24 Mei 2012

menembus-waktu bagian 1

aku sudah merencanakan perjalanan kali ini beberapa bulan sebelumnya. meskipun demikian, aku tidak membuat rencana perjalanan yang kaku, inilah enaknya pelesiran-solo :) karena sendirian, aku bebas menentukan destinasi, durasi, dan moda angkutan, selama persediaan uang dan badan masih segar :D tema perjalanan secara umum adalah perjalanan-waktu, karena target utama perjalanan kali ini adalah Borobudur dan Prambanan, sisanya aku berencana melihat bangunan-bangunan tua atau museum.

oke... ini adalah cerita bagian pertama perjalananku.

15 Mei 2012
kira-kira sebulan sebelum rencana keberangkatan, aku sudah memesan tiket kereta api menuju Yogyakarta. ternyata sehari sebelum berangkat aku memutuskan untuk mengganti moda angkutan :D alasannya adalah Bus Pahala Kencana yang akan aku tumpangi ini akan melewati Magelang sebelum sampai di Yogyakarta, jadi hemat biaya dan waktu karena tujuan pertamaku adalah Borobudur. tarif Bus Pahala Kencana jurusan Bandung-Magelang-Yogyakarta adalah rp. 100.000,00. lebih mahal dibandingkan dengan tarif kereta api ekonomi, tetapi lebih murah dibandingkan dengan kereta api eksekutif. pertimbangan utamaku saat itu adalah kenyamanan, karena dalam bus ini aku bisa tidur dengan enak.

sore itu rintangan pertama menghadang... Bandung hujan deras! agak sulit untuk naik angkot dari rumahku di Tamansari menuju jalan Riau tanpa berbasah-basah air hujan repot aja kalo mo jalan jauh pake bus AC pula dengan pakaian lembab. setelah menunggu beberapa saat, akhirnya aku putuskan untuk memesan taksi saja. baru mo jalan udah mahal aja :D alhamdulillah aku bisa sampai di jalan Riau 146 dengan tepat waktu dan kering, beberapa menit sebelum jam 6 sore. dan 25 ribu rupiahku melayang ke kantong sopir taksi Blue Bird :D

ternyata bus berangkat sedikit telat, karena ada satu calon penumpang yang katanya masih di Cipaganti gile bener, jauh aja! dengan kondisi hujan dan kemacetan rutin di sore hari kota Bandung, bisa-bisa bus berangkat jam 7 malam nih. sambil mengisi waktu luang, aku mengajak ngobrol seorang calon penumpang lain. sesuatu banget! ternyata dia akan berhenti di sekitar Magelang, dan menyarankan agar aku tidak turun di terminal Magelang karena ada terminal lain yang lebih dekat ke Borobudur, namanya terminal Salaman. dia juga berjanji akan membantu mengingatkan aku bila kami sudah mendekati Salaman.

akhirnya bus berangkat sekitar jam 18:13, telat sedikit biasa :D serunya, ternyata teman di sebelahku adalah mahasiswa S2 psikologi UGM (bukan teman ngobrol di awal tadi). kegemaran dan kebencianku akan psikologi membuat percakapan kami lumayan seru :D sayangnya dia tidak akrab dengan Paul Ekman dan mikro-ekspresi, tapi ternyata dia sangat tertarik dengan bidang pendidikan. jadi kami banyak berbincang seputar pendidikan, khususnya aspek psikologis dalam dunia pendidikan. perbincangan yang menarik buatku.

sekitar jam sepuluh malam bus berhenti sebentar di Rumah Makan Sanggar Rasa di daerah Tasikmalaya. makan malam yang telat :D ini salah satu kelebihan bus eksekutif, layanan makan gratis. lumayan untuk menghemat biaya dan menggerak-gerakkan badan supaya tidak terlalu kaku. terus terang rasa masakannya biasa saja :D tapi lumayan juga untuk yang gratisan, lagian aku dah biasa makan ala kadarnya :D saat istirahat ini juga aku manfaatkan untuk mengingatkan kondektur soal tempat pemberhentian yang aku inginkan nanti.

pasca-makan malam kantuk tak terelakkan :D tapi aku bisa tidur dengan tenang tanpa khawatir melewatkan terminal Salaman karena aku sudah mengingatkan kondektur dan ada penumpang lain juga yang berjanji akan mengingatkan bila bus sudah mendekati Salaman. buat kamu yang bepergian sendirian ke tempat yang masih asing, menurutku penting sekali untuk paling tidak banyak bertanya kepada kondektur dan meminta untuk diingatkan atau dibangunkan bila sudah mendekati tujuan. lebih beruntung lagi bila ternyata ada penumpang lain yang juga turun di tempat yang sama.

16 Mei 2012
jam menunjukkan pukul 04:30 ketika aku turun di terminal Salaman. aku membayangkan terminal dan pasar yang ramai menjelang pagi atau paling tidak ada warung-warung yang menawarkan kopi dan makanan... ternyata tidak. ternyata Salaman adalah tempat yang sepi, meskipun berada di tepi jalan antar kota yang cukup ramai. alhamdulillah, sesuatu banget lagi. kebetulan aku tidak turun sendirian, karena penumpang yang (ternyata) duduk di belakangku (orang yang berbeda lagi dari dua orang sebelumnya di atas) adalah penduduk lokal yang baru pulang dari tugasnya di Bandung. sekali lagi aku mengeluarkan jurus sok-akrab :D

dari penuturannya, aku mendapatkan informasi bahwa aku harus menunggu sampai matahari cukup tinggi untuk mendapatkan angkutan umum yang melayani rute ke Borobudur. jarak dari Salaman ke Borobudur menurutnya cukup jauh ketika aku mengutarakan niat untuk berjalan kaki. percaya dengan ucapannya, aku urungkan niat untuk berjalan kaki dan menunggu sampai pagi tiba sambil mengobrol di depan warung yang belum buka. dia juga harus menunggu jemputan, karena masih terlalu pagi dia sungkan membangunkan salah satu anggota keluarganya dan memutuskan untuk menelfon ketika matahari sudah terbit.

obrolan ringan kami ternyata cukup berat :D karena dia bekerja di bidang listrik dan pembangkitan, kami jadi banyak berbincang seputar perlistrikan. banyak cerita menarik seputar benturan-benturan di lapangan dengan penduduk lokal dan hambatan-hambatan birokrasi yang dia alami. aku juga baru menyadari bahwa industri listrik ini banyak melibatkan komponen impor yang harganya sangat mahal. target penyelesaian juga sering terhambat karena keterlambatan masuknya komponen impor ini ke Indonesia. negara menerapkan penalti yang sangat tinggi bagi kontraktor yang gagal memenuhi target penyelesaian proyek.

tidak terasa jam di ponselku menunjukkan angka lewat beberapa menit dari angka enam. dia menawarkan tumpangan menuju Borobudur karena belum ada tanda-tanda akan adanya angkutan umum yang menuju kesana. sebuah tawaran yang mustahil aku tolak :D jadilah kami bertiga (ditambah adik laki-lakinya yang menjemput) berdesakan di atas sebuah sepeda motor menembus jalan kampung menuju Borobudur. meskipun kecil, jalan ini dilapisi aspal yang cukup bagus. pemandangan yang ditawarkan juga tidak mengecewakan, aktivitas pagi penduduk desa yang memulai hari dan hijaunya lanskap alam.

pukul 06:30 aku diturunkan di gerbang dusun Gendingan, aku berada di "belakang" komplek candi, Borobudur sudah dekat! aku masih harus berjalan kaki sedikit lagi, karena sepeda motor yang aku tumpangi harus berbelok ke arah yang berbeda. kira-kira 10 menit berjalan santai kemudian, aku sampai di depan gerbang komplek candi yang ternyata sudah cukup ramai lho! :D

aku gagal menikmati matahari terbit dari atas candi... tetapi aku tetap bersyukur karena mimpiku untuk ke Borobudur akhirnya terwujud :) dan jalanku ke sini banyak diberi kemudahan serta pengalaman yang menarik. kisah perjalananku belum selesai lho! :D lanjut di posting berikutnya...

ps: kayaknya kalo ke sini lagi dengan rute yang sama... turun dari bus aku mo jalan kaki aja langsung ke Borobudur. jauh sih, tapi kayaknya mending jalan daripada ngelamun gak jelas di emperan warung :D

2 komentar:

aob mengatakan...

pengeeeenn bakpackiiinngggg...

kei mengatakan...

ayolah lebaran ini kita ke pagar alam!