cinta. ada juga yang rela menurunkan status sosialnya karena cinta. dan daftar pengorbanan demi cinta ini masih bisa lebih panjang lagi...
sekilas pengorbanan-pengorbanan demi cinta ini seperti tidak rasional. gak sepenuhnya salah. dalam kasus yang sangat akut, mungkin banget kalo emosi bisa mematikan rasio. tapi dalam kasus yang lebih ringan, sebenernya pelaku tidak kehilangan cara berpikirnya yang rasional, cuma emang kemampuannya menjadi berkurang daripada dalam kondisi normal. seperti yang aku bilang sebelumnya, pelaku hanya fokus pada alternatif-alternatif solusi yang sesuai dengan emosi yang dirasakan atau yang mampu mempertahankan atau malah menegaskan emosi tersebut, dalam hal ini cinta. jadi cinta menurunkan kemampuan kita berpikir secara rasional. (bukan hal baru emang :D)
cinta sejati (atau cinta berat, atau apapun istilahnya untuk menggambarkan cinta dalam tingkatannya yang paling tinggi) adalah periode keras-kepala yang akut dan kronis. akut berarti parah banget dan kronis berarti durasi yang sangat lama. periode keras-kepala yang sangat parah dan berlaku lama akan membiaskan cara pelaku memandang dunia bahkan dirinya sendiri. kalo kacamata kuda hanya membatasi daerah-pandang, maka kacamata 3-D misalnya, bisa membiaskan warna yang masuk ke mata kita dan otak kita menerjemahkannya menjadi warna yang berbeda, bahkan menciptakan ilusi.
tapi kabar baiknya adalah tidak semua periode keras-kepala ini merugikan kehidupan kita. cinta juga berpotensi membawa kebahagiaan. secara teoretis dikatakan bahwa periode keras-kepala yang berlangsung singkat (dalam hitungan detik) bisa membuat kita lebih fokus pada masalah, menggunakan pengetahuan yang relevan sebagai panduan, dan persiapan untuk aksi selanjutnya. tapi dalam praktiknya, menurutku, periode yang berlangsung lebih lama, bahkan ada yang sampai seumur hidup juga bisa memberikan dampak yang sama.
ada dua hal yang mungkin terjadi untuk skenario positif ini. periode keras-kepala ini ternyata secara "tidak-sengaja" justru menggiring kehidupan seseorang ke jalan yang lebih baik (aku namakan ini jalan Takdir). ini biasanya terjadi pada kasus cinta berat-rat-rat-rat banget :D sementara penjelasan kedua adalah, ironinya justru terjadi pada periode keras-kepala yang tidak begitu kronis (artinya bukan cinta yang berat banget) sehingga emosi tidak terlalu melumpuhkan logika. meskipun mungkin bahagia yang dirasakan tidak sempurna, tapi paling tidak tidak berakhir tragis (aku namakan ini jalan Manusia). tentu aja yang terakhir lebih banyak terjadi :)
yang pasti adalah cinta memberikan kehidupan... khususnya bagi para seniman :D eksploitasi tema cinta tidak lekang dimakan jaman. ironisnya juga karya seni yang bertema cinta yang tragis justru lebih abadi. mungkin karena dalam alam bawah sadarnya manusia mengakui bahwa hakikat cinta yang sejati adalah penderitaan :D
menurutku, kisah cinta yang paling sejati adalah kisah cinta Kais dan Laila. saking gilanya Kais bahkan dijuluki Majenun. meskipun ada juga yang menterjemahkan cinta-nya Kais kepada Laila ini merupakan bahasa manusia untuk menggambarkan cinta sucinya kepada-Nya. Kais ini juga adalah salah satu contoh sempurna dari hipotesis yang aku ajukan :D
mungkin versi "bagusnya" adalah kisah cinta Yusuf dan Zulaiha. kalo dalam dramatisasi ini uniknya adalah pihak wanita yang berperilaku lebih tidak rasional, konon karena ketampanan Yusuf yang tiada duanya di dunia ini. lagian Yusuf juga memegang peran suci dalam beberapa kepercayaan, masak mau digambarkan sebagai petualang cinta :D
cerita cinta yang lain biasanya cenderung menggambarkan karakter pria yang lebih nekat, padahal konon pria lebih logis daripada wanita. jadi seharusnya cinta layak dimasukkan ke dalam daftar kelainan-mental yang parah :D ...ok, ini daftar karya sastra atau cerita populer dari pelbagai penjuru dunia dan jaman yang menguatkan hipotesisku tentang cinta:
- Romeo dan Juliet
- San Pek dan Eng Tay
- Samsyul Bahri dan Siti Nurbaya
- Heathcliff dan Catherine Earnshaw (baru baca Wuthering Heights :D)
- Gibran dan Selma (dalam Sayap-Sayap Patah)
- Saijah dan Adinda (dalam Max Havelaar)
- Spongebob dan Patrick..
- Pooh dan Piglet... oops.
- dan silahkan meneruskan daftar ini.... (masih banyak banget dan masih akan bertambah banyak!)
karena ini cuma hipotesis, tentu aja aku sangat terbuka akan kritikan atau masukan apapun. bahkan aku pribadi bisa aja, pada suatu saat setelah melakukan riset dan percobaan yang lebih berkualitas, akan mengajukan hipotesis baru yang meneguhkan atau malah bertentangan dengan yang ini :)
selamat bercinta dan jangan malu untuk mengakui bahwa kamu yang sedang jatuh cinta boleh jadi sedang mengalami periode keras-kepala yang akut dan kronis! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar